Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Membaca Jokowi dalam Lingkaran Kebingungan Masyarakat

1 April 2020   21:45 Diperbarui: 1 April 2020   21:54 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grid Pop. grid.id /instagram/Jokowi

Semakin lama Virus Corona bertahan di berbagai belahan bumi, semakin membuat jiwa- jiwa rapuh melonjak tajam. Kebingungan, kecemasan dan gampang marah. Semua pemimpin negara dibuat pusing tujuh keliling dengan pendekatan yang diberlakukan untuk membatasi penyebaran virus Covid -- 19. 

Di India muncul kerusuhan setelah pemerintah memutuskan lockdown. Italia juga tampak bermasalah setelah melakukan lockdown. Bukannya virus berkurang malah melonjak tajam. Dan ada indikasi masyarakatnya melakukan penjarahan akibat tidak ada penghasilan sedangkan keuangan menipis dan pengangguran membengkak.

Jokowi harus hati -- hati dalam menerapkan kebijakan Lockdown. Sulit memberi pengertian kepada masyarakatnya yang cenderung "ngeyelan". Tidak mudah diberitahu, tidak mudah mengikuti peraturan dan menganggap enteng wabah Corona. Sudah dibilang untuk tidak melakukan mobilisasi, melakukan perjalanan ke luar kota nyatanya belasan ribu orang mudik meninggalkan kota Jakarta. Yang terjadi pemindahan masalah. 

Mereka yang pulang bisa jadi membawa virus dan akan menjadi masalah besar di Kampung halamannya. Di Jakarta sendiri social distancing, Phisical Distancing hampir susah diterapkan apalagi di kampung- kampung padat penduduk. Mereka tetap pergi ke pasar, tetap jalan -- jalan, tetap berkerumun tetap pergi ke tempat ibadat. Padahal tidak kurang -- kurang himbauan pemerintah untuk beraktifitas di rumah saja menunggu dengan sabar mengisolasi diri mencegah berkembangnya virus.

Jokowi pasti pusing melihat betapa masyarakat sangat susah diatur, Memakai perpu apapun, melakukan daya upaya untuk membuat masyarakat jera rasanya sulit. Banyak dari para pekerja yang harus mencari makan. Mereka pekerja harian, tanpa bekerja maka ada kemungkinan kelaparan. 

Dan Saya yakin banyak orang- orang bingung bagaimana mencari rejeki, jika kantor -- kantor di tutup, transportasi dibatasi, masyarakat di minta tinggal di rumah. Sampai kapan? Tidak ada yang tahu pasti wabah akan berakhir kapan. Banyak yang pesimis bahwa bencana segera selesai.

Bagaimana mau selesai wong masyarakatnya sendiri susah diatur, susah kompak dan malah menyalahkan pemerintah dengan menilai lamban dalam mengatasi wabah Corona. Seandainya masyarakat disiplin dan mau diatur waktu  dua minggu itu sebetulnya cepat untuk menyelesaikan persebaran Corona. Masyarakat kembali beraktifitas dan bekerja lagi ke kantor. Tetapi apa daya masyarakat susah diatur, pemerintah sendiri juga bingung menerapkan kebijakan yang cocok untuk masyarakatnya yang "pintar- pintar".

Percuma disiplin melakukan anjuran pemerintah jika masih banyak masyarakat seperti menganggap angin lalu imbauan pemenintah. Malah ada banyak orang yang berusaha mendelegitimasi pemerintah, menganggap pemerintah telah gagal menanggulangi bencana. 

Siapapun pemerintahan saat ini jika dihadapkan pada persoalan rumit masyarakatnya yang mulai "sakit jiwa" percuma saja. Yang dibutuhkan saat ini adalah kekompakan bukan memanfaatkan kepanikan dengan menggiring opini pemerintah telah gagal. Banyak persepsi dari masyarakat, banyak yang berpikir pemerintah abai dan bla, bla, bla. Padahal sebelumnya sudah banyak upaya pemerintah dalam mengurangi persebaran virus.

Karena kuping seperti tertutup maka pandemi Corona terus berkembang cepat karena banyak masalah berat tidak bisa ditangani akibat banyak masyarakat hanya memikirkan diri sendiri. Semakin susah diatur semakin masyarakat dan pemerintah berseberangan maka hanya ada dua kemungkinan. Persebaran Corona tidak bisa dicegah bahkan bisa lebih parah dari Italia dan China dan Amerika Serikat. Kemungkinan kedua adalah bangkrutnya negara. Dari bangkrutnya negara akan muncul banyak persoalan dari perang antar saudara sendiri, penjarahan, pertikaian politik dan bisa jadi negara akan runtuh seperti halnya Kejajaan Sriwijaya, Majapahit dan Mataram.

Meskipun terkesan terlambat tetapi pemerintah yang dipimpin Jokowi pasti sudah berhitung. Banyak negara yang melakukan Lockdown berbuah kericuhan. India bergejolak akibat pemberlakuan Lockdown, Italia virus mengganas setelah pemberlakuan Lockdown tidak digubris masyakatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun