Mohon tunggu...
Dwi Basuki Rahmat
Dwi Basuki Rahmat Mohon Tunggu... -

Saya seorang pendidik, yang senantiasa belajar menjadi murid yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bersyukur atau Beruntung

21 Februari 2016   14:34 Diperbarui: 21 Februari 2016   15:22 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Contoh ungkapan: Aku bersyukur bertempat tinggal di Indonesia, daripada tinggal di negeri lain yang selalu dilanda perang. Aku juga bersyukur karena aku bisa makan, sementara di belahan lain, masih ada yang kelaparan. Dan aku bersyukur pula bisa terbebas dari kecelakaan maut itu, daripada penumpang lain yang terluka parah dan bahkan ada yang patah kakinya. Terima kasih ya Tuhan atas semua kebaikanMu itu.

Dari contoh ungkapan syukur diatas, adakah yang janggal? Ada. Apa itu? Si pengucap syukur mengungkapkan rasa syukurnya karena ia merasa lebih “beruntung” tinggal di Indonesia, daripada tinggal di negeri lain yang selalu dilanda perang. Ia  juga mengungkapkan rasa syukurnya karena “beruntung” masih bisa makan, sementara yang lain masih ada yang kelaparan. Ia juga bersyukur terbebas dari kecelakaan maut, daripada yang lain yang justru terkena musibah, bahkan patah kakinya. Ia merasa berterima kasih, bahwa Tuhan baginya sungguh baik.

Syukur tersebut bagi kita kurang pas. Karena ada kesan, “seolah-olah” Tuhan hanya berpihak pada dia saja.Yang mendapat keberuntungan tinggal di negara yang tidak dilanda perang, tidak dilanda kelaparan, dan tidak tertimpa musibah patah kakinya. Sementara bagi negara yang dilanda peperangan, kelaparan, dan tertimpa musibah, seolah Tuhan tak berpihak pada mereka.

Bagi kita, apakah Tuhan hanya berpihak pada orang-orang tertentu saja? Yakni, yang selalu berada di negara yang aman, tidak kelaparan, dan tidak tertimpa musibah? Kita jawab, tidak. Tuhan berpihak pada semua orang, baik yang beruntung maupun yang malang. Baik yang aman sejahtera, maupun yang sedang dirundung duka peperangan. Baik yang sehat maupun yang sedang sakit. 

Oleh karena itu, contoh ungkapan syukur diatas, apabila didengar oleh orang yang sedang kurang beruntung, bisa jadi justru akan menyakiti hatinya. Bahwa “seolah-olah” Tuhan semata-mata hanya miliknya.

Lalu bagaimana sikap bersyukur mesti kita bangun? Bersyukur menurut (http://kbbi.web.id/syukur) berasal dari kata “syukur” yang berarti rasa terima kasih kepada Allah. Sedangkan bersyukur sendiri berarti berterima kasih; mengucapkan syukur. Jadi beryukur pertama-tama dibangun atas sikap rasa terima kasih kita kepada Allah. Bukan karena kita mendapatkan sesuatu yang lebih jika dibanding orang lain. Bukan pula karena Allah itu hanya sayang pada yang beruntung saja.

Kita beryukur kepada Allah, semata-mata karena Allah itu penyayang pada semua. Karena Allah itu milik kita semua. Lebih-lebih yang selalu dahaga padaNya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun