"The  Power Of Showing Of"
Siapapun orang tua akan gelisah melihat bayang-bayang gelap pendidikan Indonesia, terutama saat Indonesia dan seluruh dunia terkena tsunami corona yang menyerang seluruh bumi persada ini.Â
Perekonomian dunia dibuat kalangkabut oleh wabah covid- 9 yang masih belum ditemukan secara persis bagaimana memutus rantai persebaran corona. Kegelisahan orang tua pada dunia pendidikan terutama terjawab dengan jelas oleh mendikbud Nadiem Makarim lewat perspektif hari kedua Kompasianival 2020 dengan pewawancaranya COO Â Kompasiana Nurulloh.
Masalah Seputar Dunia Pendidikan Saat PJJ
Mas Menteri begitu panggilan akrab menteri yang masih muda itu. Ia menjawab beberapa point yang diajukan Nurulloh terutama menjawab keluhan dari guru, kepala sekolah, orang tua dan banyak kalangan tentang turunnya kualitas pendidikan terutama karena pengajaran lewat PJJ. Banyak daerah kesulitan mengikuti sistem online dalam pendidikan. Banyak siswa yang belum mempunyai peralatan mencukupi terutama smartphone dan kuota internet yang terbatas.
Banyak masalah mengiringi dunia pendidikan karena mau tidak mau pendidikan Indonesia harus dipaksa maju beberapa langkah dengan dengan pengajaran daring atau istilah populernya PJJ ( Pembelajaran Jarak Jauh). Daring membuat siswa sangat tergantung pada jaringan, kuota dan kepemilikan smartphone atau laptop yang mendukung belajar mengajar. Siswa -- siswa di kota terutama sekolah swasta ternama seperti misalnya Penabur terus terang relatif lebih siap dari sekolah lainnya.
Yang menjadi masalah adalah banyak daerah yang terimbas kemunduran karena jaringan internet susah, Pengetahuan mereka terbatas karena gurunya harus mengajar secara luring (Di luar jaringan). Pendidikan belum merata dan keterbatasan fasilitas membuat beberapa dampak mulai menggelisahkan, terutama pada resiko kerusakan permanen kesehatan masyarakat.Â
Akibat pandemi dan pemberlakuan pembelajaran daring adalah penyakit psiko sosial, banyak siswa terancam DO alias drop out, alias keluar dari sekolah karena beberapa alasan yang utama tentu karena fasilitas, jaringan internet yang hanya menyentuh kota -- kota dan banyak desa terisolir dan susah sinyal melakukan pembelajaran yang berbeda. Guru harus jemput bola, mendatangi para siswanya dengan biaya yang kadang lebih besar pasak daripada tiang.
Dalam wawancara dengan Mendikbud yang dianugerahi menteri dengan kinerja terbaik itu saya merasa mas mentri sudah bicara dengan porsi yang pas. Kalaupun dalam masyarakat muncul perbedaan sudut pandang dalam wawancara itu Mas Nadiem jelas sangat mengerti kegelisahan orang tua akan penurunan kualitas pendidikan. Masalah itu tidak bisa dihindari karena permasalahan bukan hanya di Indonesia tetapi luas seluruh muka bumi ini.