Selain Nasirun ada sejumlah pelukis yang gabung dalam pameran bergerak yaitu Agus Baqul Purnomo, Alex Luthfi, Alya Nurshabrina, Anugerah Eko Triwahyono, Gogor Purwoko, Handoyo, mas Padhik, Sahat Simatupang, Setyo Purnomo, (Kembang Sepatu), Totok Buchori, Yaksa Agus.
Apakah Seni Rupa? Â Jim Supangkat kurator, kritikus seni rupa melontarkan pertanyaan itu sebetulnya merupakan pancingan menelaah nilai-nilai estetik yang ada pada masyarakat. Seni rupa itu berGERAK, berkembang, berkesinambungan, berubah dan bertahan (seperti yang dituliskan dalam tema Lukisan BERGERAK).
Apapun apakah kolaborasi seniman Jakarta dan Yogyakarta bukanlah sebuah perbandingan kekuatan ide dan keahlian. Para seniman itu bergerak dengan tekad sama untuk memajukan dan terus aktif membangkitkan budaya. Sebab dengan budaya, dengan kesenian, nurani masyarakat terlatih untuk berpikir luas, tidak fanatik, berpikir pendek masalah perbedaan pandangan politik, muncul konflik akibat penalaran sempit tentang ideologi.
Seniman menjadi jembatan menyuarakan suara kritis, dengan bahasa seni rupa. Â Seni rupa itu akan terus memotret isu terkini, dengan bahasa rupa. Nasirun mengingatkan untuk ingat sejarah, peristiwa sejarah masa lalu bisa menjadi pengingat dan alarm agar manusia terus selalu bergerak, berubah menjadi lebih baik, tetapi tetap kukuh melestarikan budaya bangsa, yang semain tergerus akibat kemajuan jaman seperti muncul AI, kecerdasan buatan yang hanya membuat manusia tumpul hati nuraninya.
Selamat menyaksikan pameran, para pengunjung bisa belajar banyak hal dari rupa-rupa karya mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H