Setiap orang pasti mempunyai keinginan dan kebebasan untuk menentukan goal bagi hidupnya. Terasa berat kalau harus mau berkompromi dengan teamnya dan juga dengan kepentingan bersama. Rasanya tidak enak setiap kali mengambil keputusan harus berunding dan mencoba memahami orang lain, kenapa tidak langsung diputuskan, tanpa perlu melibatkan yang lain. Egois itu perlu pada saat yang tepat, dimana harus mengambil keputusan cepat, menunggu persetujuan bisa terlewatkan momentumnya.
Sudut Pandang Unselfishness
Kalau melihat orang-orang yang menyandang mega bintang, striker, goalgetter, egois itu DNA nya, ia harus menjadi penentu, tidak boleh menunggu, spekulasi itu penting dan butuh kecepatan untuk memutuskan dan itu harus egois.
Cristiano Ronaldo, bagi banyak orang dianggap orang sombong, egois dan mau menangnya sendiri, semua dituntut untuk melayaninya, ia menjadi pusat perhatian karena itu ia terkenal menjadi pencetak gol terbanyak, punya banyak penggemar, punya harta melimpah mempunyai prestasi gilang gemilang yang susah disamai oleh pemain bintang lainnya.
Di satu sisi ia banyak dibenci, banyak dikucilkan dan dianggap sebagai pemain egois yang membuat pola permainan tergantung pada dia. Klubnya menjadi lebih kecil dibandingkan kebesaran namanya.
Di mana-mana ketika dia bermain setiap klub, pelatih dan pemain harus mengikuti gayanya. Sangat egois kan, tapi itulah mega bintang memang mendapat privilege, kalau tidak dituruti akan mempengaruhi perfomanya.
Ketika ia lemah dan tidak punya semangat maka berpengaruh banyak pada klubnya. Dia mejan klubnya juga mejan. Dia mandul gol membuat klubnya seperti kehilangan gairah, dan pengaruhnya timnya keok.
Unselfisness diperlukan untuk pekerjaan yang membutuhkan team work yang solid, tidak ada yang lebih menonjol, semuanya mempunyai peranan, tidak mementingkan egois, semua harus dibicarakan bersama. Tetapi apakah unselfishness itu mutlak pada setiap pekerjaan? Bukankah ada pekerjaan yang memerlukan selfishness.
Terkadang egois itu diperlukan ketika suatu perundingan mengalami deadlock, tidak ada solusi sama sekali karena itu keputusan egois harus diperlukan dengan resiko ada yang keberatan dan ada yang sepakat dengan keputusan yang diambil cepat tersebut.
Pada banyak kesempatan Cristiano Ronaldo harus melakukan dribbling, menggocek sendiri, meliuk-liuk dan akhirnya mengeksekusinya sendiri. Ketika suasana buntu dimana para pemainnya cenderung memainkan egoisme, tidak memberikan umpan maka, ia perlu melakukan keputusan yang di sisi lain memang tidak disukai, tetapi kalau ia berhasil maka tepuk tangan membahana, dan pujian mengalir deras, bila gagal, cacian datang bertubi-tubi, ia dianggap sebagai pemain yang mau menang sendiri dan sekali lagi dikatakan selfishness.
Menjadi tidak egois itu butuh waktu, dan perlu banyak belajar dari kegagalan demi kegagalan hidup. Tidak semua orang sukses dan kaya lahir dari kelimpahan. Mereka yang akhirnya bisa mengendalikan egoisme itu bisa jadi awal mulanya berawal dari sifat egoisme dirinya yang melekat di masa lalu.