Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Permenungan tentang Corona

23 April 2020   11:09 Diperbarui: 23 April 2020   11:02 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar: liputan6.com

Banyak wajah lelah, bosan, frustasi. Wajah manusia yang tengah bingung. Bingung oleh wabah yang tiba -- tiba membuat rasa takut menghinggap. Namanya Corona, virus yang membuat manusia tumbang. Menerima kenyataan harus tumbang tidak kuat melawan virus, terbaring sakit dan harus diisolasi, dipingit dan dikucilkan sementara. Jutaan manusia positif terbukti corona, Jutaan nyawa sudah melayang, Jutaan yang terbaring sakit membuat dokter, medis, paramedis pontang panting melakukan upaya pencegahan, pengobatan dan pemakaman dengan prosedur ketat. Jutaan manusia menangiis kehilangan sanak saudaranya dalam sekejap, jutaan bingung apakah setiap kematian hari -- hari ini adalah satu penyebabnya yaitu Corona.

Negara- negara maju, compang, camping, jebol mental oleh serangan telak virus hingga menyebabkan ekonomi dunia melambat, perputaran uang seperti berhenti, Lenyap keberanian dan tak mampu berpikir jernih oleh virus ketakutan yang berkeliliing di atmosfer bumi. Untung laut tidak berulah, hanya gunung api yang ikut membuat manusia merasa kecil saat alam marah. Yang kukuh dalam agamapun tidak berdaya mendaraskan segala doa, karena virus adalah perjalanan sejarah di mana manusia istirahat menggerakkan perekonomian global.

Sejenak negara -- negara istirahat bicara tentang terorisme, radikalisme, perang atas nama agama. Semua doa sudah didaraskan, namun semua manusia tidak ada yang tahu apa kehendak Tuhan atas bumi dan jagat ini. Manusia hanya menerka, tidak berani membuat testimoni. Yang jelas manusia mesti merunduk, melihat diri sendiri. Diam dan merenung, sebenarnya apa yang dilakukan manusia sehingga muncul wabah virus.

Manusia mungkin perantara Tuhan untuk menebarkan wabah. Corona telah mengambil perhatian lebih pada persoalan kemanusiaan, rasa sakit, rasa kehilangan, ketakutan dan segudang masalah manusia. Tidak ada yang menyanggka euforia kemajuan digital dan ilmu pengetahuan sejenak berhenti karena virus telah menunda banyak kegiatan manusia yang sudah terencana akan dilakukan di masa mendatang.

Sementar manusia sedang dirumahkan untuk tidak membuat alam semakin rusak parah. Jagat raya juga perlu refreshing. Berhenti mendengar cuitan manusia yang ingin menghilangkan tradisi harmoni alam. Yang termabukkan oleh hasrat manusia yang terlalu ganas merusak alam.

Bumi perlu istirahat, dari tingkah polah manusia yang sudah terkendali benda produk teknologi. Diam sejenak untuk melihat diri sendiri, melihat perjalanan hidup. Barangkali adakah yang salah dengan dirinya.

Hanya sayangnya para politisi malah bermanuver, berpesta dan mencuri momen membuat manusia semakin benci pada ulah para petualang itu. Bukannya ikut prihatin dan  fokus untuk pemulihan, membuat blunder yang membuat rakyat semakin geram. Mereka mencari simpati di tengah pandemi. Demi sesuap kekuasaan ada perjalanan yang mesti ditempuh, dan mereka tetap bersorak meskipun harus mengorbankan rasa dan kemanusiaan. Ya sudah ikuti saja perjalanan nasib kalian. Aku sendiri tetap ingin menulis karena hanya ini yang bisa kusumbangkan untuk negeri ini. Kata- kata, pendapat dan andil pemikiran meskipun hanya sebutiran debu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun