Mohon tunggu...
LISTIA NINGSIH
LISTIA NINGSIH Mohon Tunggu... Penulis - MAHASISWA

MAHASISWA UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pengolahan Sumber Daya Perikanan untuk Keberadaan Dugong di Kep. Riau

17 Mei 2019   23:04 Diperbarui: 17 Mei 2019   23:10 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia sangat terkenal sebagai salah satu negara yang memiliki potensi keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Sekitar 17% dari seluruh jenis burung, 12% jenis mamalia, 16% jenis reptilia dan amfibi, dan sekitar 10% jenis tumbuhan yang ada di dunia Kepulauan Riau terdiri dari 5 juta kilometer persegi, dimana 62% adalah perairan dengan batas 12 mil dari pulau luar. Ditinjau dari jumlah jenis keanekaragaman hayati yang ada, terdapat beberapa jenis yang masih sedikit informasi mengenai jumlah, distribusi dan ekologinya. Disini,digaris bawahi satu jenis mamalia, yang terdapat di perairan, yaitu dugong. Penyebaran jenis mamalia ini terbagi dalam beberapa populasi dalam jumlah yang sangat kecil.

Dugong di Indonesia telah dimasukkan dalam status perlindungan dalam PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Dugong juga telah masuk dalam daftar satwa rentan (vulnerable) oleh IUCN dan terdaftar dalam CITES Appendix I yang berarti jenis satwa liar yang dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional. Dalam wawancara dengan salah satu penduduk sebuah desa, diketahui bahwa dugong sudah ada dalam kurun waktu beberapa generasi. Menurut beberapa nelayan setempat, habitat padang lamun menurun drastis akibat tekanan industri perikanan, perburuan, dan pencemaran perairan pesisir.

Wawancara yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa dugong tidak diburu oleh masyarakat sekitar. Namun bila terdampar, dugong ditangkap dan di manfaatkan oleh masyarakat setempat untuk di konsumsi. Informasi yang didapatkan kebanyakan berdasarkan pernyataan dari masyarakat lokal. Biasanya penggunaan alat tangkap perikanan juga berpengaruh untuk habitat dugong karena dugong yang terperangkap oleh jaring atau sero (alat tangkap pasif yang biasa dipasang nelayan di daerah pasang surut berpasir / berlumpur) sebagai bycatch mungkin saja mati tenggelam akibat ketidaktahuan nelayan yang memasang alat tangkap.

Untuk keberlangsungan hidup dugong tergantung dengan kondisi habitat dan laut yang sehat. Oleh karena selain melindungi kepunahan dugong perlu tetap memperhatikan kondisi habitat mereka agar tetap terjaga pula. Menjadi penting bahwa strategi dan rencana aksi tersebut terimplementasi di lapangan sehingga dapat dikaji lebih lanjut tingkat efektifitas strategi dan rencana aksi yang dijalankan untuk melindungi dugong tersebut.

Nama : Listia nengsih

Nim: 160254242020

Jurusan: Manajemen sumberdaya perairan

Universitas maritim raja ali haji

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun