Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dilema Guru Menghadapi Arus Intervensi Hukum Perlindungan Siswa

7 April 2025   13:17 Diperbarui: 7 April 2025   13:17 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar korankaltim.com

Era anak yang mengalami obesitas, muncul penyakit seperti diabetes, Maag, Gerd yang dialami anak, pelajar. Muncul banyak penyakit baru yang muncul karena trauma psikis, kekerasan dalam rumah tangga, efek broken home, efek pergaulan bebas.

Makananpun menyumbang penyakit baru yang membuat banyak anak terkena auto imun, munculnya kanker varian baru, leukimia, bahkan jantung dan hipertensi. Olah raga kurang, banyak rebahan, lebih fokus main game dan berselancar di internet, padahal banyak aktifitas phisik yang bisa menjadi pembentuk penguatan imun dengan menyerap oksigen di alam , merasakan sinar matahari, mengeluarkan keringat dan membentuk otot-otot kuat yang memperkuat kekebalan pada tubuh terhadap serangan penyakit.

Perlindungan Hukum Siswa  Penting Hak Guru Juga Penting

Perlindungan hukum sekali lagi penting namun hendaknya aktivis HAM, orang yang melek hukum tidak sampai mengintervensi kewenangan guru untuk membentuk karakter anak. Paling tidak guru juga mempunyai analisa sendiri, takaran sendiri, dan juga berbagai pertimbangan sehingga ia perlu melakukan tindakan efek jera agar siswa sadar atas kesalahan yang ia lakukan.

Orang tua harus sadar bahwa di sekolah guru adalah wakil orang tua. Jika diberi keleluasaan dalam memberikan pembelajaran dan pengajaran pada anak maka akan muncul siswa yang mempunyai pribadi kuat, tangguh dan tidak mudah patah arang menghadapi masalah.

Di sekolah anggaplah kawah candradimuka, harus ada tindakan disiplin dari guru agar siswa fokus dalam belajar. Belajar itu bukan hanya menyerap pengetahuan, tetapi juga belajar menghargai orang lain, peduli, mengembangkan solidaritas, empati menguatkan rasa simpati.

Jika murid pintar tetapi akhlak kurang hanya akan menghasilkan orang pintar namun merugikan orang lain seperti koruptor, pembobol bank, perampok anggaran, penguasa yang egois, mempunyai kepintaran namun hanya memikirkan diri sendiri. Jadi berikan keleluasaan guru untuk memberikan teladan yang baik. Dulu banyak orang tua menyekolahkan anak di sekolah dengan disiplin tinggi termasuk ketegasan dalam hal hukuman dan konsekwensinya.

Era sekarang memang tidak harus dengan hukuman phisik, tetapi jika akhirnya hanya dengan menyentuh sedikit saja lantas diperkarakan bagaimana guru leluasa melakukan pembentukan karakter siswa. Mari perlu dipikirkan bersama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun