Hari hari ini polemik relawan politik dan partai membuat jagad media sosial begitu riuh. Klaim suara, klaim figur menjadi diskusi hangat yang memancing komentar. Di kolom-kolom netizen pada setiap berita politik di media online ramai perdebatan antara netizen yang pro partai tertentu, dengan buzzer, dengan relawan. Semua memegang prinsip sendiri yaitu mempertahankan kebenaran masing-masing.
Ketika muncul tokoh partai populer yang relawannya multipartai tersiar kabar baru bahwa ia membebaskan relawannya memilih figur tanpa latar belakang partai. Padahal figur tersebut adalah petugas atau anggota partai tertentu yang kebetulan besar dan kuat. Sebelum membahas lebih dalam tentang perseteruan relawan dan pegiat politik dari partai politik bisa dicari referensi tentang relawan politik yang berkembang saat muncul para simpatisan Jokowi yang ingin mengusung figurnya tanpa ingin terlibat dalam partai politik.
Apa Itu Relawan Politik
Relawan politik dalam berbagai referensi digambarkan sebagai sekelompok orang yang dengan usaha sendiri menggalang dana untuk mendukung tokoh tertentu yang didorong menjadi pemimpin/ presiden/ perdana menteri.Â
Di Indonesia relawan Foderer ( Forum Relawan Demokrasi/Foderer ). Foderer terbentuk untuk mendukung Jokowi yang dinilai cocok untuk memimpin Indonesia. Kopassandi Komando Oelama Pemenangan Prabowo Sandi ( relawan yang mendukung Prabowo Subianto menjelang Pemilu 2019 ,Di tahun-tahun menjelang Pemilu kelompok relawanpun bermunculan, mereka mengusung calonnya sendiri, merogoh kocek sendiri untuk bergerak, bergerilya meyakinkan masyarakat bahwa ada figur yang benar-benar menjadi representasi keinginan masyarakat. Para relawan itu terus bergerak sampai muncul kepercayaan bahwa orang yang hendak dipilih itu memang benar-benar orang terpilih baik secara alami, electoral maupun kerinduan banyak orang akan adanya perubahan. Yang fenomenal tentunya relawan Jokowi.Â
Sebetulnya para relawan itu tidak ada hubungannya dengan partai politik yang mengusung bakal calon presiden. Mereka independen dan hanya melihat figur tanpa mempedulikan latarbelakang partai politik. Menurut data dari BPN ada sekitar  450 kelompok relawan yang mendukung Jokowi. sedangkan dari pihak Jokowi dan Ma'ruf Amin mengklaim sekitar 501 kelompok relawan dari seluruh negeri dan luar negeri (data VOAindonesia). Sedangkan saat ini menjelang pemilu 2024 muncul relawan Ganjarist, Relawan Prabowo (Repro), bahkan juga sudah muncul relawan Gibran Bolone Mase. Relawan Anies Baswedan (Relawan Sobat Anies) dengan nama-nama yang sudah muncul di media sosial.
Muncul pro dan kontra karena dari para penganut mazhab partai dan fanatik terhadap partai tertentu, apa yang dilakukan figur populer itu dinilai tidak etis karena menggerakkan relawannya memilih figur di yang diusung dari partai lain. Pertemuan pun berlangsung dengan disaksikan relawan figur yang sedang populer tersebut. Dari aktivis partai tampak naik pitam karena figur yang baru menjadi idola seolah-olah digambarkan pengkianat, kacang lupa kulitnya dan bla-bla, bla lainnya. Polemik itu akhirnya sampai ke pimpinan partai dan dipanggillah figur anak muda yang tengah menanjak karir politiknya berkat terobosannya sebagai pemimpin daerah yang prestasinya luar biasa.
Hujatan demi hujatan datang, sebaliknya banyak netizen yang mendukung langkah figur politisi muda tersebut, sedangkan komentator dari partai yang menaungi figur tersebut tampak gusar dengan langkah gegabah  anak muda tersebut. Berbagai cacian, makian datang silih berganti. Sepertinya  para komentator, pengamat, pegiat partai politik melampiasnya dengan  menuliskan kata-kata nyinyir buah representasi kegalauan, kekecewaan dan rasa dongkolnya melihat berbagai manuver politisi yang kebetulan adalah anak pimpinan tertinggi negara ini.
Menjelang pemilu caleg dan pemilu presiden riuh rendah dukung mendukung calon mereka menyita perhatian banyak pihak. Tiba-tiba muncul pengamat politik, berbagai diskusi panas yang melibatkan relawan, aktivis partai, kaum golput, kaum swing voter terus meramaikan jagad maya, seakan genderang perang telah dimulai. Berbagai lembaga survei merilis tingkat elektabilitas masing-masing figur, muncul gerakan koalisi yang melibatkan banyak partai. Para calon presiden sibuk menggalang suara, menyerang pemerintah dengan mengulik dosa-dosa di masa pemerintahan sang rezim yang sedang berkuasa.Â
Ada banyak kekurangan yang diekspos untuk mempertajam perbedaan visi masing-masing bacalon. Mereka mempunyai pendukung masing-masing yang setia mengikuti apa kata-kata yang terluntur dari pernyataan figur yang sedang diidolakan. Klaim kebenaran hadir dan politik semakin ramai diperbincangkan. Hari-hari semakin panas, ketika bulan dan waktu semakin mendekati ke event 5 tahun sekali itu tokoh yang sedang berkuasa dan sedang diberi tanggungjawab oleh rakyat tampak sibuk ke sana kemari menggalang dukungan.
Relawan terbentuk karena ada ketertarikan pada figur tertentu yang merempresentasikan suara para relawan. Relawan bisa datang darimana saja tanpa latar belakang partai, bahkan mungkin mereka datang dari anak-anak muda yang gerah dengan sepak terjang partai politik yang mengecewakan dan banyak melakukan tindakan yang membuat mereka anti terhadap politik dan partai politik. Mereka hanya melihat figur tanpa memandang dari partai mana.
Sedangkan tokoh-tokoh dari partai politik sudah mempunyai AD dan ART yang memberikan aturan jelas bagaimana berkiprah di partai politik. Sesuatu tidak etis jika dengan melakukan tindakan tertentu tampak keluar dari aturan dan garis partai. Padahal niatnya adalah merangkul, memfasilitasi semua karena kebetulan saat ini ia adalah public figure, pimpinan daerah yang berhak merangkul semuanya baik relawan, aktivis partai, tokoh-tokoh yang sedang bergerilya mencari suara, atau kebetulan adalah figur nasional yang sedang menjalankan tugas negara.