Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Natal Tiba, Bukan Kemewahan Namun Kesederhanaan

24 Desember 2022   08:48 Diperbarui: 24 Desember 2022   08:55 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar KalderaNews.com

Fanatisme muncul karena sempitnya pengetahuan, krisis ekonomi, rasa frustasi, ketidaksiapan manusia menerima ragam pengetahuan dan budaya. Kalau manusia menghargai budaya dan membuka mata pada pengetahuan, tidak akan terjadi kekacauan akibat konflik agama.

Itulah Natal bisa dianggap sebagai refleksi di penghujung tahun, penanda bahwa manusia akan selalu menyambut perubahan. Kumandang damai, dan pesan kesederhanaan akan selalu hadir di tengah perayaan gegap gempita yang selalu hadir. Umat Kristiani yang merayakan namun secara tidak langsung juga berdampak pada umat lain, keyakinan lain. Kemeriahan dan asesories natal yang tampil pastinya adil dari pedagang, perajin, pekerja kreatif yang melahirkan karya unik kreatif yang setiap tahun hadir. Mereka itu berasal dari berbagai keyakinan, mereka turut bergembira karena karya mereka terjual dan tentu akan mendatangkan cuan.

Demikian juga dengan perayaan Tahun Baru yang sebentar lagi juga akan dirayakan manusia di seluruh dunia. Semoga dengan simbolisasi kesederhanaan dan kepedulian Natal manusia tersadarkan untuk peduli pada sesama. Saya yang kebetulan hobi menulis, hampir tiap tahun mengingatkan pada diri sendiri untuk memaknai Natal dengan sebenar-benarnya. Bukan baju baru, kemewahan dan buang-buang Natal saat Natal, tetapi mencoba merasakan apa yang dirasakan Yesus Kristus yang lahir di kandang domba bukan di rumah sakit mewah yang sangat nyaman dan tenaga dokter yang lengkap yang bisa memberi jaminan keselamatan.

Yesus itu teladan kesederhanaan bagi saya dan seluruh umat Nasrani. Natal memberi kesempatan manusia berefleksi bahwa manusia itu tempatnya salah dan serba kekurangan. Kesempurnaan hadir ketika seluruh umat bekerja sama, saling melengkapi dari segala kekurangan yang ada pada diri masing-masing.

Natal Telah Tiba Saatnya merayakan tanpa perlu memperlihatkan kemewahan dan "wah"yang mengundang manusia untuk saling membenci akibat rasa iri dan dengki. Salam Damai Selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun