Perseteruan partai bagaimanapun akan merugikan partai maka sebaiknya Moeldoko segera mundur dan fokus pada pekerjaannya. Campur tangannya terhadap demokrat hanya akan membuat partai menjadi rapuh, itu hanya akan memicu delegitimasi aspek politik, sosial dan agama.
Jangan sampai muncul anggapan bahwa Moeldoko seorang jenderal yang tidak tahu terimakasih, dulu menikmati apa yang diberikan Demokrat, sekarang malah berkianat, dulu begitu kukuh pada sumpah Sapta Marga sekarang cenderung melupakan.
Dalam adat ketimuran apa yang dilakukan oleh Moeldoko itu tidak patut Moeldoko harus kembali pada sumpah Sapta Marga dan kode etik keprajuritan. Satria yang baik mau menghargai apa yang sudah diberikan pimpinannya yang telah mengangkatnya sebagai prajurit dengan jenjang tertinggi bukan malah menikam dari belakang kepercayaan.
Bagi Moeldoko sebuah pilihan politik itu pahit tetapi ia harus berani memutuskan.
Moeldoko bahkan tidak memberitahu pada anak dan istrinya atas keputusan yang ia ambil. Moeldoko menandaskan ia sudah terbiasa mengambil keputusan demi kepentingan bangsa dan negara. Untuk itu bagi kubu seberang "jangan bawa -- bawa presiden dalam persoalan ini."
Apapun keterangan Moeldoko, Demokrat AHY menghimbau agar Moeldoko tidak boleh campur urusan partai. KLB menurut Demokrat hanyalah gerombolan sakit hati yang membuat kisruh partai saja.
Urusan dengan politik dan partai butuh stamina dan kecerdasan agar tidak termakan oleh narasi-narasi menyesatkan yang membuat kondisi partai menjadi kurang mendapat simpati masyarakat, jangan sampai masyarakat semakin antipati terhadap partai politik.Â
Para politisi harus punya bekal kuat agar ia bisa menjelaskan bahwa partai politik tidak sekotor yang dipikirkan masyarakat. Sebab ada kecenderungan kepercayaan masyarakat pada partai politik menurun.
Partai politik terutama Demokrat harus berbenah agar tidak ditinggalkan masyarakat pemilihnya. Caranya saat ini harus bisa merangkul kubu KLB Deli Serdang Pimpinan Moeldoko.
Sumber Berita CNN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H