Saya membaca tulisan Felix Tani yang trending di Kompasiana juga Acek Rudy yang menanggapi tentang adegan "pelecehan sexual"Dalai lama yang mengajak seorang remaja untuk saling julurkan lidah. Dalam Bahasa yang vulgar terbaca Isap lidahku. Muncul persepsi jorok dari banyak netizen yang melihat video tidak utuh yang ditayangkan Deddy Corbusier, sang influencer Indonesia yang sering membuat hal biasa menjadi penuh sensasional.
Benarkah Dalai Lama "Blunder"?
Benarkah Dalai lama yang agung yang terkenal dharma asihnya dengan kata-kata bijaksana membuat blunder mengajak anak untuk saling isap lidah? Kalau dalam persepsi seksual hal itu bermakna nafsu dan tentu saja mengarah ke pedofilia dan perilaku seks menyimpang karena dilakukan bukan dengan kekasih tetapi dengan anak kecil.
Tetapi tulisan Felix Tani dan Acek Rudy mengajak untuk berpikir panjang, melihat dari sisi budaya, melihat secara utuh tidak sepotong-potong ketika melihat konteksnya. Jangan ambil kesimpulan sebelum mendapatkan klarifikasi utuh meskipun dalam hal ini Dalai Lama sudah inisiatif minta maaf.
Rasanya berita yang muncul dan meledak rata-rata karena sesuatu yang tidak utuh, sepotong-sepotong. Lantas banyak yang emosional karena ditambah oleh statemen influencer, tokoh agama, tokoh berpengaruh hingga membuat masalah yang sebetulnya sederhana, tidak istimewa berubah menjadi heboh viral dengan persepsi negatif.
Kenyataannya akibat statemen sepihak dari podcast Deddy Corbuzier nama Dalai Lama Tensin Gyatso menjadi tercemar. Seorang tokoh kemanusiaan yang welas asih lantas dikaitkan dengan kelakuan pedofil yang merugikan dirinya dan agama yang dianutnya.Peristiwa yang membuat heboh itu terjadi di Vihara Dalai Lama di Dharamsala dalam pertemuan dengan 100 pelajar muda yang baru saja lulus dari M3M India. Â Padahal sebetulnya kalau melihat secara utuh, direnungkan, didengarkan secara baik, dengan melihat latar belakang budayanya bukan hal yang aneh.
Sebab kebiasaan dari penganut Budha Tantrayana Gelug Tibet dalam menunjukkan keakraban memang seperti yang dilakukan Dalai Lama. Menjulurkan Lidah, Menunjukkan dengan kata yang terdengar seperti isap lidah padahal arti sebenarnya adalah julurkan lidah hanya ingin menunjukkan bahwa itulah bentuk keakraban diantara mereka. Lihat wajahnya, ekspresinya bukan seperti orang yang tengah 'bernafsu" secara seksual.
Namun viralnya Dalai lama telah membuat heboh dunia maya dan membuat nama Dalai Lama tercoreng. Ada seorang komentator meluruskan statemen Deddy dengan menulis tentang tradisi Tibetan itu disebut"Ngagpa Sojong" atau "Ngagpa Nyerchak." Sebuah tradisi yang biasanya dilakukan oleh pemuka agama pria yang disebut ngagpa atau ngangpa (praktisi Tantra tingkat Yogi)Tujuan sebenarnya adalah untuk memperlihatkan kedekatan dan persaudaraan dan blessing, serta menunjukkan rasa hormat dan kepercayaan pada mitra praktik spiritual (komentar dari Green Earth)
Namun banyak komentar bernada memojokkan, mempercayai bahwa Dalai Lama itu salah karena telah membuat pelecehan seksual dengan kata-kata yang dipersepsikan menjijikkan. Etnosetrisme begitulah istilah sosiologi seperti yang dikatakan Felix Tani. Pahami budayanya bukan dengan sudut pandang budaya sendiri. Jangan menghakimi budaya orang dengan cara pandang budaya sendiri.
Pemuka agama bisa salah, influencer pun bisa salah dengan menafsirkan adegan adegan sepotong-sepotong dari tokoh agama untuk dijadikan bahan pembicaraannya dan akhirnya ditanggapi ribuan orang dengan isi kepala yang berbeda.
Kalau menurut Video sekilas yang saya lihat ketika Dalai lama menjulurkan lidah tidak ada yang perlu ditanggapi, ia sedang memperlihatkan kedekatan, keakraban, dan rasa sayang seperti halnya kakek terhadap cucu. Apakah ada indikasi pelecehan seksual. Kalau ada pasti orang tuanya sudah marah, namun yang terjadi orang tuanya sendiri senang anaknya tampak akrab dengan Dalai Lama.