Jika setiap masalah dihadapi dengan panik, maka kekusutan pikiran akan mempengaruhi keseimbangan tubuh. Daya imum rendah dan manusia rentan dengan penyakit.
Dampak Corona dan Kesehatan Jiwa
Dampak Corona itu seperti ancaman nuklir, ancaman perang besar semacam Perang dunia 1 perang dunia II mengubah paradigma manusia. Jepang yang ekspansif semangat menguasai dunia dengan pasukan militernya akhirnya mengubah haluan. Mereka terpuruk namun bisa bangkit lagi dengan kemajuan pola pikir, bukan mengandalkan fisik dengan melakukan penjajahan.
Melihat titik- titik penyebaran Corona banyak orang berhalusinasi, menebak penyebab virus karena sering makan babi, makan makanan mentah. Pun para pemuka agama yang numpang populer ikut urun rembug.
Bukannya membuat damai malah berusaha menggiring opini bahwa Corona adalah laknat terkutuk dan azab kepada negara yang tidak taat menjalankan agama. Kadang pengetahuan agama dicampur adukkan dengan sisi ilmiah dan dibumbui dengan tekanan politik.
Maka segala isu pun berkembang, grup- grup WA simpang siur membagikan artikel yang membuat ngeri yang membacanya. Manusiapun menebak- nebak mereka- reka hingga kegaduhan tidak reda- reda.
Kengerian dampak Corona menyebabkan semua kegiatan ditinjau ulang. Desas- desus membuat jiwa- jiwa manusia terguncang dan banyak orang selain sakit psikis juga sakit yang diakibatkan rasa cemas, rasa takut berlebihan akan terkena virus Corona.
Yang terpenting dari merebaknya Virus adalah ketenangan, kalau semua isu ditanggapi maka kekuatiran jiwa akan mengganggu keseimbangan tubuh. Akhirnya manusia gampang terkena penyakit, tidak imun terhadap pengaruh virus yang ada di sekitar. Dan Jika sudah terkena para penganut kegaduhan bersorak riang.
"Nah, Lo khan benar kata saya...Akhirnya Indonesia tidak kebal terhadap virus..."
"Yuk kita ramaikan momen ini untuk mengguncang pemerintah...biar tambah panik" begitulah kata petualang politik, ingin memancing di air keruh."
"Makanya jangan sombong Indonesia katanya kebal dari Virus Corona."
Sibuklah para petualang itu menyebarkan berita- berita dengan menampilkan di portal- -portal berita abal -- abal. Dan para pemuka agama yang dipenuhi nafsu untuk menyeragamkan negara terus bergerak dengan kotbah yang membuat bergidik yang mendengarkannya. Bukannya menenangkan malah menakut- nakuti.