Mohon tunggu...
Dwi ayu aprillia
Dwi ayu aprillia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hobi saya membaca dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menerapkan Teori Jean Piaget Dalam Pendidikan Sekolah Dasar Dalam Pembelajaran IPS

7 Oktober 2023   21:49 Diperbarui: 7 Oktober 2023   22:13 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menerapkan Teori Jean Piaget Dalam Pendidikan Sekolah Dasar Dalam Pembelajaran IPS


Oleh: Dwi Ayu Aprillia


1. Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget
Piaget lebih menitik beratkan pembahasannya pada struktur kognitif. Ia meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980. Berbeda dengan para ahli-ahli psikologi sebelumnya. Ia menyatakan bahwa cara berfikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan intelektual individu serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan individu mengamati ilmu pengetahuan. (Laura A. King:152). Piaget mengemukakan penjelasan struktur kognitif tentang bagaimana anak mengembangkan konsep dunia di sekitar mereka. ( Loward s. Friedman and Miriam. W. Schustack. 2006: 59). Teori Piaget sering disebut genetic epistimologi (epistimologi genetik) karena teori ini berusaha melacak perkembangan kemampuan intelektual, bahwa genetic mengacu pada pertumbuhan developmental bukan warisan biologis (keturunan). (B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, 2010: 325).
Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata sensorimotor, yang memberi kerangka bagi interaksi awal anak dengan lingkungannya. Pengalaman awal si anak akan ditentukan oleh skemata sensorimotor ini. Dengan kata lain, hanya kejadian yang dapat diasimilasikan ke skemata itulah yang dapat di respons oleh si anak, dan karenanya kejadian itu akan menentukan batasan pengalaman anak. Tetapi melalui pengalaman, skemata awal ini dimodifikasi. Setiap pengalaman mengandung elemen unik yang harus di akomodasi oleh struktur kognitif anak. Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur kognitif akan berubah, dan memungkinkan perkembangan pengalaman terus-menerus. Tetapi menurut Piaget, ini adalah proses yang lambat, karena skemata baru itu selalu berkembang dari skemata yang sudah ada sebelumnya.
2. Tahap --Tahap Teori Piaget
Piaget membagi perkembangan kemampuan kognitif manusia menurut usia menjadi 4 tahapan. Yaitu:
1.Tahapan sensiromotor (usia 0-2 tahun)
Semboyan    untuk    kemajuan    mental    tahap    ini    adalah    jalannya "decentration" yang bermaksud bahwa pada usia ini anak tidak memisahkan dirinya  dari  keadaannya  saat  ini. (setiono,  2009)Pada  tahap  nyata  ini,  anak bergerak  dari  aktivitas  refleks  alami  saat  memasuki  dunia  ke  awal  penalaran yang  representatif.Anak-anak  yang  baru  lahir  mengumpulkan  pemahaman tentang  dunia  melalui  perencanaan  pertemuan  taktil  dengan  kegiatan  aktual.(Desmita,  2010)Anak  memiliki refleks  alami  dan  selanjutnya  kecenderungan untuk   menyelidiki   realitasnya. Akibatnya,   sampai   sekarang   kapasitas   anak sangat   terbatas   pada   perkembangan   refleks   dan   selanjutnya   kelimanya mendeteksi.Kemudian, pada titik itu, perkembangan refleks terbentuk menjadi kecenderungan.Pada  awal  perbaikan  mental  anak  muda  ini.  Anak-anak  muda tidak   dapat   mempertimbangkan   kebutuhan,   kebutuhan   atau   kepentingan orang  lain  sehingga  sampai  sekarang  anak  itu  egosentris.    Pada  usia  delapan belas tahun, anak muda itu sekarang siap untuk membuat gambar dalam suatu item  dan  kemampuan  artikel  tersebut  dapat  dikenali  olehnya.  Jadi  anak-anak memiliki  pilihan  untuk  melihat  hubungan  di  antara  kesempatan  dan  dapat menyadari  individu  mana  yang  terdekat  dan  mana  yang  orang  yang  tidak dikenal.
2. Tahap praoperasional (preoperational)
Fase perkembangan kemampuan kognitif ini terjadi para rentang usia 2-7 tahun. Pada tahap ini, anak muda mulai menyapa dunia dengan kata-kata dan gambar.Kata-kata   dan   gambar-gambar   ini   menunjukkan   adanya   ekspansi dalam  penalaran  simbolik  dan  melewati  hubungan  data  nyata  dan  aktivitas aktual.   Ini   digambarkan   oleh   kualitas   yang   menyertainya:   a)   Pemikiran transduktif, atau setidaknya, perspektif yang tidak induktif atau rasional namun tidak rasional b) Ketidakjelasan keadaan dan hasil logis koneksi, artinya, anak muda merasakan koneksi kausal secara tidak masuk akal c) Animisme, artinya, mengharapkan    bahwa    semua    item    hidup    sebagai    dirinya    sendiri) Artifisialisme,    artinya,  keyakinan  bahwa  semua  yang  ada  di  iklim  memiliki semangat  seperti  manusia.  e)  Cara  anak-anak  berpikir  pada  tingkat  ini  tidak sistematis,  terputus,  dan  konyol.,  yaitu,  anak  membuat  keputusan  tentang sesuatu mengingat apa yang dia lihat atau dengar f) Percobaan mental misalnya anak berusaha untuk secara efektif menemukan solusi untuk masalah yang dia hadapi)  Sentrasi,  atau  setidaknya,  anak  berkonsentrasi  pada  sesuatu  yang umumnya  menarik  dan  mengabaikan  kualitas  yang  berbeda  h)Egosentrisme,yaitu,  anak  itu  melihat  alam  semesta  dari  keadaannya  saat  ini  seperti  yang ditunjukkan oleh kehendaknya.
3. Tahap operasi konkrit (concreteoperational)
Tahap operasi konkrit terjadi pada rentang usia 7-11 tahun. Pada tahap ini akan dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkrit dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk bentuk yang berbeda.Kemampuan untuk mengklasifikasikan sesuatu sudah ada, tetapi belum bisa memecahkan problem-problem abstrak. Operasi konkret adalah tindakan mental yang bisa dibalikkan yang berkaitan dengan objek konkret nyata.
Pada  usia  7  tahun  atau  8  tahun,  seorang  anak  akan  menumbuhkan kapasitas  untuk  menyimpan  ingatan  akan  substansi.  Dengan  asumsi  Anda mengambil bumi yang terlihat seperti bola dan setelah itu menghancurkannya atau  Anda  memecahnya menjadi sepuluh  bola  yang  lebih sederhana,  ia  harus menyadari bahwa itu semua adalah lumpur yang belum berubah. Pada umur 9 tahun   atau   10   tahun,   kapasitas   terakhir   untuk   menahan   ingatan   mulai dipertajam, misalnya memori ruangan.

