Kalau berpikir secara realistis, tampaknya mustahil tim nasional sepak bola Indonesia bisa lolos dari lubang jarum, untuk melangkah menjadi juara AFF. Melihat pertandingan yang berlangsung di leg pertama saja penonton sudah melihat kedewasaan, kecerdasan, kerapian dan ketenangan Thailand sungguh luar biasa. Skuad Indonesia serasa jauh. Ini mungkin karena efek gol cepat yang dilakukan oleh pasukan Thailand yang benar-benar kompak dan mampu memainkan umpan terukur dan cepat, seperti gerakan tiki-taka Barcelona.
 Gol kaget itu yang membuyarkan konsentrasi permainan Indonesia. Dari sebelumnya ketika melihat permainan Thailand melawan Vietnam saya sendiri sudah membatin. Permainan Thailand berkelas dengan umpan-umpan terukur dan cerdas.Kalau melihat permainan Indonesia yang  masih sering salah umpan, tampak main dengan egoisme tinggi di depan mistar gawang seperti yang dilakukan Irfan Jaya maka akan susah melawan pasukan Gajah Perang di Final.
Euforia kemenangan atas Singapura, meski sebenarnya kesal dengan permainan ceroboh skuad Indonesia yang sangat susah menerobos pertahanan Singapura yang luar biasa. Indonesia memang harus belajar banyak dan meningkatkan pengalaman menuju kedewasaan bermain. Skuad muda Indonesia memang luar biasa tetapi menghadapi permainan cerdas Thailand bukan hanya masalah ngotot dan adu strategi.
Mentalitas Indonesia memang teruji saat melawan Singapura, namun menghadapi Thailand yang terus mengubah-ubah strategi menjelang leg pertama final terlihat bahwa emosi skuad pemain gampang kaget, apalagi menghadapi organisasi permainan Thailand yang memang jauh lebih matang.
Indonesia tampak kewalahan menghadapi kelincahan kapten Thailand Chanathip Songkrasin kancil lincah seperti Lionel Messi. Padahal Indonesia sebetulnya juga punya pemain pintar seperti Witan Sulaeman, namun untuk pertandingan leg pertama tusukan-tusukan Witan kurang, dan striker Indonesiapun bingung menempatkan posisinya sehingga peran juru gedor kadang malah dilakukan Dewangga meskipun akhirnya gagal menceploskan gawang ke Thailand karena ketidaktenangan pemain.
Jika nanti Skuad Indonesia bermain, semoga saja bisa bermain lepas, tidak perlu ada target harus menang, cukup bermain bagus dan menampilkan permainan terbaik. Thailand pasti tidak akan mengendor bahkan akan selalu mencoba mengganggu Indonesia sampai menciptakan peluang gol. Mungkin lini tengah diperkuat dan teror Thailand dihadapi dengan semangat membara. Tunjukkan bahwa Indonesia layak melangkah ke Final, meskipun pada akhirnya nanti Indonesia tetap kalah, tapi kalah dengan kepala tegak karena permainan mereka tidaklah buruk, hanya kurang beruntung di leg pertama karena kaget dengan pola serangan cepat Thailand.
Indonesia bisa belajar bahwa untuk mempersiapkan turnamen dan menghadapi kejuaraan setingkat AFF yang terpenting adalah pembinaan berjenjang, membenahi kualitas, liga satu, liga dua, liga tiga sampai pada pembibitan di sekolah sepak bola. Jangan dicampuradukkan dengan urusan politik, dibina sistem pembibitan berjenjang hingga akhirnya nanti Indonesia mendapatkan talenta- talenta sepak bola berkelas dunia.
Upaya Shin Tae-yong sudah maksimal, perlu dipertahankan sampai mereka matang dan pengalaman bermain di turnamen besar. Apalagi sebentar lagi akan digelar pialan AFF U-23. Saatnya mempersiapkan lebih matang supaya bisa menunjukkan diri bahwa Indonesia layak diperhitungkan khususnya di tingkat Asia Tenggara kemudian melangkah ke tingkat Asia.
Masih ada asa. Sekecil apapun peluang untuk menang harus diupayakan. Bola masih bulat dan apapun bisa terjadi termasuk keajaiban tahun 2021. Nyatanya penantian panjang Piala Thomas di bulu tangkis bisa dimanfaatkan dan piala Thomas bisa kembali ke Indonesia, siapa tahu Piala AFF kali ini Indonesia bisa membalikkan keadaan. Yang semula Loser menjadi Winner. Memang kadang dalam hidup selalu ada keadaan di mana ada saatnya harus dibawah, kalah dan tersingkirkan. Tetapi semangat baja bisa memberikan hasil maksimal sehingga bisa saja hal yang imposible bisa possible, yang semula rasanya tidak mungkin menjadi mungkin.
Itu adalah filosofi kehidupan, selagi masih berjuang, sekuat tenaga berjuang sampai titik darah penghabisan, seluruh masyarakat mendukung kalian. Keajaiban pasti ada, yang terpenting jangan merasa kalah sebelum bertanding, merasa inferior di tengah hujatan. Â Manusia itu harus disentil ketika terlalu jumawa dan sedang di atas, terlalu banyak makan pujian. Ketika terjatuh merasa sakit dan sedih.
Ayo bangkit garuda, terbang, tunjukkan bahwa angkasa masih luas dan kepak sayapmu masih kekar melayang di udara luas. Tunjukkan bahwa cakar kalian masih bisa mencengkeram kuat. Kalah menang itu hanya permainan, tapi menunjukkan permainan terbaik itu wajib dilakukan, kalau kalian digempur 7 hari tujuh malah, balas dengan gempuran juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H