Sebetulnya saya sudah bosan melihat konflik yang terjadi di sinetron. Ceritanya bagus hanya pada intronya, pada episode-episode awal. Logikanya masih bisa dicerna dan masuk akal, namun semakin lama konflik yang dibangun mulai mengikuti arus pasar, kesan dramatisnya semakin liar tapi alur ceritanya semakin ngawur.
Cerita Asal Dramatis dengan Logika Kacau
Melihat plotnya, penokohannya serta setting ceritanya kadang tidak nyambung, cenderung mengikuti arus pasar yang mendasarkan keseruan berdasarkan rating dari penilaian survey entah dari mana.Â
Sebetulnya saya bisa menebak pemain sebetulnya sudah bosan, sudah mulai jenuh tetapi permintaan produser, juga rating iklan masih tinggi maka ada semacam pemaksaan untuk mengimprovisasi cerita dengan menambah tokoh yang masuk sehingga konflik tetap terjaga tapi alur cerita sudah jauh dari naskah/ novel/ script awal karena muncul improvisasi, tergantung permintaan pemirsa, atau supaya serialnya tetap tersambung sampai beratus - ratus episode bahkan sampai ribuan.
Kadang malah tokoh utamanya silih berganti, dan ketika ada bintang yang terlibat kasus narkoba, ceritanya langsung direkayasa pemainnya pergi keluar kota atau ada sebuah tragedi yang menyebabkan pemain hilang entah dengan kecelakaan, kuliah ke luar negeri atau mati secara tidak wajar.
Itulah sinetron yang bersifat kejar tayang kadang digarap dengan terburu- buru, tanpa memikirkan alur ceritanya logis atau tidak. Namun semakin kesal, benci dan bosan selalu ada kerinduan untuk menyaksikannya karena tidak banyak tontonan menarik di jam primetime yang menarik.
Mengejar Rating mengesampingkan Kualitas
Sinetron yang hadir di televisi besar semacam RCTI dan SCTV itu yang selalu berkejaran dalam hal rating, semakin rating tinggi maka semakin banyak kue iklan yang mampir, dengan demikian semakin banyak pendapatan dari acara andalah  yaitu sinetron.
Pemain utamanya pun semakin tajir melintir karena bermain dengan jumlah episode lebih dari 100 dan tentu pundi- pundi mengalir di setiap episode. Bintang semacam Arya Saloka, Â Amanda Manopo, Cinta Brian, Antonio Blanco Jr, Stevan William, Verrel Bramasta, Michelle Ziudith, Ranty Maria, Hako van Der Veken. Rangga Azof, Â dan lain -- lain pun semakin kaya raya dengan bayaran per episode.
Kalau melihat dan mengikuti ceritanya, kadang ingin tertawa sendiri melihat logika cerita yang seringkali ngawur, ada kesengajaan untuk mengulur- ulur cerita, membuat yang seharusnya terbongkar namun dibuat panjang agar tidak segera terbongkar kejahatan dari si antagonis, terkadang kasihan melihat tokoh utamanya yang perannya terlalu baik, selalu dibuli, selalu mendapat tekanan dan sasaran fitnah, serta menjadi obyek penderita terus menerus.
Yang jahat selalu pintar mencari kesalahan pemain protagonisnya dan pemain protagonisnya baiknya kebangetan. Apakah memang disengaja oleh penulis skenario seperti misalnya di SCTV Â penulis novel Lupus, Hilman Hariwijaya tampaknya tidak bisa idealis, ia akan mengikuti apa kata produser dan permintaan pasar, serta selera penonton.