4. Tahap operasi formal (formal operational)
Fase  konvensional  dari  prosedur  medis  adalah  dalam  lingkup  usia  11 tahun-dewasa.  Pada  tahap  ini  disebut  pubertas.  Kaum  muda berpikir  dengan cara  yang  lebih  teoretis,  konsisten,  dan  lebih  penuh  harapan.  Selain  mampu mengekstraksi,   sarjana   fungsional   formal   juga   dapat   meromantisasi   dan berhenti sejenak untuk memikirkan hasil potensial. Pada tahap ini, anak mulai menyelesaikan    kontemplasi    spekulatif    karakteristik    ideal    yang    mereka butuhkan dalam diri mereka sendiri dan orang lain. Gagasan fungsional formal juga  menyatakan  bahwa  anak  dapat  menumbuhkan  spekulasi  logis  tentang bagaimana  menangani  masalah  secara  metodis  dan  sampai  pada resolusi.
3. Implikasi Teori Piaget dalam Pendidikan IPS di Sekolah Dasar
Implementasi teori pembelajaran kognitif dalam pengajaran IPS dapat diwujudkan untuk merancang atau memodifikasi pembelajaran, tujuan pembelajaran, serta metode pembelajaran. Pembelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dengan penuh kearifan dan keterampilan inkuiri untuk dapat memahami, menyikapi, dan mengambil langkah-langkah untuk ikut memecahkan masalah sosial kebangsaan.
Pembelajaran IPS tidak sekedar transfer of knowledges tetapi juga transfer of values. Penanaman nilai dan sikap yang baik melalui pembelajaran IPS, tidak dapat dilepaskan dari perkembangan kognitif siswa itu sendiri. Kemampuan kognisi akan menentukan kemampuan siswa dalam bernalar tentang situasi sosial. Semakin tinggi tingkat kognisi maka semakin tinggi pula pemahaman moral siswa tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya kesesuaian antara materi pelajaran, nilainilai yang ditanamkan dengan perkembangan kognisi siswa.
Melalui motivasi yang baik, siswa akan dengan mudah menerima informasi yang disampaikan oleh guru. Pada dasarnya dalam pembelajaran perlu juga adanya keteladanan. Guru tidak hanya menanamkan nilai-nilai tetapi juga memberikan contoh penerapan dari nilai-nilai tersebut, sehingga moralitas siswa tidak hanya berhenti pada tahap heteronomous, tetapi dapat berkembang ke tahap autonomous (kesadaran moral). Guru sebagai center of view perlu memberikan keteladanan yang baik agar moralitas yang berkembang pada diri siswa pun baik. Dengan adanya kesadaran moral maka para siswa dapat berhati-hati dalam berperilaku. Mereka dapat membedakan perilaku yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan norma yang ada di masyarakat. Dengan demikian maka tujuan pembelajaran IPS untuk menciptakan tradisi warga negara yang baik (social studies to building good citizens) akan lebih mudah tercapai.

REFERENSI
Ibda, F. (2015). PERKEMBANGAN KOGNITIF: TEORI JEAN PIAGET. INTELEKTUALITA, Vol.3.
Marinda, L. (2020). TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN PIAGET DAN PROBLEMATIKANYA PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR. Jurnal Kajian Perempuan & Keislaman, Vol.13.
Nasution, F. (2023). Perkembangan Kognitif Anak Menurut Teori Piaget. Mimbar Kampius: Jurnal Pendidikan Dan Agama Islam, Vol.22.
Wijayanti, D. (2015). ANALISIS PENGARUH TEORI KOGNITIF JEAN PIAGET TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN IPS. Jurnal Pendidikan Ke-SD-An, Vol.1.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun