Sedikit- sedikit ngamuk, sedikit sedikit menggunakan parang, memenggal kepala karena merasa terhina ketika ada orang yang melecehkan agama atau melecehkan nabi yang dihormati oleh sebuah agama.
Emosi meletup dan tiba - tiba ajaran kasih yang selalu dikumandangkan dan selalu diulang - ulang saat pemuka agama khotbah lenyap tidak berbekas. Yang muncul adalah keangkaramurkaan meskipun alasannya membela agama.
Manusia dan Hati Nuraninya
Sebetulnya manusia terbuat dari apakah? Apakah benar manusia itu terbuat dari tanah liat yang akan pecah berkeping - keping ketika mendapat tekanan dan hantaman keras, bukannya liat dan luwes karena ia punya nurani dan akal pikiran.
Kalau hanya karena hantaman pelecehan, hantaman sindiran dan penghinaan manusia menjadi pemberang dan  akhirnya kalap dan ujung - ujungnya pedang dan sabetan senjata sebagai penyelesaian akhir, sampai kapan manusia memelihara dendam.
Bukankah kesumat yang terpendam hanya akan melahirkan tragedi yang lain. Tidak akan ada habisnya, tidak akan ada penyelesaiannya. Pantas manusia sering dikatakan homo homini Lupus. Manusia serigala bagi yang lainnya. Ketika amarah meletup manusia melebihi serigala bahkan singa sekalipun, ia lebih keji dari dengan otak dan pikirannya ia jauh lebih keji dan bisa membunuh ratusan orang sekaligus.
Coba saja mereka yang sering melakukan teror bom, misalnya peristiwa 11 September di Amerika Serikat, Peristiwa Bom Bali yang menewaskan ratusan orang. dan Terakhir cerita pemenggalan guru dari Karikatur yang berasal dari majalah satir Charlie Hebdo.
Manusia Bukan Bodoh Tapi sering Menjadi Bodoh Karena Emosi
Pelakunya bukan orang bodoh, ia orang pintar bahkan suci menurut pengakuan mereka yang kenal dengan pengebom tersebut. Mereka tahu resiko, tahu betapa dahsyatnya dampak kemanusiaan dan traumanya sebuah tragedi tersebut, tapi tetap saja manusia tidak kapok mengulang kembali tragedi tersebut. Masalahnya tetap agama.
Meskipun dalam inti pengajaran apapun agamanya tidak ada  doktrin kuat bahwa manusia harus melenyapkan manusia lain demi sebuah kebenaran yang diyakini oleh sekelompok orang atas nama agama.
Sudah sering sejarah membuktikan tidak ada untungnya kekerasan, hanya menyisakan trauma, tragedi, air mata, namun nyatanya selalu berulang bahwa agama salah satu penyebab mengapa manusia terlihat saling bersaing, saling berperang, saling membenci dan saling mengklaim kebenaran.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!