Setelah Lebaran masyarakat kembali ke realita kehidupan. Mereka harus bekerja keras kembali untuk mengembalikan modal untuk mudik, menghitung kembali berapa utang-utang yang harus dikembalikan demi ketemu dengan sanak saudara. Jumlahnya pasti tidak sedikit, apalagi kadang banyak yang tombok, pengeluaran lebih besar dari pendapatan selama ini.
Hanya karena ingin menunjukkan mereka sukses menangguk rezeki lantas memaksa diri membeli mobil, beli baju bagus meskipun banyak kasus kredit macet dan akhirnya ditarik leasing mobil-mobil sebelumnya dibawa mudik.
Semoga saja mereka yang memaksa diri adalah sebagian kecil masyarakat. Dan sebagian besarnya karena mereka sudah menabung cukup lama agar bisa menikmati Ramadhan dan lebaran tanpa dihantui oleh pikiran bagaimana mengembalikan modal sehabis lebaran.
Ada meme yang penulis ingat berbuat dosanya di kota minta maafnya di desa. Apakah itu. Selama di kota banting tulang mencari uang kadang disertai dengan intrik yang sebetulnya kalau nilai secara etika dan moral itu sebuah dosa misalnya pekerjaan penagih utang, rentenir namun harus dilakukan demi bisa pulang pas lebaran, lalu minta maaf atas kesalahan dan dosa kepada orang tua, setelah itu melakukannya lagi di kota untuk bisa ditabung dan dibawa pulang kembali pas lebaran tiba.Â
Itulah lingkaran kehidupan. Sebuah tradisi,kebiasaan yang susah dihindari sebagai masyarakat yang menjujung tinggi tradisi. Masalah perubahan pola pikir dan kebiasaan entah kapan akan hilang atau akan tetap lestari selamanya, penulis susah menjawabnya.
Misalnya bisa memberitahu sebaiknya tabungan yang dipersiapkan untuk lebaran dan tradisi tahunan itu tidak  besar pasak daripada tiang,agar kehidupan nyaman dan bahagia tetap bisa dinikmati.
Salam.Â
Selamat merayakan Idul Fitri 1444 H. Maafkan Lahir dan Bathin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H