Saya sudah membayangkan opini saya, akan mendapat tanggapan banyak dari netizen. Yang sewot pasti yang sangat yakin terhadap kepemimpinan Anies Baswedan, yang senang melihat judul saya adalah para influencer, blogger yang sejak awal meragukan kapasitas Anies Baswedan.
Yang tenang adalah mereka yang terbiasa membaca dengan hati dan pikiran jernih. Tapi menulis tentang Gubernur Jakarta satu ini rasanya saya sering beruntung karena rata- rata viewernya di atas 100 itu yang di kompasiana entah yang silent rider yang tidak punya akun Kompasiana, mungkin ribuan bahkan jutaan.
Anies Baswedan Menginstruksikan untuk kembali menerapkan PSBB seperti ketika awal penyebaran covid-19 di Jakarta pada pertengahan Maret dan saat pertama kali PSBB 10 April 2020 yang lalu(sumber:Wow.tribunnews.com). Itulah tindakan"cepat" Anies mengatasi melonjaknya Covid belakangan ini.
Meskipun terkesan diam dan tenang- tenang saja Anies Baswedan pasti sangat mengetahui medan. Ia orang politik, akademisi yang yang belajar ttg politik. Sama seperti halnya Amien Rais, saking pintarnya politik, membuat ia merasa mengharubiru politik tanah air, hingga banyak orang merasa alergi terhadap politik.
Padahal kalau belajar politik sebenarnya, politik itu tidaklah seburuk yang dibayangkan orang. Bahkan sebetulnya ilmu politik itu mampu membangun sistem tata pemerintahan yang teratur dan terukur, namun mengapa sepertinya di Indonesia cuaca politik membuat gerah dan resah selalu.
Pak Gubernur yang sebelumnya pernah menjabat rektor dan mendikbud pastinya sangat fasih mengukur isu- isu yang berkembang dimasyarakat.
Ia tidak resah ketika dihujat, ia tidak mengamuk ketika disepelekan, tidak juga reaktif melihat serangan -- serangan baik dari influencer, netizen, buzzer dan satu lagi bagi pendukungnya yang sering diwaspadai adalah pendapat dari kecebong.
Posisi saya di mana? Dengan melihat judul saja orang sudah bisa menduga saya diposisi mana? Lalu ada yang bertanya kenapa tulisan -- tulisan saya tidak pernah frontal, langsung menyerang. Ah, jadi teringat dengan alamarhum Jakob Oetama. Jurnalisme kepiting. Beda dengan misalnya Tempo yang tanpa tedeng aling -- aling dalam kesan jurnalistiknya selalu berseberangan dengan pemerintah, sangat kritis bahkan amat kritis terhadap apapun kebijakan pemerintah. Saya ngudarasa dan berusaha tidak menyinggung kadrun dan pemuja gubernur, tidak juga mengamini kecebong yang kelewat benci pada apapun orang yang telah melengserkan Ahok sebagai gubernur visioner, eksekutor.
Anies adalah akademisi, pengganggas brilian. Ia banyak tabungan pemikiran yang selalu didaraskan dalam setiap pidatonya, eksekusi dan pelaksanaannya, ya anak buahnyalah yang harus pintar mengeksekusi ide -- idenya. Kalau mau berhasil dan sukses ia harus mempunyai staf ahli dan penasihat tipe eksekutor agar gagasannya terwujud.
Yang sekarang terjadi di Jakarta adalah injakan rem Anies yang kelewat cepat dan mendadak. Sebelumnya ia mengemudikan roda pemerintahan menghadapi covid -19 lumayan santai, ia tenang padahal Jakarta termasuk daerah zona hitam, zona merah persebaran covid-19 yang luar biasa banyaknya menurut ukuran daerah lain kecuali Jawa Timur yang sama -- sama hebat menderitanya oleh banyaknya korban corona.
Injakan rem Anies Baswedan tentunya berimbas pada krisis yang parah, menurut para analis ekonomi. Selama ini di tingkat ekonomi menengah ke bawah dampak sebetulnya tidak begitu terasa sebab warung -- warung makan masih buka, lapak kaki lima masih marak, usaha menengah kecil masih berjalan dan masih banyak orang mampu beli sembako, beli makanan makanan dari pedagang kaki lima dan pedagang keliling.