Saya ingat lagu Dewa 19 Formasi pertama ketika Ari Lasso masih gabung dengan Dewa 19. Saya membeli kaset Dewa 19 dengan Judul Pandawa  Lima sekitar tahun 1997 entah di toko sekitar Muntilan atau toko kaset besar di toko Popeye di dekat Malioboro. Toko itu terkenal memiliki koleksi lengkap kaset. Dari berbagai genre rock, keroncong, lagu Barat, Jazz, fushion, Gamelan Nyi Condrolukito dan campur sari Mantous.Semua ada. Toko itu sudah terkenal dan kebetulan masih bisa dijangkau kantong mahasiswa. Musik era 90s tentu saja sangat familiar, waktu itu beberapa lagu dari Nike Ardilla seperti Seberkas Sinar sekitar tahun 90 -an. Sangat nge - hit. Apalagi setelah kecelakaan tunggal Nike Ardilla  membuat lagu itu sering diputar untuk mengenang almarhumah Nike Ardilla.
Ada Lagu Dewa 19, formasi lengkap dengan vokalisnya Ari Lasso, Lagu, lagu dari Slank, dan terutama bagi orang yang pernah tinggal di Yogyakarta tidak akan ketinggalan mendengarkan lagu dari KLA Project Jogjakarta. Apa yang digambarkan syair Jogjakarta itu tentu saja saya tahu. Tahun 90 --an saya banyak menghabiskan waktu di Yogyakarta. IStilahnya ngangsu kawruh. Menjadi mahasiswa (Mapala:Mahasiswa paling lama hahaha). Saya masuk tahun 1990 dan baru lulus sekitar 1998. Jadi seluk beluk Yogyakarta, jalannya suasananya, gang- gangnya, nama- nama jalan cukup saya ingat. Kalau Katon menggambarkan tentang Yogyakarta terutama Malioboro tentu saja saya mengangguk, seakan mengiyakan.
Tapi kalau menggambarkan tentang pergaulan orang - orang berduit yang bisa menghamburkan uang untuk menikmati keelokan Jalan Malioboro itu bukan aku banget karena waktu itu sebagai mahasiswa uang saya selalu mepet, meskipun tidak terlalu kere banget tapi selera makan ya sekitar warung Burjo, texas dan minuman mewah es ya membelinya di Mbok Kethek sekitar Gang Guru atau Gang Narada di Mrican, masuk Wilayah Depok Condong Catur atau disingkat CC.
Saya mendengarkan lagu lewat radio kaset yang ada di kost - kost - an,atau ikut nebeng mendengarkan musik di angkringan pinggir jalan. Waktu itu sudah ada Bar atau tempat nongkrong mewah  di sekitar Pingit Jalan Magelang, atau semacam Dugem di dekat hotel Melia Purosani, dekat dengan Pasar Bringharjo. Namanya kalau tidak salah Klub malam Papillon di jalan Suryotomo yang berdiri sekitar tahun 1992. Kalau bioskop yang paling mewah ya Bioskop Empire, dan  bioskop dekat koran KR di jalan Panembahan Senopati. Kalau saya sih nontonnya seringnya kata mahasiswa kere di empire 9 yang terletak di seberang Empire di Jalan Solo. Yang nonton penuh, sering berdesak - desakan, asap rokok mengepul dan jalanpun habis untuk tempat duduk. Kalau tidak ya di Sobo Harsono yang ada di dekat alun - alun Malioboro. Disampingnya sering ada bar music dangdut yang artisnya sering berjoget dengan baju minimalis dan seronok.
Suasana Malioboro waktu itu masih kental nuansa seninya. Para pengamen yang banyak dari kalangan mahasiswa. Mungkin mahasiswa jurusan musik ISI sering gladi mental menjadi pengamen jalanan. Dan tiap malam ngamen di sepanjang Malioboro. Sedangkan saya dulu masih sering nongkrong di sekitar Gedung Vrederburg yang ada di depan persis Istana Kepresidenan. Di samping Istana ada gedung bernama seni sono yang akan sangat dikenang oleh para seniman zaman itu sebagai tempat gladi kesenimanannya. Saya pernah masuk dan ikut latihan bareng di dalam gedung. Yang nempel diingatan adalah ketika dilatih oleh sutradara, sekaligus budayawan Emha Ainun Nadjib diiringi musik Kyai Kanjeng. Dengan repertoar Teater berjudul Santri -- Santri Khidlir yang dipentaskan di Aula ISI Karangmalang ( sekarang Menjadi milik UNY Fakultas FPBS jurusan Seni Budaya ( musik ) karena ISI pindah ke Jalan Parang Tritis )
Bicara tentang musik 90 -an tentunya saya meresapi sekali, walaupun waktu itu lagu Yogyakarta bukan satu -- satunya yang ngehits, itu mungkin akan lebih mengesankan bagi mereka yang sudah meninggalkan Yogyakarta dan menjadi kenangan yang tidak terlupakan. Era 90 -an kaset masih meraja, lagu - lagunya bisa di dengar dari radio Retjo Buntung, atau radio yang terkenal di Yogyakarta adalah Geronimo FM yang gedungnya dekat dengan gedung Wali Kota Yogya tepatnya di Jalan Gayam.
Bagi kami Malioboro itu terlalu mahal. Kalau tidak pintar bisa ketutuk. Makannya apa tapi mbayarnya luar biasa mahal. Saya tentu berhitung dan sering makan di angkringan sego kucing. Ngopi atau pesan susu Jahe sambil mendengarkan rengeng - rengeng musik tradisional, ditemani nyamikan /camilan semacam  tahu susur/tahu isi atau tempe goreng. Makanan favoritnya adalah tempe bacem dan tahu bacem kalau makan di angkringan, lalu ngobrol ngalor ngidul sambil mendengarkan lagu deretan lagu hit Geronimo FM. Nike Ardilla paling sering saya dengar, selanjutnya lagunya dari Kahitna atau dari Slank. Tapi yang paling mengasyikkan bagi orang Jawa seperti saya tentunya mendengarkan lagu dari Mantous yaitu Nyidam Sari. Hahaha....
Bicara tentang musik tahun 90s tentu asyik karena saya jadi ingat bagaimana rasanya deg- degan ketika mencoba apel, ke kost putri, mencoba merayu meskipun ujung- ujungnya ditolak. Ada yang naksir tapi saya malah risi dan menghindar. Ketika naksir berat seorang gadis tapi tidak berani mendekat karena takut ditolak. Pokoknya bagi playboy cak kapak dengan modal cekak mungkin hanya menghadiahi kaset Dewa 19 itu yang menjadi kebanggaan, dibeli dari menyisihkan uang saku dan membelinya di toko kaset Popeye yang legendaris itu. Itu sudah wow. Ketika merasa jatuh cinta ya mendengarkan lagu hit Geronimo FM yang waktu itu sering mengumumkan deretan lagu hit hampir tiap hari. Jangan tanya tiap kost ada televisinya seperti sekarang, yang ada adalah radio kaset. Baru akhir tahun 1990 an mulai ada komputer yang bisa menyimpan musik - musik.
Ketika sedang jatuh cinta pada seseorang waktu itu saya membeli kaset dari Dewa 19 dan lagu favoritnya adalah Kirana dan Cinta khan membawamu.
Kucoba memahami tempatku berlabuh
Terdampar di keruhnya satu sisi dunia