Hidup di era keterbukaan sekarang ini perlu pasang kuda-kuda untuk menebalkan muka, kuat mental menerima nyinyiran dan kritikan yang bahkan bisa dikatakan di luar nalar. Olok-olok, nyinyiran dan kritikan tajam sudah menjadi makanan sehari-hari. Nah jika anda ingin jadi politisi, ikut pilkada, masuk dalam lingkaran kekuasaan, selebritas, publik Figur harus siap menerima kritikan cibiran dan berbagai liputan media yang entah benar atau hanya hoaks saja.
Dunia Olok-Olok di Media Sosial
Olok-olok itu sudah menjadi habit yang susah dihilangkan, Hal ini karena selalu ada perbedaan sudut pandang dalam setiap pribadi manusia. Kompleksitas masalah muncul ketika pengguna gadget, pemilik akun, konten kreator, Â hacker, buzzer, influencer membuat dunia maya ramai oleh riuh renda isu yang dibiarkan viral.
Sosok politisi baru, dengan pengalaman yang dianggap minim dalam dunia politik, lebih terbantu karena kedekatan dengan lingkaran kekuasaan akan mudah mendapat sorotan. Anak presiden, anak pejabat, selebriti pengusaha tajir melintir mendapat porsi lebih.
Yang berada di pihak oposisi yang mengecilkan volumenya untuk melihat rekam jejak positifnya, mereka cenderung mengabaikan karena mereka lebih suka celah kelemahan dari sosok yang sedang disorot tersebut. Keseleo lidah, pernyataan yang kontroversial, model rambut, mimik muka, latar belakang pendidikan bisa diulik-ulik untuk mendapatkan topik tepi jurang.
Berita yang menampilkan kontroversi lebih disukai karena potensi akan viral. Â Dalam dunia politik sepak terjang Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep mendapat porsi lebih dibanding calon bupati, calon gubernur yang "tidak bernilai berita".
Maka sorotan terhadap sosok yang termasuk kontroversial seperti Gibran yang di media diframing sebagai anak muda yang tenar, bisa terpilih karena sosok Jokowi sebagai pucuk pimpinan pemerintahan saat ini.
Bagi oposisi apa istimewanya anak presiden, meskipun terpilih menjadi Wakil Presiden banyak jalan yang ditebas hingga bisa mulus sampai terpilih. Di media yang banyak dilihat netizen seperti You Tube, Instagram, Tik Tok, berbagai komentar datang dengan beragam sudut pandang.
Bagi netizen yang obyektif bisa dikatakan komentarnya cenderung mengandung kehati-hatian, penuh analisis dari berbagai referensi, bagi pendukung ia akan selalu menerima apa adanya tokoh yang tengah dipujanya, sedangkan bagi yang sejak awal benci akan lebih memilih cerita-cerita negatif dibalik 'popularitas seorang tokoh yang tengah dibicarakan tersebut.
Yang terbaru dari dunia selebriti adalah kontroversi diajukannya Marshel Widianto seorang komika atau komedian menjadi bacalon wakil wali kota Tangerang Selatan.
Sosok Marshel Widianto yang kata rekan selebritinya seperti Nikita Mirzani sangat tidak layak untuk dicalonkan. Alasannya kinerja dan rekam jejaknya kurang baik, ia pernah cabut dari managemen milik Denny Cagur secara tidak baik-baik.