Orang-orang desa zaman dulu, bingung menghadapi orang yang bergejala depresi sampai gila. Mereka yang mengamuk dan tiba-tiba meracau tidak jelas bisa jadi karena ada yang mengira kerasukan roh yang gentayangan, atau ada yang menganggap kamu kena tulah karena mungkin saja telah merusak pohon angker, kencing tidak permisi dan meludah di tempat keramat.
Lalu kamu seperti bukan dirimu, yang benar-benar tidak mengenal siapa dirimu sesungguhnya. Ketika sadar kamu meraung, sedih dan tampak tertekan karena merasa bersalah, merasa kotor dan merasa tidak berguna.
***
"Ndes, kamu jangan terlalu stres kalau ditinggal pacar, kalau kamu kentir, nanti bisa dipasung, dimasukkan kamar gelap, mau!?"
"Pacar saja nggak punya bagaimana mau stres?"
"Bisa jadi karena kamu tidak punya pacar maka kamu stres, memikirkan kenapa kamu tidak laku-laku?"
"Enak, saja gini gini banyak cewek yang suka, memangnya kamu, kambing saja lari lihat bayanganmu."
"Buajindul memangnya saya hantu blau!"
"Sssst, canda jangan marah begitu... khan kamu yang memulai..."
"Jangan banyak canda, nanti setan mampir dan memfitnah kamu, dan kamu tintrim, ngamuk-ngamuk, ngomong kumur-kumur, otak ambyar dan nginep di Kramat. Hahaha."
"Mbelgedes, ngomong yang lain kali, kok jadi ngomongin wong edan, kocluk, kentir, mbeng."