Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Sepakat "Bergerak" Bersama Pelukis Jakarta dan Yogyakarta di Taman Ismail Marzuki

23 Mei 2024   15:57 Diperbarui: 23 Mei 2024   15:58 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain Nasirun ada sejumlah pelukis yang gabung dalam pameran bergerak yaitu Agus Baqul Purnomo, Alex Luthfi, Alya Nurshabrina, Anugerah Eko Triwahyono, Gogor Purwoko, Handoyo, mas Padhik, Sahat Simatupang, Setyo Purnomo, (Kembang Sepatu), Totok Buchori, Yaksa Agus.

Kembang Sepatu, mas Padhik dan Gogor Purwoko 3 pelukis dari 12 Pelukis yang ikut pameran Bergerak (foto Oleh Joko dwiatmoko)
Kembang Sepatu, mas Padhik dan Gogor Purwoko 3 pelukis dari 12 Pelukis yang ikut pameran Bergerak (foto Oleh Joko dwiatmoko)

Apakah Seni Rupa?   Jim Supangkat kurator, kritikus seni rupa melontarkan pertanyaan itu sebetulnya merupakan pancingan menelaah nilai-nilai estetik yang ada pada masyarakat. Seni rupa itu berGERAK, berkembang, berkesinambungan, berubah dan bertahan (seperti yang dituliskan dalam tema Lukisan BERGERAK).

Apapun apakah kolaborasi seniman Jakarta dan Yogyakarta bukanlah sebuah perbandingan kekuatan ide dan keahlian. Para seniman itu bergerak dengan tekad sama untuk memajukan dan terus aktif membangkitkan budaya. Sebab dengan budaya, dengan kesenian, nurani masyarakat terlatih untuk berpikir luas, tidak fanatik, berpikir pendek masalah perbedaan pandangan politik, muncul konflik akibat penalaran sempit tentang ideologi.

Lukisan Handoyo berjudul berjudul Memetik Bintang  ( foto oleh: Joko dwiatmoko)
Lukisan Handoyo berjudul berjudul Memetik Bintang  ( foto oleh: Joko dwiatmoko)

Seniman menjadi jembatan menyuarakan suara kritis, dengan bahasa seni rupa.  Seni rupa itu akan terus memotret isu terkini, dengan bahasa rupa. Nasirun mengingatkan untuk ingat sejarah, peristiwa sejarah masa lalu bisa menjadi pengingat dan alarm agar manusia terus selalu bergerak, berubah menjadi lebih baik, tetapi tetap kukuh melestarikan budaya bangsa, yang semain tergerus akibat kemajuan jaman seperti muncul AI, kecerdasan buatan yang hanya membuat manusia tumpul hati nuraninya.

Selamat menyaksikan pameran, para pengunjung bisa belajar banyak hal dari rupa-rupa karya mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun