Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Sejarah dari Novel "Sang Guru"

27 Januari 2016   14:58 Diperbarui: 27 Januari 2016   15:21 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang suka membaca literatur sejarah?jika itu ditanyakan kepada remaja dan generasi sekarang belum tentu dijawab. Budaya literasi, membaca buku-buku tebal apalagi tentang sejarah apa menariknya. Pasti banyak remaja lebih suka membaca novel teenlith, atau paling tidak chicken soup, dan buku  cerita bergambar yang tidak memerlukan konsentrasi tinggi sambil mengerutkan jidat membaca deretan tahun dan catatan-catatan kaki. Sejarah yang berserak di perpustakaan sebagai bahan kajian ilmiah bukan hal yang ramah bagi generasi sekarang.

Banyak remaja cenderung sibuk dengan gadget dengan aplikasi game, atau kalau tidak aktif menpload foto selfie di instagram, pad, whatshap, Line, facebook, Tweetter  dan lainnya sekedar update status dan membaca portal gosip dan populer. Untuk yang berbau sejarah. makanan apa tuh(mungkin itu bathin mereka).Walau tidak menutup kemungkinan banyak remaja yang suka membaca sejarah tapi prosentasenya kecil dibandingkan mereka yang benar- benar malas membaca bacaan yang berat semacam sejarah.

Kalau anda kurang suka bacaan sejarah yang berat bolehlah menengok  buku populer berbentuk novel, sambil menyelam minum air, begitulah kira-kira jika membaca novel bergenre sejarah. Penulis tertarik dengan novel sejarah karangan Haidar Musyafa, berjudul Sang Guru. Sang Guru bercerita tentang tentang sepak terjang sang guru bangsa yaitu Ki Hadjar Dewantara(KHD).

Keturunan bangsawan yang tidak malu-malu untuk bergaul akrab dengan rakyat jelata. Gaya bahasa Haidar Musyafa renyah dan bisa dinikmati sebagai novel mengalir yang penuh data-data sejarah yang tidak rumit untuk dimengerti. Pendekatan novel dalam biografi sejarah KHD patut mendapat apresiasi. paling tidak anak remaja sekarang bisa menikmati novel sambil belajar tentang sejarah  tokoh-tokoh inspiratif yang berperan terhadap terwujudnya kemerdekaan dan kemajuan bangsa. 

Novel Sang Guru berisi contoh nyata dari kehidupan KHD dan dunia pendidikan yang digelutinya. Pendiri Perguruan Taman Siswa dan sosok yang lekat dengan kata-kata Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mbangun karsa, Tut Wuri Handayani mampu hidup dalam sosok yang merakyat dan inspiratif dalam setiap tindakan dan karyanya. Ia tokoh multi talenta yang bisa menciptakan titi nada gamelan, merumuskan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan watak bangsa Indonesia. Ia seorang yang lembut tapi sangat tegas dalam prinsip.

Ia ramah tapi bisa sangat keras bila berbicara masalah kebangsaan. Ia tidak bisa didikte maka sebagai pendiri media jurnalistik di jamannya KHD adalah tokoh amat penting sebagai peletak dasar  nasionalisme, pejuang kemerdekaan yang kritis, selain Soekarno dan Hatta. Kalau Soekarno dan Hatta berjuang lewat jalur politik. KHD lewat jalan pendidikan. Ia adalah guru yang  bisa menyelami kehidupan sehari-hari lingkungannya. Tidak banyak guru sekarang yang mampu menyelami semangat KHD pada zamannya.

Lahir dengan nama kecil Soewardi di depan namanya di sematkan gelar Raden Mas, lahir pada kamis legi. 2 Ramadhan 1309 H atau dalam kalender masehi 2 Mei 1889(2 Mei dikenal sebagai hari pendidikan, karena memang diambil dari tanggal lahir Raden Mas Soewardi atau yang terkenal dengan Ki Hadjar Dewantara). Soewardi kecil sebenarnya bernama asli Raden mas Jemblung Trunogati.

Mengapa disebut jemblung menurut buku novel ini karena sewaktu kecil KHD kondisi baynya ringkih, kecil dan berperut buncit. Trah Bangsawan yang mengalir dalam diri Raden Soewardi tidak menghalanginya untuk bergaul akrab dengan masyarakat di luar pagar kraton. Ayahanda KHD yang mengajarkan untuk hidup rendah hati dan tidak berjarak dengan rakyat jelata. Raden Soewardi adalah anak Kanjeng Pangeran Harjo soerjaningrat,Kakek Soewardi adalah Paduka Sri Pakualam III. 

Lebih jelas dan runtutnya silahkan baca Sang Guru. Para pembaca akan banyak menemukan kata-kata bermakna yang akan memberi inspirasi tentang wujud guru dan idelaisme sebenarnya yang membuat bangsa ini selangkah lebih maju. Ilmu KHD bisa terlihat dan tergambarkan dalam Perguruan Taman Siswa. Kurikulum Taman siswa memberi porsi sama untuk pelajaran sains, ketrampilan, enterpreneurship dan  kebudayaan.

Kurikulum yang dikembangkan di taman siswa mengacu pada pada penguatan nilai-nilai kebangsaan. ada salah satu perkataan beliau yang menarik yaitu Pengajaran harus bersifat kebangsaan...Kalau pengajaran bagi anak-anak tidak berberdasarkan kenasionalan, anak-anak tak mungkin mempunyai rasa cinta bangsa dan makin lama terpisah dari bangsanya, kemudian barangkali menjadi lawan kita..." Ini relevan dengan persoalan bangsa kita saat ini yang minim rasa nasionalisme, tertutama hal itu merujuk pada tontonan yang diperlihatkan wakil rakyat yang sepertinya jauh dari ajaran nasionalisme, tapi lebih pada pembelaan pada kepentingan golongan atau partai, bukan perjuangan yang lebih luas untuk kepentingan rakyat dan bangsa.

Novel ini mengingatkan untuk kembali  berpijak pada ajaran dasar dari para bapak bangsa untuk kembali memprjuangkan rasa kebangsaan dengan belajar dari sejarah perjuangan bangsa sebelum kemerdekaan. mereka berjuang  tulus semata- mata untuk lepas dari penjajahan dan tidak berpretensi demi kepentingan pribadi atau memperkaya diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun