Bicara tentang pahlawan, baru-baru ini Presiden Jokowi menegaskan kembali kepahlawanan Presiden pertama R I Ir. Soekarno (7 November 2022). Lepas dari berbagai polemik sejarah masa lalu, tentang G 30 S PKI, kedekatan Soekarno terhadap paham sosialisme, digiring dan menderita karena dicap komunis, Tetap saja Sang Proklamator adalah tokoh pemersatu, tokoh yang  membuat Indonesia bisa lepas dari penjajahan.
Kepahlawanan Menjelang dan Awal Kemerdekaan
Penjajah bisa menguasai Indonesia karena memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat untuk dibentur-benturkan. Maka Belanda dengan politik Devide et Impera dengan mudah menguasai Indonesia yang luas dan multi ras, suku, bangsa tersebut.
10 November diperingati sebagai hari Pahlawan. Waktu itu terjadi penyerbuan rakyat Surabaya, di gedung Yamato. Percik kemarahan pemuda Surabaya, terjadi karena Mr. W.V. Ch. Ploegman pada 18 September mengibarkan bendera Merah Putih Biru. Ploegman dalam baku hantam dengan pemuda Surabaya tewas dicekik oleh Sidik. Hariyono dan Koesno Wibowo kemudian menyobek bendera Belanda lalu disisakan warna merah putih. Â
Semangat kemerdekaan membuat rakyat bersatu padu, mengusir penjajah. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung. Merdeka atau mati. Kematian Brigadir Jendral Mallaby membuat marah tentara Britania yang ditunggangi Belanda, 10 November menjadi puncak perjuangan masyarakat Surabaya. Bung Tomo,  Kyai Hasyim As'ari, Kyai Wahab Abdullah, ikut menggerakkan santrinya melawan tentara Britania. Â
Puncaknya terjadi di tanggal 10 November di mana ratusan bahkan ribuan rakyat menjadi korban pertempuran tersebut. Darah  tumpah dari pahlawan  yang berusaha mempertahankan Indonesia dari cengkeraman penjajah. (Referensi dari Wikipedia)
Kemerdekaan dibayar mahal, maka mereka yang di barisan terdepan dalam merebut kemerdekaan patut mendapat penghargaan sebagai pahlawan. Orang yang dikenang berjasa bagi bangsa dan negara.
Pahlawan Era Kini dan Masa emas Keemasan Digital
Saat ini nilai-nilai kepahlawanan lebih pada bagaimana manusia Indonesia bisa berguna bagi masyarakat sekitar, rela berkorban untuk kepentingan orang banyak. Mereka yang senang mengobarkan perbedaan, senang mengkotak-kotakkan orang dengan politik identitas, menyerang kepercayaan orang lain dengan dalil-dalil fanatis yang membuat ketidaknyamanan relasi antar agama.
Rasa kebangsaan luntur akibat bangkitnya radikalisme, ada pemaksaan untuk membentuk negara yang dibentuk berdasarkan  agama. Padahal Indonesia bisa merdeka karena para pendiri bangsa sepakat tetap memelihara perbedaan, menghargai berbagai agama yang berkembang, banyaknya suku bangsa, bahasa yang tersebar dari ujung Timur Indonesia sampai ujung Barat Indonesia.
Dari Miangas sampai Pulo Rote, Dari Aceh sampai ke Papua dari Batu Ruyut Kaltara sampai Untung Jawa.
Sejak Pemilu Kada DKI Jakarta pembelahan, politik identitas, isu agama, perang komentar antar netizen semakin ramai, banyak tabloid beredar menyerang tokoh-tokoh tertentu. Tanpa data fakta menulis berdasarkan suka tidak suka. Partai-partai beroposisi pun sekedar mencari kekurangan. Jarang melakukan kritik konstruktif, lebih dekat ke nyinyir, lebih dekat pada body shaming.