Benarkah menulis perlu sensasi? Lalu manuver apa sih sehingga penulis bisa berkhayal, mencari ide baru untuk menarik pembaca berselancar di lapak tulisannya. Kalau hanya menulis biasa membuat judul biasa mana mau pembaca melirik, apalagi membacanya. Maka sensasi itu salah satu senjata agar bisa menggenjot minat pembaca untuk berbalik arah dan penasaran dengan tulisan dengan judul aneh.
Kalau hidup hanya dijalani biasa - biasa saja mana pernah menemukan masalah yang membuat seseorang harus memaksimalkan kemampuannya. Kalau tidak dikejar anjing galak dan akhirnya bisa melompati parit yang lebar, padahal kalau dipikir normal mana berani melompati parit lebar itu,ternyata bisa. Kadang manusia perlu dihadapkan pada kasus besar agar ia bisa memaksimalkan kemampuannya. Demikian dengan menulis. Bukan hanya sekedar menulis dengan topik biasa saja, sesekali coba dengan membuat judul dengan daya kejut yang maksimal.
Menulis itu perlu sensasi, Menilik dari kamus KBBI sensasi adalah yang membuat orang terharu; yang merangsang emosi.Menulis  perlu sesekali punya daya pikat  bukan hanya sesekali, kalau perlu setiap menulis harus ada hal besar yang bisa memberi simpulan pada pembacanya bahwa oh artikel ini anu, benar benar besar anunya, maksudnya besar manfaatnya ( gak boleh berpikiran jorok ya ).
Apakah sensasi itu konotasinya negatif. Karena konotasinya sih seperti mengarah pada perilaku selebritis, yang suka nyeleneh, cari trik agar diperhatikan, bikin hal - hal heboh sehingga yang semula namanya tenggelam kembali muncul karena berita sensasional tadi.
![salah satu artis yang beritanya sering menjadi sensasi Nikita Mirzani (newsmaker.tribunnews.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/02/04/tanggapan-nikita-mirzani-soal-video-panas-yang-sedang-heboh-601b4b3fd541df072215f3e2.jpg?t=o&v=770)
Kita dibuat terbuai dengan ilustrasi -- ilustasi bahasa serta petunjuk berbahasa yang tidak biasa dilakukan oleh guru bahasa Indonesia pada umumnya. Ia bisa melompat, menggiring kata dalam metafora yang bagi saya tidak terpikirkan.Â
Aneh tapi bagus, maka meskipun ia jarang bertandang ke ranah artikel populer seperti politik dan artikel gosip tapi ia selalu mendulang komentar, penilaian dan tentu saja pembaca loyal yang siap sedia membaca tulisannya.
Bulan-bulan ini yang senang dengan pengajaran bahasa Indonesia populer,yang asyik pasti selalu menunggu apa sih yang ditulis Daeng. Demikian dengan narasi kritik lucu dan menghibur dan Prof Felix Tani, yang bisa mengemas aneka data yang sebetulnya memusingkan menjadi ringan.Â
Saya selalu merasa terhibur jika Prof Felix selalu berseloroh dengan tulisannya yang memang benar petani tulen yang piawai menanam kata dan membuat Kompasiana menjadi meriah. Padahal ia pernah berkata bahwa ia akan menepi sejenak setelah tulisannya yang keseribu. Tapi memang sayang kalau tidak menulis sih.
Yang sensasional itu yang ditunggu. Mereka adalah penulis sensasi, gaya tik tokan mereka mengingatkan saya saat awal - awal Kompasiana. Di laman komentar, selalu ramai dengan adu argumen yang bikin gigit jari.Â
Mengapa, sayangnya karena otak dan daya pikir terbatas maka hanya bisa tersenyum saat mereka berdebat, sebab bingung sih kok nggak selesai -- selesai. Ternyata setelah perang kata - kata.Â
Diakhir cerita mereka tampak akrab dan berbincang santai. Padahal saya sudah dagdigdug bila ada yang melempar gelas, membanting sendok. Aduh ternyata setelah berdebat mereka berangkulan.Â