Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mahasiswa dan Sampah Berserakan Sehabis Demo

24 April 2022   07:01 Diperbarui: 24 April 2022   07:04 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sampah-sampah berserakan sehabis demo mahasiswa (poskota/pandi)

 Ibnu Djamil membuat cuitan di Twitter  menyayangkan banyaknya sampah berceceran  di sekitar lokasi demonstrasi. Kertas kertas berisi kritik dan tulisan yang ditujukan ke pemerintah khususnya Presiden republik Indonesia Ir. Joko Widodo.

Mungkin mahasiswa ini mempunyai niat mulia, memperjuangkan apa yang "dirasakan rakyat". Sembako semakin mahal, minyak goreng langka, hingga penolakan wacana penundaan pemilu dan juga 3 kali  masa jabatan presiden.

Sampah Berserakan Sehabis Demo Cermin Ketidakpedulian lingkungan?

Yuk bahas dulu tentang sampah yang berserakan. Sebagai calon intelektual, bagaimana implementasi pengetahun tentang save bumi, atau bertanggungjawab terhadap lingkungan, pengin negara makmur sejahtera, idealis, tapi dirinya sendiri tidak disiplin, tidak sadar bagaimana memperlakukan sampah sebagaimana mestinya.

Seharusnya gerakan demo atau mobilisasi masa sekelas mahasiswa harus lebih intelek daripada demo buruh yang "konon" pendidikannya rendah. Kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya, kesadaran untuk tidak menginjak-injak tanaman, merusak fasilitas umum harusnya lebih diminimalisir.

Namun sayangnya setiap ada demo, serakan sampah masih saja terjadi, dan pahlawan sesungguhnya dari aksi demo itu sebenarnya adalah pemulung, petugas kebersihan sampah, bukan mahasiswa. Kecuali ada sebagian mahasiswa yang sadar lingkungan tidak meninggalkan jejak sampah di sembarang tempat.

Boleh saja sih demo, tapi bisakah mengatur waktu untuk belajar. Apalagi yang menjadi penggerak demo khan badan eksekutif mahasiswa, selain jago berorganisasi tentunya wawasan kebangsaannya harusnya luas dan ilmu sejarahnya tidaklah ecek-ecek. Menjadi eksekutif mahasiswa bukan kaleng-kaleng karena mempunyai indeks prestasi pembelajaran yang baik, kalau tidak, pasti tidak terpilih.

Apakah gerakan protes, demo itu satu-satunya jalan. Sepanjang masa berorasi, di jalanan tempat masyarakat mencari ceruk rejeki. Jika jalan sering macet karena demonstrasi, sudah dipikirkankah bagaimana mahasiswa mendapatkan solusi untuk tidak menghambat aktivitas masyarakat yang tengah bekerja.

Kalau bisa berteriak lantang dalam hal ketimpangan politik, pemerintahan, mereka pasti bisa dong menjadi penggerak untuk ketertiban  masyarakat dengan menghimbau bahkan memberi contoh untuk tidak membuang sampah sembarangan. Kalau kertas sebagai sarana aspirasi dibuang sembarangan, berarti kemurnian intelektual mahasiswa perlu dipertanyakan. Sejauh mana ia menguasai diri sendiri, mampu menjamin bahwa ia nantinya akan menjadi tumpuan harapan rakyat, bukan sekedar perusuh yang bisanya orasi minim literasi dan minim aksi nyata.

Semoga kritikan saya salah. Di luar mereka yang demo sebetulnya masih banyak pemuda yang diam-diam berprestasi, diam-diam punya penemuan dan inovasi kreatif yang luput dari pantauan media. Media harus seimbang dong, bukan hanya meliput aktivitas mahasiswa yang turun ke jalan.

Media Berimbang Ekspos Jejak Mahasiswa Berprestasi Selain Yang Turun Ke Jalan

Banyak kok mereka yang mempunyai jejak sebagai mahasiswa yang sukses berbisnis, mengembangkan diri sebagai konten kreator atau mereka yang aktif menjadi peneliti, pegiat literasi, novelis, blogger yang jauh lebih menginspirasi daripada mahasiswa yang lantang dan garang di kerumunan demonstrasi.

Kepada media saat ini yang lebih banyak menampilkan judul-judul yang cenderung provokatif, memancing komentar, memancing perdebatan dan secara tidak langsung membelah rakyat saling serang antara yang pro radikal dan pro pemerintah, miliki hatilah untuk tidak sekedar membuat ramai dan panas suasana.

Jika lama-lama media asyik membuat artikel dan judul yang mengundang pro dan kontra maka akan semakin senanglah tokoh-tokoh dibalik layar yang menginginkan negara kacau, dengan demikian mereka bisa memainkan politik identitas dan bisa membuat pemerintah selalu terpojok dan dipojokkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun