Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono rupanya masih enggah "Move On" sebagai Presiden. Masih terbayang beberapa kebijakannya yang dianggap melindungi rakyat, menganggap masyarakat perlu mendapat gelontoran dana BLT untuk tetap dianggap sebagai presiden yang peduli rakyat. SBY lebih takut dihujat rakyat daripada membangun perekonomian Indonesia dan membuat pondasi kuat bagi pemerintah selanjutnya.
Ada positif negatifnya semasa Presiden SBY berkuasa. Yang positif adalah ia tidak tegaan. Ia merasa bagian dari rakyat meskipun pada akhirnya banyak proyek- proyek yang mangkrak karena terlalu banyak mendengar banyak bisikan dan kritikan. Ia adalah presiden perasa yang mudah sekali goyah dan akhirnya banyak proyek hanya berjalan setengah karena terlalu mendengar masukan yang akhirnya mundur teratur. Padahal sebagai panglima ia harus berani memutuskan meskipun beresiko pahit untuk dirinya sendiri. Terlalu banyak mendengar membuat seorang pemimpin seperti tidak punya ketegasan.
Akhir- akhir ini SBY seperti ingin mengingatkan kebijakannya untuk selalu pro rakyat. Padahal dalam situasi genting Corona apapun kebijakan pemerintah akan selalu berbenturan dengan banyak kepentingan. Banyak negara bisa menjadi sangat otoriter dalam menerapkan kebijakan, tetapi rakyatnya maklum karena situasi darurat. Pemerintah harus mempunyai kebijakan yang tidak semua orang suka.
Jika masyarakat mau membantu. Korbankan sedikit waktu, diam dan tidak melawan. Banyak orang kehilangan job bisnis, banyak yang kehilangan pekerjaan, perusahaanpun tidak berdaya ketika semua terobosan bisnis publik mentok akibat virus Corona. Bukan hanya negeri tetapi hampir semua negara mengalami perlambatan ekonomi. Hampir semua tidak berdaya. Tetapi negara yang sukses mengurangi pandemic covid 19 ini adalah negara yang patuh terhadap peraturan.
Lupakan menjadi oposisi, lupakan dulu menjadi komentaror nyinyir.  Apalagi membanding- bandingkan pemerintahan masa lalu dengan situasi terkini. Apapun upaya pasti dilakukan untuk  menghentikan penularan Covid. Semakin sering "ngoceh" semakin sering memberi saran dan kritikan semakin banyak orang yang bereaksi. Di pemerintahanpun banyak orang yang rasanya ingin melenggang sendiri dengan melakukan blunder kebijakkan yang berujung kritikan pedas masyarakat.
Jokowi menanggung beban berat. Menghadapi situasi perekonomian yang tidak memihaknya. Iapun seperti selalu dihadapkan pada dilema dalam segala bidang. Ia ingin dicintai rakyat, ingin dekat dan ingin merangkul rakyat. Tetapi kadang apa yang diniatkan baik tidak selalu mendapat respon positif rakyatnya. Dalam versi lain SBY juga ingin memberikan sumbangsih saran kepada pemerintah, tetapi  saran itu kadang menjadi tamparan bagi diri sendiri dan berbuah nyinyiran dari netizen. Maksud SBY mungkin baik tetapi kadang banyak masyakat mencatat bahwa kritikan itu salah sasaran dan akhirnya malah mengenai dirinya sendiri.
Ketika seseorang sudah mengakhiri jabatan, maka ia adalah bagian dari masa lalu. Dan seharusnya peran bagi dirinya adalah bapak bangsa yang memberikan saran kepada presiden secara konstruktif. Ia kembali sebagai rakyat yang mencintai negeri. Kritik saran sebagai sesepuh orang yang berpengalaman menjadi presiden adalah untuk menguatkan bukan melontarkan kritikan kontra produktif. Toh situasi dulu dan sekarang berbeda.
Rasanya ia masih merasa sebagai presiden yang menyayangkan kenapa presiden penerusnya tidak seperti dia.
SBY adalah masa lalu dan akan menjadi masa lalu yang manis jika ia selalu mempunyai cara menjadi bapak bangsa yang elegan, legowo dan dipuja seperti halnya B J Habibiie dan Gus Dur. Rasanya saran Habibie akan selalu dikenang siapapun presiden selanjutnya karena Habibie menempatkan diri sebagai sosok bijak yang memberi saran konstruktif. Ia tidak lagi campur tangan urusan strategi politik dan membandingkan antar dia dengan presiden lain. Ia memberi masukan lebih pada bidangnya sebagai teknokrat, visi teknologi ke depan, industri pesawat yang sangat ia kuasai. Tidak sekalipun ia mencoba mengkritik apa yang dilakukan presiden terkait keputusan politik.
Di saat wabah Corona saat ini akan banyak manusia yang mudah marah, mudah tersinggung dan merasa sensitive terhadap masalah kecil sekalipun. Kadangkala muncul masalah baru hingga rumah tangga tampak panas oleh perbedaan pendapat. Di mana -- mana ancaman kematian datang, virus masuk ke tubuh manusia tanpa permisi. Gejala penyakit boleh jadi menipu, dan bahkan terdeteksi. Tiba- tiba sudah parah dan akhirnya tidak tertolong lagi.
Tetapi bagaimanapun lebih indah jika SBY dengan kreatifitasnya ikut menyumbang lagu untuk menghibur para pejuang Corona terutama petugas medis, PDP , ODP pasien yang dengan semangat besar melawan persebaran Corona. Lagu SBY lebih mengena daripada kritikan-kritikannya terhadap pemerintah dan kepolisian. Sebagai mantan presiden beliau memang pernah berjasa dan alangkah eloknya jika jejaknya kini di fokuskan untuk memberi semangat, menghibur dengan menelorkan lagu- lagu menyentuh yang mampu memberi semangat berjuang bukan terkesan nyinyir.