Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Butir-butir Kerinduan (4)

12 Mei 2022   13:21 Diperbarui: 12 Mei 2022   13:49 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benarkah karena cinta membuat rindu semakin menggebu? Apakah rindu itu karena bayangan cinta yang terus melambai. Apakah karena sosok gadis remaja masa lalu membuat bayangan desa dan kedamaiannya seperti menari-nari ke otak dan alam bawah sadar?

Puluhan pertanyaan selalu datang, ketika aku mencoba menyisihkan waktu menikmati sunyi yang hanya sekejab. Kututup pintu, kubuka jendela, memandangi, tembok-tembok tinggi di kiri kanan rumah. Sengaja kututupi kuping dengan suara-suara gamelan dari MP3 dan YouTube. 

Kudengar alunan musiknya yang merdu sambil mengagumi hal-hal yang tak terpikir. Misalnya saja mengapa bebunyian yang berbeda itu bisa menjadi harmoni, antara satu bunyi satu dengan yang lainnya bisa saling mengisi dan memberi kekayaan warna iramanya.

Alunan gamelan dari bonang barung, bonang penerus, slentem, gender, gambang, saron, kendang dan gong. Alat musiknya berbeda tetapi disatukan iramanya oleh komposisi manis yang saling mengisi kekurangan hingga musik terasa sempurna.

Saat ini semakin banyak manusia yang melupakan gamelan, wayang dan alat musik tradisional lainnya. Kuakui termasuk diriku yang menjadi budak dari manusia kota yang penuh ambisi dan egois. Tidak lagi mempunyai kepedulian dan masa bodoh dengan tetangga. 

Sekelebatan aku jadi ingat ketika dulu bersama tetangga membangun rumah.

Saling bantu, holopis kuntul baris, yang berat menjadi ringan yang tidak mungkin menjadi mungkin, semua karena kebersamaan, tidak ada sekat agama, tidak ada yang ngomong tentang ras, kulit dan suku. Semuanya fokus untuk saling membantu untuk menyelesaikan tugas bersama. 

Setelah selesai tampak kepuasan, senyum tulus dari manusia yang saling membutuhkan. Hal yang jarang kutemui di perkotaan, yang langka hadir karena semua keringat seperti diukur dengan uang, uang dan uang.

Yang terjadi adalah transaksi berapa kamu membayar saya untuk sebuah jasa? Tetapi itu realistis kalau di kota. Hanya bekerja gratisan tanpa bayaran bagaimana bisa hidup di kota yang semua (tampak) diukur dengan uang. Memang tidak semuanya sih, masih banyak manusia yang rasa sosialnya tinggi, membantu sesama manusia dengan tulus, tetapi berapa prosentasenya?

Nah, butir butir rindu itu semakin menjadi debu ketika serentetan egoisme menjadi modal bertahan hidup di kota. Cinta pun akan menderita tanpa adanya uang, kekayaan dan kecukupan.

Kekasih sekarang akan berkata, "bisakah kamu membawa aku untuk makan di kafe, di mall, di restoran mewah Pondok Indah. Bisakah mencukupi kebutuhanku agar wajah tampak glowing dan gigi mengkilat karena perawatan intensif."

Kalau kamu mengatakan jujur;

"Maaf uangku hanya cukup membeli Mie ayam dan Teh Tawar?"

Dengan sigap kekasihmu akan menjawab:

"Ya, maaf rasanya aku tidak bisa menemanimu lagi, mulai hari ini dan hari-hari mendatang!"

Kamu akan tercenung dan patah hati, depresi dan bahkan bisa saja gila. Oh, inikah hidup,betapa kejinya dunia, betapa tidak adilnya nasib orang-orang miskin seperti kita?

"Ada yang menjawab lirih, bukan kita lu aja, itu deritamu."

Dalam bathin aku berkata. "Bajinguk. Kalau senang mendekat kalau lagi susah kabur semua."

Ketika merenungi tentang kelakuan manusia jadi ingat Sarjum. Ia yang akhirnya pulang kampung karena bangkrut dan karena banyak cewek cantik yang hanya mau uangnya dan kejayaannya saja. Saat susah, cewek-ceweknya menghilang. Tidak lagi mendekat. Di saat itu Sarjum ingat kekasih di desanya. Warni.

Sekian lama Warni menunggunya, ia tetap setia menunggu, meskipun tahu bisa saja Sarjum sudah melupakannya karena berderet cewek-cantik mendekat saat usahanya sukses.Sarjum pernah sukses berdagang di pasar induk, kemudian mempunyai beberapa cabang warung kopi. 

Saat sukses Sarjum sering datang di kafe, sengaja mencari hiburan dan mencoba merayu cewek-cewek yang mau menemaninya minum sambil menikmati gedebum musik yang memekakkan telinga. Sarjum melihat dengan matanya cewek-cewek dengan polesan tebal tersenyum, mengajaknya bergoyang oleh alunan musik dangdut yang ritmis.

Sambil keras lantang bicara dengan bau-bau alkohol yang semakin membuat dirinya semangat joget, ditemani oleh tangan lembut yang menggodanya untuk menyentuh bagian tubuh tertentu yang membuat libido semakin bergejolak. Perempuan itu berbisik ditelinganya. 

Menggoda Sarjum untuk mengeluarkan sejumlah uang, Semakin liar perempuan itu menggoda dan semakin lupa Sarjum larut dalam suasana klub malam yang semakin malam semakin ramai.

Tidak terasa berlembar-lembar uang keluar untuk diberikan kepada perempuan di depannya lalu diselipkan di bajunya yang terbuka dan terlihat ranum membelah dada, garis yang membuat mata Sarjum penasaran ingin melihat apa isi di dalamnya.

Perempuan itu hanya mengedip dan memberi kode boleh tapi tangannya kembali memberi isyarat menyatukan jari jempol dan jari telunjuknya. Kode yang biasa dilakukan untuk melakukan isyarat, yang tidak perlu diceritakan. Kalian sudah tahu.

Selanjutnya pada sebuah kamar di hotel melati. Sarjum sadar, sejumlah uang telah ia keluarkan untuk menikmati kenikmatan semu, bukan cinta hanya nafsu, bukan kebersamaan tetapi hanyalah sekedar pemuasan hasrat, dengan sejumlah uang yang lenyap dalam sekejab.

Tetapi ajaibnya cinta Warni itu cinta sejati. Ia tetap sabar menunggu cinta tanpa syarat. Cinta Warni adalah cinta agung yang sudah mulai langka di zaman yang semakin maju.

Ketika Sarjum memutuskan pulang kampung dengan cerita kekalahan dan kelamnya dunia kota, ia menerimanya dengan hati lapang dan memberikannya semangat baru untuk bangkit memulai hidup yang baru. 

Beruntungnya kamu Sarjum. Aku rindu merasakan cinta yang hadir dari sosok perempuan sederhana seperti Warni. 

Untung kamu ganteng. Hehehe apa hubungannya? Ternyata butir-butir rindu itu sederhana saja ya,sesederhana cinta Warni pada Sarjum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun