Mohon tunggu...
Dwi Ayu Usnul
Dwi Ayu Usnul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi S1 Ilmu Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Defisit Kembar Mengintai Stabilitas Ekonomi: Bagaimana Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Indonesia?

4 November 2024   11:05 Diperbarui: 4 November 2024   11:07 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Metis Wealth Management and Planning

Defisit kembar atau twin deficits kembali menjadi sorotan utama dalam dinamika perekonomian Indonesia. Istilah ini pertama kali digunakan pada awal 1980-an di Amerika Serikat untuk menggambarkan situasi di mana suatu negara menghadapi dua tantangan fiskal besar sekaligus: defisit anggaran dan defisit transaksi berjalan. Di masa itu, para ekonom melihat bahwa defisit anggaran pemerintah yang besar cenderung berdampak pada apresiasi nilai tukar, yang akhirnya memperparah defisit transaksi berjalan.

Apa Itu Defisit Kembar?

Defisit kembar adalah kondisi di mana defisit anggaran pemerintah (selisih negatif antara pendapatan dan belanja negara) terjadi bersamaan dengan defisit transaksi berjalan (ketidakseimbangan antara ekspor dan impor serta aliran transfer luar negeri). Secara teori, dua jenis defisit ini saling terkait, seperti yang dijelaskan dalam model Mundell-Fleming. Model ini menunjukkan bahwa peningkatan belanja pemerintah dapat menarik investasi asing (capital inflow) untuk menutupi kebutuhan anggaran, yang menyebabkan apresiasi mata uang. Apresiasi mata uang ini, pada akhirnya, membuat ekspor menurun sementara impor meningkat, memperparah defisit transaksi berjalan. Apakah ini berarti kita tidak bisa menghindari defisit kembar?

Teori Keynesian menambahkan perspektif lain dengan absorption theory, yang menyatakan bahwa peningkatan defisit anggaran dapat meningkatkan konsumsi domestik, sehingga permintaan terhadap barang impor juga naik. Dalam kondisi ini, keseimbangan neraca berjalan terganggu, menciptakan defisit yang semakin besar. Pandangan ini mengisyaratkan bahwa kebijakan fiskal yang terlalu ekspansif berisiko memperburuk neraca transaksi berjalan.

Realitas Defisit Transaksi Berjalan di Indonesia

Menurut buku Proyeksi Ekonomi Indonesia 2014, defisit transaksi berjalan sudah lama menjadi tantangan bagi stabilitas ekonomi nasional. Pada 2013, Indonesia bahkan mengalami penurunan cadangan devisa dari USD 112,78 miliar menjadi USD 95,68 miliar akibat defisit neraca pembayaran. Faktor utamanya adalah penurunan surplus perdagangan dan defisit pada neraca jasa serta pendapatan.

Situasi yang mirip tampaknya terus berlanjut hingga 2024. Data menunjukkan bahwa pada triwulan II 2024, defisit neraca transaksi berjalan mencapai USD 3,0 miliar (0,9% dari PDB), lebih tinggi dibandingkan triwulan I yang mencapai USD 2,4 miliar. Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh defisit neraca jasa dan pendapatan primer, yang lebih besar dari surplus neraca perdagangan barang dan pendapatan sekunder. Akankah kondisi ini membawa kita pada krisis ekonomi yang lebih dalam?

Peran Defisit Anggaran dalam Menambah Tekanan

Di sisi fiskal, Menteri Keuangan Sri Mulyani melaporkan bahwa hingga Agustus 2024, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencapai Rp153,7 triliun, atau setara dengan 0,68% dari PDB. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh belanja negara yang terus naik, mencapai Rp1.930,7 triliun atau tumbuh 15,3% secara tahunan. Jumlah ini menunjukkan peningkatan belanja yang signifikan dibandingkan pendapatan negara. Meskipun defisit anggaran dapat menjadi alat kebijakan untuk mendorong pertumbuhan, terutama saat krisis, tekanan dari defisit transaksi berjalan membuat kondisi ini lebih kompleks. Ketergantungan pada aliran modal asing untuk menutup defisit juga bisa menjadi masalah karena arus modal yang tidak stabil.

Dampak Defisit Kembar Terhadap Stabilitas Ekonomi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun