Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Malu Aku Berdoa di Jalanan

1 April 2022   05:06 Diperbarui: 1 April 2022   05:31 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 ragam cara berdoa erabaru.net

Sahabatku, tidak mudah bagiku menunjukkan keberanian untuk berdoa di depan orang banyak, apalagi disaksikan orang-orang berjalan di tempat umum. Tetapi fenomena saat ini apapun bisa dilakukan termasuk pertunjukan doa di tempat umum. Aku heran, inikah kemajuan di zaman media sosial saat ini di mana setiap orang ingin eksis dan apapun kegiatannya bisa disaksikan banyak orang termasuk ketika mereka menunjukkan inilah kita yang dengan percaya diri membaca dan berdoa tanpa risi dilihat dan dilirik oleh orang-orang yang sedang bertamasya.

"Asyik. Lur" mungkin kata mereka.

Ah, asyik bagaimana, aku malah semakin malu apakah gaya doa-doaku harus dilihat dan dipertontonkan mereka para pelancong dan pejalan kaki. Aku lebih suka duduk di pojok rumah, diam di kamar kemudian berdialog dengan Allahku dalam keheningan.

Ia tahu bahasa nuraniku, bahkan ketika tidak berucappun Allah tahu aku tengah berdoa. Sungguh tidak terbayang berdoa sambil melihat perempuan melintas hanya dengan memakai celana pendek, dengan belahan dada yang terlihat dan banyak mata melihat kita yang tengah khusuk sambil sesekali melihat lalu lalang pejalan kaki tiba-tiba saat angin datang roknya tersingkap.

Duh, terlalu jorok rupanya aku, sudah membayangkan buruknya kualitas doa di trotoar. Iya sebetulnya yang terganggu itu yang tengah berdoa atau mereka para pejalan yang tengah lalu-lalang. Pejalan itu pasti risi oh banyak orang suci di sepanjang jalan sedangkan ia menikmati jalanan karena memang ia tengah mencari hiburan bukan untuk berdoa tapi sedang menikmati sisi kemanusiaanya. Ia pejalan membatin aku adalah bagian orang berdosa, yang tengah dengan sengaja melayangkan pandangan ke tempat umum di mana ragam manusia ada dengan segala tingkah lakunya.

"Oh, kalian sedang berdoa, maafkan kami melintas, maaf kalau tali kutangku terlihat, aku tidak tahu bahwa kalian tengah berdoa maafkan."Wanita itu menunduk dan mengambil jepit rambutnya yang jatuh sambil tidak sengaja belahan dadanya terlihat oleh mereka yang tengah berdoa.

"Maaf."

Iya setan-setan berlalu lalang di jalanan. Sebetulnya jalan ini milik siapa iblis, setan, atau malaikat sih, kenapa sekarang banyak orang berdoa, lesehan membawa buku bacaan lantunan doa, ada yang membawa HP, kamera drone menyorot mereka, memperlihatkan wajah-wajah teduh yang tidak peduli lalang orang-orang.

"Hebat orang-orang ini, ia berani berbicara dan berdoa di ruangan dunia tempat banyak aktivitas pelancong dan manusia segala rupa datang."

Aku tidak bisa dan akan susah seperti mereka yang bisa berdoa khusuk sementara jalanan ramai. Aku lebih suka runduk bermeditasi di kamar sempit, tempat dimana tidak banyak orang tahu bahwa aku tengah berdoa. Toh, Tuhanku selalu mendengar meskipun bahasaku sungguh kacau, kadang tidak sopan dan kadang pula terlalu menuntut. Apa yang bisa kutunjukkan di muka umum jika menghapal ayat kitab sucipun aku tidak sanggup, nanti aku malah dicap sebagai orang bangsat yang tidak becus melakukan ritual doa.

Doa bagiku adalah hal yang bersifat pribadi, tidak mudah dan susah menunjukkan diri bahwa aku tengah berdoa. Lebih baik tidak dikenal daripada terkenal saat berdoa. Malu jika ternyata di muka umum ia memperlihatkan kepiawaiannya berdoa sementara di sisi lain ia ahli pula mempertontonkan ketidakpeduliannya akan penderitaan saudara-saudaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun