Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Anda Tipe Menulis karena Kebiasaan atau Dipaksa Keadaan?

17 Mei 2021   09:07 Diperbarui: 17 Mei 2021   11:21 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel saya di Kwikku.com (dokpri)

Ada beberapa orang di sekitar kita yang benar - benar hobi dan menjadikan menulis sebagai kebiasaan, namun banyak pula yang menganggap menulis karena keterpaksaan, Dipaksa menulis karena faktor pekerjaan. Dari dua pilihan itu bagaimana anda? Kalau seorang penulis murni pasti dan yakin bahwa menulis itu sebagai hobi dan kebiasaan.

Menulis Karena Kebiasaan Lebih Awet  daripada Menulis Karena Terpaksa?

Jika menulis karena kesadaran diri, bukan keterpaksaan ia akan selalu rutin menulis. Tidak terpaku menulis bidang tertentu yang jelas apapun bisa menjadi ide tulisan. Menulis sebagai kebiasaan adalah sebuah rutinitas yang tidak bisa ditinggalkan. Bahkan rasanya aneh jika dalam sehari tidak menulis, rasanya ada sesuatu yang hilang seperti juga kebiasaan orang buang air besar, jika sehari saja tidak melakukannya perasaan ada yang aneh dan dipaksa harus keluar, kalau tidak malah menjadi penyakit.

Jika ada orang yang biasa menulis tiba - tiba berhenti ada sebuah perasaan hampa, rasanya ada ganjalan yang harus dikeluarkan. Menulis itu sudah merupakan bagian dari aktivitas keseharian. Apalagi orang yang tidak terbiasa curhat dengan teman dengan sahabat di sekitar dan menganggap menulis bisa dijadikan sarana untuk memecahkan persoalan yang ruwet dalam hidupnya, entah saat patah hati, putus cinta, kecewa, marah dan banyak beban pikiran.

Kebiasaan Menulis itu tidak "Ujug --Ujug "Datang Biasanya dari Kesukaan Membaca

Sebetulnya kebiasaan menulis itu bukan ujug- ujug (tiba tiba) muncul. Tiap orang beda sebabnya kalau saya, kesukaan menulis dimulai dari kesenangan membaca sejak kecil. Dari membaca buku cerita anak- anak terbitan Balai Pustaka sampai buku umum yaitu cerita silat Jawa Api di Bukit Menoreh dan buku silat China karangan Asmaraman S Kho Ping Hoo, yang berupa buku kecil berjilid dengan kertas stensil. Kalau sudah membaca buku Kho Ping Hoo dan Kho Ping Hoo bisa semalaman bacanya, bahkan dengan mencuri - curi waktu sampai hampir pagi sampai beberapa buku taman di baca.

Buku tebal pertama yang pernah saya baca adalah buku lain dari SH Mintardjo. Yaitu Naga Sasra Sabuk Inten. Biasanya saya pinjam dari nenek saya yang sangat hobi membaca. 

DI rumah kampung saya dulu, buku tidaklah asing bagi saya, berbagai buku dari buku pelajaran, buku cerita, buku kuliah, buku ejaan lama, bahkan buku berbahasa Belanda ada. 

Kebetulan saya dari keluarga guru, Kakek saya adalah Kepala Sekolah  SD, yang dulu sering dipanggil  Mantri Guru. Kebetulan tetangga di sekitar hidup sebagai petani dan keluarga saya yang berbeda karena berlatar belakang guru. Satu dusun yang profesinya guru bisa dihitung dengan jari, yang saya ingat hanya dua keluarga termasuk keluarga saya.

Lingkungan Mempengaruhi Kebiasaan Menulis

Kekayaan yang paling menonjol dari keluarga saya ya buku, Bapak hobi membaca dan kebiasaan membaca ayah saya tampaknya membuat ikut penasaran untuk ikut- ikutan membaca. 

Meskipun dari segi kecerdasan tergolong biasa saja, prestasi akademik juga tidak bisa cukup dibanggakan namun yang jelas kebiasaan membaca membuat wawasan saya bertambah. Dan membaca itu akhirnya menjadi habit atau kebiasaan yang susah dihilangkan sampai sekarang.

Dari kebiasaan membaca saya sedikit - sedikit berhasrat untuk menulis, mula - mula hanya menulis ungkapan hati, ketika merasa jatuh cinta pada seseorang semasa SMA, dari situ kebiasaan menulis berlanjut dengan menuliskan di buku. Anggap saja seperti diari. Di akhir - akhir kuliah saya iseng mengirimkan tulisan di surat Pembaca entah, yang cukup banyak dimuat adalah ketika di Bernas. 

Pernah suatu ketika saya menulis tentang jalan rusak di Kecamatan saya di Sawangan Magelang, Surat Pembaca itu dimuat dan mungkin dibaca pejabat dan mungkin kebetulan sehari setelah tulisan saya dimuat jalan itu diperbaiki, itulah pengalaman awal menulis dan dipublikasikan.

Banyak Yang Hanya Karena Tuntutan Pekerjaan dan Tugas 

Banyak teman - teman saya dulu dan sampai sekarang yang menulis karena paksaan, Paksaan karena kebiasaan menulis lebih karena tugas dan pekerjaan. Sekedar memenuhi tuntutan dari pekerjaan. 

Ketika kuliah teman - teman terpaksa menulis karena ada tugas, paper, karya tulis dan skripsi, setelah selesai kuliah kebiasaan menulis ditinggalkan karena bukan passion mereka. 

Sedangkan saya menulis lebih karena kebiasaan. Kalau ada masalah larinya ke menulis, kalau ada persoalan berat yang membuat beban pikiran saya pecahkan dengan menulis, akhirnya menjadi kebiasaan yang susah ditinggalkan.

Spontanitas Menulis Terbangun karena Kebiasaan

Sekarang beruntung dengan adanya platform blog saya bisa menyalurkan kebiasaan menulis itu hingga terkumpul ribuan karya, jadi kalau menulis lebih dari 500 kata bisa dilakukan sekali duduk itu karena kebiasaan bukan paksaan. Bahkan jika tidak menulis rasanya ada yang aneh, seperti BAB kalau belum keluar belum nyaman menjalani aktivitas keseharian.

Pengalaman menulis seperti ini pasti dialami oleh para penulis di sini. Saya hanya membagi pengalaman hidup. Ada yang sukses dan akhirnya kebiasaan menulis menjadi pekerjaan utama. Memproklamirkan diri sebagai penulis murni, total dan profesional sedangkan saya masih belum berani menjadikan hobi menulis sebagai pekerjaan utama.

Menulis Sebagai Hobi atau Profesi?

Mungkin suatu hobi saya menulis bisa menjadi ladang pekerjaan, namun saat ini kebiasaan menulis saya lebih sebagai hobi yang memberi tambahan aktifitas, syukur - syukur bisa menambah pendapatan, dan menambah relasi pertemanan, bisa saling berdiskusi dengan para penulis dan pegiat literasi.

Lebih senang lagi tulisan yang dihasilkan bisa menjadi referensi mahasiswa atau menang di ajang lomba menulis. Paling tidak dari menulis ada buku solo dan buku antologi hasil dari kebiasaan menulis saat ini. 

Sebuah cita - cita yang belum sempat diwujudkan adalah mempunyai novel yang terwujud sebagai buku cetak, sedangkan novel di web semacam wattpad sudah menghasilkan beberapa cerita yang sebetulnya siap cetak kalau ada yang tertarik mencetaknya. Saya bertekad tahun ini bisa mewujudkannya.

Novel saya di Kwikku.com (dokpri)
Novel saya di Kwikku.com (dokpri)

Novel saya di Wattpad (dokpri)
Novel saya di Wattpad (dokpri)
Tahab pertama dari pencetakan novel saya mungkin mengedit kembali novel - novel saya yang ada di Wattpad dan Kwikku. Saya sendiri heran bisa menyelesaikan novel dan dipublikasikan di web novel dan cukup banyak pembacanya. Semoga dalam waktu dekat novel cetak saya terbit.

Kebiasaan Bisa Sukses mengantarkan Seseorang Menjadi Penulis Profesional

 Habit yang baik dari menulis itu menulis bukan karena paksaan namun karena kebiasaan, semoga semakin banyak penulis muncul dan saya bisa belajar banyak untuk bisa bersaing secara positif dengan para penulis tersebut untuk menggenjot daya juang selain semakin rajin menulis juga terus memupuk kebiasaan membaca dan berpetualang untuk memperkaya dimensi tulisan yang dihasilkan dan menambah kualitas karya tulis. Salam literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun