Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menulis di Kompasiana Cara Praktis Branding Diri sebagai Penulis

17 Juni 2021   14:48 Diperbarui: 17 Juni 2021   15:06 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebetulnya apa sih personal branding itu istilah yang sekarang sering disebut dengan penjenamaan diri. Istilah personal branding muncul dari pemahaman bahwa di era media sosial ini nama kita perlu diangkat agar seseorang atau publik mengenal kita lewat jejak digital atau sebuah karya, entah dari menulis, melukis atau menjadi pembicara.

Dalam kamus bahasa terumuskan bahwa personal branding berhubungan dengan merk pribadi, personal branding mengacu pada membangun persona  public anda untuk audiens target anda (Accurate.id:Apa Itu Personal Branding). Dalam hal ini sebetulnya Kompasiana telah mengarahkan diri saya, dikenal sebagai penulis. Ada jejak digital yang bisa membuktikan aktifitas saya lebih sering terlihat sebagai penulis daripada pekerjaan asli saya sebagai guru.

Ketika mengklik google dan mencari nama saya yang keluar adalah produk tulisan saya yang sering muncul menulis di Kompasiana. Dengan rajin menulis dan mempublikasikan tulisan - tulisan di Kompasiana terbentuk image di masyarakat (media sosial bahwa saya adalah penulis ). Itulah mengapa dari rutinitas, aktifitas dan konsistensi menulis di platform blog Kompasiana bila mencari nama saya di google lebih muncul sebagai sosok penulis daripada sebagai seorang pengabdi pendidikan.

Membangun Personal Branding Mudah...Jika...

Membangun personal branding bisa dikatakan mudah maupun tidak mudah.  Dibutuhkan kesabaran untuk menapak jalan yang sunyi, yang sebetulnya kurang bisa diandalkan untuk menegakkan periuk nasi jika dilakukan hanya setengah - setengah. Mudah jika punya kiat jitu untuk meningkatkan keterkenalan dengan menguasai teknologi dan sosial media, serta rajin mengupload aktifitas keahlian di media sosial. Bisa juga dengan membuat konten yang berpotensi populer dan terkenal. Contohnya jika punya keahlian menyanyi seseorang bisa mengikuti kontes nyanyi seperti Indonesian Idol. Jika beruntung dan punya skill mumpuni bisa terangkat personal brandingnya sebagai penyanyi.

Terus terang jujur saya masihlah disebut pecinta literasi daripada mendapat sebutan mentereng sebagai penulis. Meskipun sudah ada beberapa buku yang dihasilkan totalitas saya yang setengah- setengah itu belum meyakinkan diri saya sendiri untuk membranding diri sendiri sebagai penulis. Menulis masihlah sebagai hobi, bukan pekerjaan utama.

Saya juga tidak bisa total mencari referensi dengan mendatangi langsung obyek tulisan, lebih sekedar dari aktifitas selingan yang kebetulan bila pergi ke sebuah tempat wisata atau tempat unik lalu mencoba menuliskan reportase bukan bertujuan komersial, lebih pada menghibur diri dan menyalurkan hobi menulis.

Membangun Personal Branding dari Hobi

Padahal dulu sebelum menjadi guru ada terbersit dalam pikiran untuk menjadi penulis. Meskipun latar belakang pendidikan saya adalah seni rupa, namun dalam otak saya pernah terlintas untuk menjadi pemerhati dan kritikus seni rupa seperti halnya yang dilakukan oleh M Dwi Marianto, Mikke Susanto, Jim Supangkat, Agus Dermawan T. Suwarno Wisetrotomo dan lain - lain.

Namun semenjak menjadi guru tetap keinginan itu seakan terkubur, meskipun masih ada keinginan menulis namun tidak total alias hanya sebagai sambilan dari pekerjaan utama sebagai pengajar di sekolah swasta di Jakarta.

Membangun personal branding bukan perkara instan, pansos, atau tiba - tiba , dadakan lantas disebut penulis. Saya sudah lama berkecimpung dalam dunia tulis menulis, sudah sejak sekitar 1990 - an . Terbangun karena kesukaan saya membaca buku, membaca novel, cerita berseri, komik. Buku -- buku referensi itu akhirnya mendorong saya mencintai dunia literasi.  Di tahun 1999 sampai 2001 saya pernah aktif menulis di organisasi yang mewajibkan saya untuk konsisten menulis. Mengelola majalah khusus gereja, melaporkan dan mencari berita yang cocok untuk kegiatan serta warta gereja, menulis tentang sosok inspiratif. Juga menjadi kontributor sebuah majalah Praba dalam kurun waktu kurang lebih 1 tahun. Dari situ saya belajar bagaimana mempraktekkan kemampuan menulis, melatihnya dan belajar peka terhadap informasi yang barangkali berguna untuk orang banyak. Sebelumnya saya juga pernah menulis artikel di koran dan mengikuti workshop singkat jurnalistik di kampus.

Namun di Kompasiana sejak bergabung di  Januari 2010, nama saya pelan- pelan tercatat sebagai sosok penulis. Pelan - pelan terbangun branding diri sebagai penulis dan mulai pede untuk mengenalkan tulisan untuk dibaca masyarakat luas. Menjadi diri sendiri, tidak mengekor atau mengkcopy paste tulisan orang lain ( kalau sekedar mencuplik ya wajar, tapi tidak sampai mendominasi karya artikel, hanya berapa persennya saja).

Medan berat menulis adalah masalah konsistensi, rasa bosan dan kesetiaan untuk terus menekuni duni tulis menulis. Saya benar- benar kagum pada mereka yang konsisten setiap hari menulis di Kompasiana, bahkan sampai sekarang. Saya sempat timbul tenggelam di Kompasiana. Namun akhirnya kembali lagi ke Kompasiana yang membuat saya terbangun personal brandingnya sebagai penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun