Mari membaca pola pikir Jokowi. Jokowi pasti berhitung jika ia melakukan kebijaksanaan Lockdown akan membuat gejolak masyarakat meningkat. Masyarakat Indonesia belum siap memberlakukan kebijakan seperti China. Karakter masyarakat Indonesia mempersulit masyarakat untuk satu suara.Â
Budaya nyinyir, ngeyel, cenderung melanggar peraturan sangat riskan diberlakukan. Kalau Semua bisa bekerja sama berat sama dijunjung, ringan sama dijinjing wabah penyakit akan segera berlalu. Jika sekarang zona merah persebaran corona susah diminimalisir tentunya menjadi introspeksi bersama. Jika pemerintahnya sudah memberlakukan darurat khusus maka masyarakat harus mengikuti aturan main, jangan malah menyerang pemerintah, memanfaatkan momen untuk melakukan gerakan politik.
Ini bukan saatnya politik mencampuri urusan pemerintah dalam hal pencegahan dan penanggulangan bencana non alam. Mereka harus diam dan bekerja sama untuk melepaskan diri dari ancaman. Tidak perlu saling tuding. Keputusan tertinggi di tangan pemerintah. Kalau masyarakat tetap keukeuh bertindak sendiri, mengabaikan peraturan ya tidak usah mengeluh jika korban semakin banyak. Dalam bahasa jawa ada pepatah Ngunduh wohing pekerti.
Semakin sering manusia melanggar aturan dan larangan maka semakin banyak korban berjatuhan. Akibat ulah sendiri manusia akan menerima akiibatnya. Saatnya introspeksi.Sebelum Ramadhan tiba dan di masa Pra Paskah untuk umat Katolik, manusia perlu mengoreksi diri. Menahan diri penting, bersabar menunggu wabah reda dengan tinggal sementara di rumah, tinggal dan diam melakukan aktifitas pribadi atau melakukan pekerjaan bersama dengan keluarga.Â
Jika semua kompak tidak butuh lama untuk memutus rantai persebaran virus. Tetapi jika cenderung mengabaikan. Manusia lebih suka bertindak sendiri dan melanggar peraturan. Yang terjadi adalah munculnya bencana yang lebih besar yang berdampak sangat berat terhadap  bagi manusia.
Jokowi sekarang adalah pemimpin tertinggi yang mengajak masyarakat tenang menghadapi Pandemi covid-19. Ketenangan masyarakat akan menebalkan daya imun masyarakat terhadap virus. Semakin manusia panik akan berdampak semakin turunnya daya imunitas manusia, juga semakin membuat manusia tidak bisa berpikir jernih.
Ajakan Jokowi untuk bekerja sejenak di rumah, beribadat dan melakukan aktifitas bersama keluarga, sebetulnya positif. Mendekatkan diri dengan keluarga, mengurangi pertemuan antar manusia dan dengan cepat memutus rantai persebaran corona yang bisa jadi akan cepat menular jika muncul kerumunan, kontak phisik.Diabaikannya Sosial distancing akan semakin memudahkan penyakit mudah berpindah dari manusia satu ke manusia lain. Jika demikian bencana tidak mudah teratasi.
Sekarang sudah mulai gerakan yang muncul dari masyarakat untuk membantu petugas medis dalam melaksanakan tugasnya, membelikan APD (alat pelindung diri). Gerakan ini bisa dimaknai positif daripada menyebarkan gosip, memviralkan berita bohong dan membuat kekacauan di media dengan membuat berita- berita menakutkan tentang corona.Â
JIka gerakan donasi berjalan lancar jangan lagi ada orang yang memanfaatkan momen mengumpulkan dana itu demi kepentingan sendiri, dengan melakukan korupsi dana, menggelapkan bantuan untuk memperkaya diri. Kalau itu dilakukan betapa kejinya manusia yang memanfaatkan bencana demi keuntungan diri sendiri.
Saat ini masih banyak aduan yang terkumpul terkait aksi tipu tipu yang dilakukan oknum untuk mengeruk keuntungan dari penjualan masker yang ternyata hanya menyedot uang konsumen, selanjutnya mereka tidak tanggungjawab terhadap pengiriman kembali uang yang sudah ditransfer yang mengaku dari perusahaan masker ternyata setelah mendapat uang langsung susah dihubungi.
Kalau boleh menyitir lagu dangdut begini: teganya, teganya, teganya...