Polemik tentang ketidaklayakan Jakarta International Stadium (JIS) yang berada antara di Kawasan Sunter, Tanjung Priok dan Ancol ramai sekali minggu-minggu ini. gedungLokasi tepatnya berada di Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara penulis tertarik untuk menuliskannya sekedar ikut berpendapat. Awal sejarahnya adalah JIS diperuntukkan untuk markas Persija dengan menamakannya stadion BMW.
Lokasi itu memang berada di perlintasan kereta api, di bawah jalan Tol yang menuju ke Bandara Soekarno dengan akses ke Tanjung Priok dan Cawang, serta Cikampek. Jalur untuk menuju ke JIS bisa ditempuh dengan kendaraan dari arah Bandara Soekarno Hatta  turun ke arah pintu keluar Sunter dan Ancol.Â
Setelah keluar ada  jalan putar balik menuju ke Ancol, lalu menyeberang rel kereta api. Di dekat JIS ada Stasiun Trans Jakarta yang berada di sebelah Barat JIS. Sayangnya memang akses menuju ke JIS belum layak untuk penonton JIS yang kapasitasnya sekitar 82.000 orang.
Bagaimana jika terjadi penumpukan arus keluar. Penonton itu harus melewati perlintasan kereta api, melewati jalan sempit ke arah Pademangan yang di kiri kanannya penuh dengan rumah penduduk yang padat. Kawasan Ancol, Tanjung Priok, Warakas yang padat dengan tingkat emosi masyarakatnya yang tinggi mungkin yang menjadi pertimbangan mengapa PSSI belum merekomendasikan pertandingan skala internasional di JIS.
Masyarakat Medsos jangan baper, dan marah dulu menanggapi statemen PSSI. Jangan dibawa ke ranah politik, namun berpikir jernih untuk menerima masukan sekjen PSSI.Â
Kalau masalah megah, terus terang saya yang tinggal di Jakarta Barat, Sabtu Minggu pulang ke rumah di Cileungsi dan sering pulang lewat tol dari Lingkar Luar melewati JIS dari jauh sudah tampak megah. Kalau malam lampunya kerlap-kerlip. Jakarta boleh bangga dengan stadium megah tersebut.
Suatu hari saya sengaja datang ke JIS. Turun ke pintu tol keluar Ancol, putar balik lewat bawah tol menuju JIS. Perlu banyak masukan terutama akses ke arah JIS. Kalau PSSI memberi penilaian terhadap infrastruktur pendukungnya jangan keburu emosi dan berbalik menyerang.Â
Pikiran dijernihkan barangkali memang perlu introspeksi. Kalau gedungnya dan venue dalamnya mirip dengan Real Madrid dan Wembley, dari segi kapasitas parkirnya, apakah sama dengan akses jalannya yang belum layak untuk didatangi puluhan ribu orang.
Kalau begitu secepatnya JIS harus mendengarkan masukan dan merancang tata ruang outdoor, lingkungannya, pusat bisnisnya, sarana hiburan dan akses transportasinya agar sirkulasi penonton dapat terurai dengan cepat.
Secara psikologis penonton Indonesia memang unik, apalagi dengan tingkah laku fans clubnya. Misalnya Persija, dengan jalan yang terbatas apakah tidak akan terjadi bentrokan antar suporter. Dan kemudian bila kemudian terjadi tawuran dan mereka masuk ke kawasan padat penduduk yang mudah tersulut emosinya apakah tidak semakin runyam.