Mohon tunggu...
Dwi Cahyo P.U
Dwi Cahyo P.U Mohon Tunggu... wiraswasta -

Dwi Cahyo (Y) Demak, 20 April 1990 (Y) Ds. Buko RT 02 RW VII Kec. Wedung Kab. Demak 59554 (Y) 081575204907 (Y) Membaca & Travelling (Y)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sorotan Untuk Dunia Pendidikan 2014!

1 Januari 2014   07:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:17 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia pendidikan tengah mendapat sorotan. Sebagian menjadikannya kambing hitam, karena dinilai gagal memainkan peran membentuk sumber daya manusia bermartabat dan berkualitas. Juga dinilai salah arah, melahirkan manusia bermental korup, tidak mau bekerja keras, dan suka menerebas untuk memenuhi hasrat hedonisme dan meterialisme. Anak-anak kita juga mengalami degradasi moral: kenakalan remaja meningkat! Pertanyaannya, tentu, bagaimana tanggung jawab lembaga pendidikan, terutama para guru?

Dalam beberapa tahun terakhir banyak pihak mengusulkan pendidikan budi pekerti, pendidikan antikorupsi, dan belakangan pendidikan seks masuk kurikulum dalam kerangka konsep pendidikan karakter. Semua tentu terkait dengan kesadaran peran kunci pendidikan dalam membangun SDM. Lalu bagaimana agar kesadaran itu tak hanya menyentuh level pengetahuan? Realitasnya, segala macam materi masuk kurikulum sehingga terjadi ketumpangtindihan, tidak ada konsep dan ruh yang jelas: hendak ke mana.

Sesungguhnya, persoalan terbesar pendidikan nasional bukan hanya kurikulum yang tumpang-tindih, melainkan rendahnya kompetensi pedagogik, kepribadian, social, dan profesional para guru. Berbagai upaya terus dilakukan, namun peningkatan mutu melalui program sertifikasi malah menuai hasil mengejutkan. Mendiknas M Nuh prihatin guru-guru yang sudah lolos sertifikasi umumnya tidak menunjukkan kemajuan, cenderung hanya aktif menjelang sertifikasi, mengabaikan proses, dan bekerja instan.

Kini, banyak yang menjadikan lembaga pendidikan/ sekolah sebagai tempat mencari kerja, tidak berbeda dari institusi ekonomi lainnya. Guru-guru yang diproduksi oleh berbagai lembaga pendidikan tidak lebih dari pekerja-pekerja yang akan diserap oleh lapangan kerja bernama sekolah, atau mereka digaji karena bekerja. Rasanya makin sulit mencari guru yang sungguh-sungguh memiliki jiwa dan hati nurani, menghayati profesi mulia ini sebagai guru sejati yang sepenuhnya mengabdi untuk anak-anak bangsa.

Kendala utama peningkatan kemampuan profesional terletak pada faktor kepribadian, terutama mentalitas dan moral. Hal itu tidak terbentuk dalam pendidikan kita sekarang. Padahal, kejujuran merupakan faktor fundamental bagi pembentukan karakter yang bertanggung jawab dalam mendidik. Pendidikan butuh keteladanan, maka harus mempraktikkan moral tinggi dalam keluarga dan masyarakat. Jangan hanya menjadi bahan ajar sekadar memenuhi kurikulum di berbagai mata pelajaran.

@Dwi Cahyo
hari ini lebih baik dari hari kemarin,
esok harus lebih cemerlang, dan lusa harus lebih gemilang.
#dwionaction

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun