Menulis puisi  tidak semudah merangkai kata, benar-benar sulit, berapa kertas kubuang untuk membuat puisi yang hanya berisi beberapa bait saja. Ini, kunci kelanjutan hubungan antara dia dan aku. Kalau puisinya tidak menarik, pasti tidak membuat ia terkenang dengan pertemuan yang memang sangat spesial.
Aku sangat terkesan sebenarnya dengan puisi sederhana dari Sapardi Djoko Damono. Tapi aku tidak ingin menipu Dita dengan menyadur tulisan Sapardi, masih untung jika dia tidak tahu, tapi Dita tampaknya senang baca, jadi lebih baik buat puisi murni buatan sendiri, lebih meresap.Sebelum menulis puisi sengaja kubaca tulisan Sapardi:
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Paling tidak mendekati puisi, tidak persis. Aku ingin menciptakan puisi yang membuat dia akan selalu terkenang.
Kepada angin yang menjadikan deru,
 kepada lembah yang menjadikan dingin udara pagi,
titik rindu itu seperti embun yang menempel di pucuk dedaunan.
Juga cinta yang akhirnya melembutkan hatiku yang terlalu beku,
 sebab terlanjur jatuh cinta diri pada ngarai dan perdu.
aku ingin hatimu, ingin menjadikanmu pijakan di mana rindu ini bermuara."
Â