Kalau menyebut kata-kata di tepinya sungai Serayu saya jadi ingat  lagu keroncong legendaris dengan judul sama yaitu di Tepinya Sungai Serayu karangan Raden Soeteja Purwodibroto. Sungai terkenal di Jawa Tengah bagian barat Selatan,di sekitar Wonosobo, Banjarnegara dan Banyumas dan berujung ke laut Hindia di wilayah Cilacap.Â
Sungai besar itu sudah menjadi cerita tersendiri bagi masyarakat Banyumas. Saya beberapa kali melewati Serayu, kebetulan mempunyai saudara yang tinggalnya sekitar Klampok Banjarnegara, Kalau perjalanan diteruskan akan menuju ke arah Wonosobo, jalannya berkelok -- kelok. Coba simak lagu yang syairnya sungguh mempesona:
...Indah murni alam semesta
Tepi sungai serayu
Sungai pujaan bapak tani
Menghibur hati rindu
Di tepi Serayu itu muncul kisah yang mirip seperti sinetron. Kisah pilu anak yang tidak mendapat kasih sayang orang tuanya secara utuh, sengaja dititipkan. Ada orang tua yang tidak sanggup memelihara karena persoalan ekonomi, akibat menikah siri, akibat pergaulan bebas orang tuanya sehingga mereka tidak siap menjadi orang tua.
Akar Persoalan Tingginya Pernikahan Usia Muda dan KDRT
Persoalan menikah muda dan tanggung jawab berkeluarga menjadi masalah tersendiri di masyarakat berkembang saat ini. Akhirnya anak kecil tidak berdosa menjadi korbannya. Menjadi korban dari orang tua yang hanya suka saat pacaran dan melakukan hubungan pergaulan bebas namun ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa akhirnya seorang ibu muda hamil kemudian melahirkan mereka tidak siap mental untuk memelihara anak dari buah cintanya tersebut.
Tragedi kehidupan itu menjadi semakin pilu melihat mereka yang manis dan imut - imut harus jauh dari orang tuanya. Hidup bersama orang tua asuh, bisa diistilahkan Bude - budenya untuk lebih memberi penekanan bahwa masih ada saudara yang peduli terhadap nasib pilu ditinggalkan orang tua di sebuah panti asuhan.
Di Tepi Serayu ada sebuah panti Asuhan yang dikelola oleh Konggregasi susteran SJMJ (Suster Jesus Maria Joseph) pimpinan Suster Agnes Marni SJMJ. Ada sekitar 31 anak dari berbagai usia dari bayi sampai usia kelas menengah. Atas gagasan Almarhum Mgr. Julianus Sunarka, SJ berdirilah panti sekitar tahun 2011.
Para penghuni panti seperti yang sudah saya jelaskan adalah anak-anak korban dari ketidaksiapan orang tua menjamin masa depan anak, korban dari kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Latar belakang keluarganya beragam ada yang berasal dari keluarga tidak mampu maupun mereka yang tidak siap mempunyai anak karena alasan ingin meneruskan kuliah.
Akar masalah dari munculnya anak - anak "terlantar" antara lain akibat kemajuan zaman dan berbagai kemudahan akses informasi dan internet muncul pergaulan bebas ini memicu kehamilan di luar nikah.Â
Kompas 10/3/2018 menulis "Pencegahan Belum ke Akar Persoalan". Menurut data angka perkawinan usia anak masih tinggi. Indonesia ada di peringkat ketujuh dunia.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!