Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pamer Kekayaan dan Pamer Kesederhanaan yang Multitafsir

12 Maret 2023   17:11 Diperbarui: 14 Maret 2023   03:03 1117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kerde Severin/Pexels

Rupanya contoh hidup sederhana yang coba diperlihatkan presiden Jokowi masih belum bisa menyentuh para pejabat publik negeri ini. Terlalu banyak orang yang terpikat menjadi orang sukses, kaya secara instan. Mungkin saya juga jujur akan susah menolaknya jika posisinya seperti mereka, cerdas, karier melesat, ada kesempatan, ada peluang gaji mungkin hanya puluhan juta tetapi berbagai fasilitas premium bisa memberikan income ratusan juta perbulan.

Dengan kecerdasan dan kepekaan menangkap peluang maka gaji itu diinvestasikan, dijadikan modal usaha. Karena kenal banyak rekanan maka usaha mereka sukses. 

Namun sayangnya bukannya memberi teladan dengan membayar pajak tetapi malah berusaha menghilangkan jejak kekayaan dengan tidak menaati aturan membayar pajak barang-barang mewahnya. Itulah akhirnya kena sentilan setelah anaknya berulah. Anak polah bapa kepradah. Anak yang bikin masalah orang tuanya yang kena getahnya dan akhirnya terkuak sudah berbagai kejanggalan yang diperlihat beberapa pejabat publik di negeri ini.

Bisakah Menghentikan Orang Pamer Kekayaan?

Ketika ditanya bisakah menghentikan orang untuk pamer kekayaan, menurut pendapat penulis susah. Selama mindset orang Indonesia masih kagum pada hal-hal yang barbau wah, waow dan tindakan hedonisme yang muncul di media sosial.

Di era medsos ini pamer apapun rasanya ada wadahnya. Selama manusia modern masih berhubungan dengan HP dan senang memperlihatkan aktivitas kesehariannya baik dengan memperlihatkan baju baru, komunitas baru, bisnis baru, rumah baru, teman-teman sosialitanya, teman-teman kumpulnya dan muncul di media sosial hasrat pamer tetap terpelihara.

Ronaldo, Messi sebagai pesohor sepak bola pun butuh media untuk pamer untuk tetap dikenang dan tetap menjaga popularitasnya. Ada kecenderungan manusia untuk pamer, tidak mungkin tidak. Terbukti di Indonesia pemilik akun di media sosial termasuk yang terbanyak di dunia.

Jadi, selama media sosial masih eksis hasrat pamer apapun akan tersalurkan.

Definisi Sederhana Multitafsir

Yang harus dijaga oleh manusia modern adalah keseimbangan. Menyesuaikan diri, menjaga mentalitas masing-masing agar bisa tetap menjaga kewarasan. Tidak perlu memaksa diri dengan mengejar sesuatu yang terlalu jauh dijangkau. Tidak mudah tergoda meminjam uang demi hasrat ingin pansos dan menipu diri sendiri. Bisa mengukur diri. Kalau mampu memaksimalkan potensi ya dikejar dengan kerja keras. Kalau beruntung dan bisa mengubah nasib apa salahnya, toh, itu adalah rezeki dari usaha keras dan doa, kecuali mencari uang dengan korupsi, menggelapkan uang dari banyak orang untuk memperkaya diri sendiri.

Menurut KBBI pengertian sederhana adalah bersahaja, tidak berlebih-lebihan. Jika dikaitkan dengan hidup sederhana adalah hidup sederhana tidak berlebihan. kesederhanaan memberikan anda ruang berpikir lebih dalam atas makna dari kehidupan (gurusiana.id).

Dalam banyak referensi sederhana bisa berarti tidak memaksa diri untuk sesuatu yang tidak bisa dijangkaunya. Minimalis membeli sesuai yang dibutuhkan bukan karena pengin pamer.

Kesederhanaan datang dari lingkungan keluarga. Sudah terbiasa hidup dalam kesederhanaan jadi tidak perlu mengubah diri menjadi sesosok selebritas yang pengin selalu dipuja karena sejak awal memang sudah siap tetap sederhana meskipun hidup bergelimang harta. 

Pendidikan keluarga dan contoh nyata orang tua dan lingkungan yang mengajari manusia tetap hidup sederhana meskipun bisa saja ia pamer kekayaan yang ternyata luar biasa. Banyak orang yang seperti itu tetapi rata-rata mereka tenggelam dalam hiruk pikuk hedonisme yang biasa muncul lewat media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun