Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merayakan Hari Kasih Sayang Tanpa Pikiran Berzina

13 Februari 2022   07:24 Diperbarui: 13 Februari 2022   07:26 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Valentine dan aneka cokelat (kids.nationalgeographic.com)

Hari apapun yang berhubungan dengan budaya yang sudah dikenal secara internasional selalu muncul pro dan kontra. Di media sosial seorang pegiat media sosial menyentil pernyataan Ustad Abdul Somad  di sebuah artikel (Viva.co.id;Hukum Rayakan Valentine, UAS:Hari Zina Internasional), dengan mencuplik ayat alkitab dalam bahasa Inggris. Banyak komentar di kolom Ni Luh Djelantik bahwa perayaan hari Valentine tidak ada hubungannya dengan agama, tidak identik zina, tidak mengajarkan untuk melakukan hubungan bebas dengan orang selain muhrimnya.


Menghargai Setiap Sudut Pandang Ahli Agama

Valentine hanya simbol untuk berbagi kasih pada orang terdekat atau manusia lain, dengan membagikan coklat, bukan berbuat mesum. Lantas kenapa UAS bisa mempunyai pemikiran bahwa hari zina internasional. Meskipun saya tidak habis pikir, tapi saya tetap menghargai ustad. Sebagai ahli agama tentu ia tahu alasannya menolak mentah-mentah merayakan hari kasih sayang.

Karena ia berpegang teguh pada bunyi ayat-ayat yang dipahami dan berharap jamaah dan umatnya tidak latah merayakan kasih sayang yang bukan budayanya. Tetapi rasanya mengingat dan memberikan kasih secara tulus dengan simbol cokelat apanya yang salah. Manusia menjadi saling respek tanpa melihat latar belakang agama. Kalau kebetulan Hari kasih sayang itu dirayakan karena mengingat apa yang dilakukan Santo Valentinus, orang yang disucikan dalam tradisi agama Katolik, toh, bukan karena latar belakang sejarah Kristen dan katolik itu, semata- mata mengingatkan manusia untuk tidak kaku dalam mengimplementasikan kasih sayang hanya dengan yang seiman.

Kasih itu universal seperti yang muncul dalam 1 Korintus 13:4-8 Kasih iitu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi iabersukacita karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan;nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti pengetahuan akan lenyap.

Kasih sayang itu Universal

Dalam satu kalimat saya mencoba memahami terutama ...Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri. Melihat makna kasih sayang universal di mana letak zinanya? Dalam pemahaman banyak orang yang merasa santai menikmati dan merayakan hari Valentine bukan menganjurkan seks bebas, merayakan hari di mana bisa dengan leluasa bisa berhubungan badan dengan yang bukan pasangannya. Dalam pemahaman yang saya baca dalam literasi baik di buku maupun internet. Memberi dengan tulus, mengingatkan untuk saling perhatian dan membagi pemahaman kasih yang universal itu apa salahnya. Memang Hari Valentine itu bukan budaya wajib, tidak harus merayakan setiap tahun, tetapi makna kasih sayang dengan memberikan perhatian pada orang lain bukannya ajaran yang baik.

Ini bukan masalah agama, budaya katakanlah lintas agama, ia bisa masuk ke relung jiwa manusia tanpa harus melalui sekat keimanan. Mau Islam, Hindu, Kristen, Katolik, Budha Khong Hu Cu ataupun aliran kepercayaan mempunyai ajaran tentang kasih sayang. Ada ajaran dari para nabi dan pendiri agama bahwa salah satu ajaran yang paling menyejukkan dan mendamaikan adalah kasih. Betapa sejuknya bila setiap orang bisa sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak sombong, tidak melakukan hal-hal yang tidak sopan terutama berbuat zina.

Sejarah Valentine

Namun mungkin UAS mempunyai pemikiran lain dan menduga banyak orang memanfaatkan hari kasih sayang untuk melegalkan perzinaan. Kalau ada orang yang berpikiran begitu orang itu memang patut didamprat dan diingatkan,bukan itu yang dimaksud merayakan hari kasih sayang. Itu bahlul namanya! Namun menilik sejarahnya  memang ada beberapa versi. Dalam versi pertama tentang tragedi Pastor bernama Valentinus yang menentang kebijakan Kaisar Romawi Caudius II. Kaisar Claudius II terkenal kejam dan sering terlibat dalam peperangan berdarah. Kaisar merasa kemenangan sulit diwujudkan karena bala tentaranya enggan pergi ke medan perang karena terikat pada istri dan kekasih mereka.

Kaisar Roma dengan ambisinya melarang semua bentuk pernikahan dan pertunangan. Pastor Valentinus menentang kebijakan Kaisar dan diam-diam menikahkan pasangan muda. Tindakan pastor itu ketahuan dan akhirnya Valentinus ditahan dan dihukum pancung. Maka Valentinus oleh gereja diangkat sebagai orang suci dan diberi gelar Santo atas pengorbanan tersebut menjadi Santo Valentinus. Sedangkan versi lainnya yang mungkin menjadi referensi mereka yang menentang hari Valentine karena perayaan tanggal 15 februari zaman dulu di Roma menurut tradisinya Festival Lupercalia untuk menghormati dewa kesuburan maka dilakukan hal-hal yang berhubungan dengan seks bebas.

Yang banyak dilakukan sekarang pada hari Valentine adalah ungkapan cinta kasih dengan memberikan bunga dan cokelat dan ornamen berbentuk hati sebagai simbol ungkapan kasih sayang dengan orang-orang terkasih.

Baik Ustad kalau menduga bahwa merayakan hari kasih sayang dengan memberi statement zina itu hak anda, namun yang saya pahami dan kemungkinan banyak diamini banyak orang, bahwa rasanya tidak ada pikiran untuk melakukan perzinaan. Sebuah ungkapan kasih sebetulnya tidak harus setahun sekali, bahkan bisa setiap hari, kalau bisa dilaksanakan alangkah indahnya dan damainya dunia. Namun rasanya manusia sering lupa dan melupakan kasih itu sendiri. Hampir setiap hari membaca tulisan dari netizen yang terus berdebat dan mau menangnya sendiri, sementara di negara-negara yang katanya basis agamanya kuat namun yang terjadi perang, konflik, pembantaian, pembunuhan, pengeboman berlangsung setiap saat. Bahkan tidak kurang-kurang pemuka agama selalu menganjurkan melaksanakan perintah agama, namun perang tetap terjadi dan toleransi serta kasih sayang seakan tidak ada artinya. Darah bertumpahan sedangkan banyak pemuka agama selalu terlibat ngotot dengan pemahaman masing-masing pada tafsir yang diyakininya.

 Kalau sehari saja diam dan merenung dan mengimplementasikan kasih sayang kepada orang terkasih, orang-orang yang perlu mendapat sentuhan kasih sayang universal apa salahnya. Toh, semua orang butuh kasih sayang dalam arti umum, bukan kasih sayang dengan konotasi negatif, Salam kasih, apapun tanpa mengurangi rasa hormat kepada anda semoga andapun bisa memberi kasih sayang kepada orang-orang terdekat, mungkin bukan di hari kasih sayang atau Valentine Day, mungkin hari lain, tidak masalah yang penting terus mewartakan dan mempraktekkan kasih sayang kepada orang terdekat dan sesama. Salam damai selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun