Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Derita Guru Tanpa Kemerdekaan

29 Februari 2020   14:15 Diperbarui: 29 Februari 2020   14:13 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar:tribunnews.com

Menjadi serba salah ketika menjadi seorang guru di zaman sekarang, zaman milenial. Guru kadang dianggap angin lalu, karena perannya sering tergantikan oleh perangkat canggih mesin pencari pengetahuan. Apa sih yang tidak terjawab oleh mesin pencari, karena semuanya hampir bisa dicari, Itu untuk masalah ilmu pengetahuan. Guru tidak menjadi nara sumber utama ilmu pengetahuan.

Dengan kecanggihan era digital sebetulnya banyak anak bisa belajar sendiri tanpa keberadaan seorang guru. Lebih -- lebih jika guru tidak tanggap dan mengikuti perkembangan digital. Bisa jari guru"akan plonga- plongo" ditanya hal- hal baru yang sebetulnya bisa dijawab murid sendiri dan tidak bisa dijawab guru karena guru jarang update pengetahuan dan gagap teknologi. Penderitaan guru bertambah ketika guru tidak jadi role model bagi murid- muridnya. Mereka sudah punya idola entah youtuber, artis dan pegiat dunia maya.

Guru dan Wali Murid yang Sering Gagal Paham

Guru semakin merasa tidak berdaya ketika banyak orang tua murid."mulai keminter" ingin mendikte guru masalah "mendidik karakter" yang semakin ke sini (modern) anak semakin bandel dan bukan lagi penurut. Serba salah jika  guru akhirnya harus menghukum dengan hukuman fisik untuk menimbulkan efek jera. Alih -- alih didukung orang tua. Malah orang tua ada yang dengan jagoannya menghajar guru, memberi hukuman pada guru dan bahkan menyerer guru ke meja hukum dengan membawa pengacara bonafide.

Aduh Mas Bro, itu terjadi di Indonesia yang memiliki ratusan juta penduduk yang sebagiannya masih sering susah didorong menuju perubahan. Guru yang "pernah" mempunyai moto digugu dan ditiru, sekarang mengalami krisis kepercayaan. Status guru yang akan dinaikkan menjadi guru merdeka seakan sia- sia karena berbagai masalah seputar dunia pendidikan dan sekitarnya belum terpecahkan.

Dulu jika guru menghukum anak dengan cara keras tidak ada protes berlebihan dari orang tua, bahkan mereka (orang tua ) mendukung penuh guru untuk mendidik anaknya menjadi lebih baik. Sekarang jika guru galak dengan memberi hukuman fisik, atau hukuman lain yang membuat murid jera melakukan malah mendapat reaksi tidak simpatik dari orang tua murid.

Padahal salah satu fungsi guru saat ini selain membagikan ilmu juga mendidik anak muridnya bermental tangguh. Jika orang tua sekarang terlalu sensi dan sangat protektif terhadap anaknya bagaimana membuat anak bisa merdeka dalam menyerap pengetahuan. Dengan banyaknya pengaruh lingkungan, pengaruh gadget, pengaruh media sosial anak- anak seperti kehilangan jati diri. Pendidikan semakin tidak bisa membuat generasi muda sadar untuk maju dalam pola pikir dan pendewasaan karakter.

Semakin maju teknologi, para guru memang harus semakin berlari, semakin mampu memberikan alternatif pengetahuan ataupun insipirasi membangun karakter tangguh menghadapi kehidupan. Salah satu fungsi guru saat ini sebagai fasilitator juga bisa jadi menjadi sahabat, teman curhat, teman berdiskusi, menjadi nara sumber para siswa dalam hal pengalaman hidup.

Guru dan Kesalahan Oknum - Oknumnya

Yang menjadi masalah kedekatan guru dan siswa kadang diartikan lain. Banyak yang mencurigai jika guru dekat dengan murid akan muncul tragedi pelecehan seksual, cinta lokasi, yang berakhir dengan guru sebagai pihak korban dari bagian kemerdekaan guru agar murid bisa lebih bebas mengeksplorasi diri. Guru saat ini sedang disorot karena sebagai agen perubahan, pelaku utama pencerdasan bangsa nyatanya kadang melenceng dari fungsinya.

Media kemudian memblow up berita tentang guru yang melakukan adegan tidak senonoh, yang melakukan pelecehan seks, berbuat mesum dengan muridnya, yang menghajar muridnya hingga cidera, membuat murid murid meninggal karena kurang waspada ketika membawa muridnya melalukan kegiatan alam seperti susur sungai.

Guru yang kena kasus itu hanya sebagian kecil dari jutaan guru yang masih mempunyai nurani, masih mempunyai rekam jejak baik yang mempunyai kontribusi besar terhadap pengembangan pengetahuan.Ada Pepatah mengatakan  Karena Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga, kalimat ini persis muncul saat ini ketika banyak kasus yang melibatkan guru misalnya pelecehan seksual, kekerasan yang dilakukan guru terhadap muridnya, karena kelalaian menyebabkan guru harus menjadi pesakitan di hotel prodeo.

Guru adalah pejuang tanpa tanda jasa. Memang salah satu kendala  banyak guru di pelosok pedesaan susah mengakses pengetahuan karena buku buku, internet dan komunikasi amat terbatas. Banyak guru yang masih mempunyai kepedulian untuk membangun manusia seutuhnya yang total melakukan pendekatan baik sebagai pendidik maupun berfungsi sebagai pengganti orang tua.

Seringkali masalah utama perekonomian juga menjadi tantangan bagi guru. Jika guru masih nyambi bekerja di profesinya sebagai guru karena dengan gaji guru saja tidaklah cukup untuk hidup bagaimana guru mengeksplorasi secara penuh untuk menambah kompetensi dengan membeli buku, membeli paket internet.

Guru masih disibukkan oleh urusan tetek bengek administrasi, masih harus berkeringat lagi selepas dari sekolah untuk menambah kepulan asap dapur. Masih ditambah oleh serangan orang tua yang menganggap yang dilakukan guru tidak maksimal.

Persoalan guru merdeka saat ini masih dianggap utopis. Semua guru menginginkan kemerdekaan dan mendidik dan mengajar tetapi banyak masalah birokrasi (kalau sekolah yayasan adalah tuntutan dari pengelola, pemegang saham yayasan yang menginginkan banyak hal dari guru).

Tantangan Berat Guru Merdeka di Era Milenial

Derita guru di zaman milenial saat ini lebih kompleks. Karena apapun gerak guru akan dipantau, disorot, salah sedikit menjadi viral dan kesalahan yang sebetulnya tidak besar dan masih kompromistis menjadi tragedi karena berita viral itu kadang seperti isu, seperti gosip yang akan menguntungkan satu pihak. Akhirnya guru jika lalai akan dianggap seperti narapidana, digunduli, dihukum sosial, dilecehkan profesinya dan akhirnya hanya menjadi penambal dari kegaduhan lain yang lebih memuakkan seperti kasus kasus korupsi, kasus mal praktik, kasus- kasus lainnya yang akhirnya menguap begitu saja.

Menjadi guru memang berat Mas bro, Kamu harus kuat memegang idealisme dan bijak dalam mendidik dan mengajar para siswanya, Sekali melakukan kesalahan namamu akan tercatat sejarah dan menjadi titik gelap kehidupan guru yang akan selalu menjadi sasaran empuk netizen. Dibotaki saja sudah malu apalagi digelandang sebagai pesakitan karena dianggap membunuh murid- muridnya. Sedangkan para koruptor masih bisa tersenyum mengenakan baju branded, bertampang klimis, rambut tersisir rapid an dipenjara dengan fasilitas wah, sambil tetap masih bisa mengundang pemijat dan ahli salon. Aduh dunia sekarang ini memang luar biasa anehnya.

Seorang mualaf lebih bisa dipercaya daripada pemuka agama yang sepanjang hidupnya belajar tentang agama, yang tidak mau terkenal dengan cara tipu- tipu gelar.Banyak orang lebih percaya dengan sosok yang mempunyai viewer jutaan dengan tingkah konyolnya daripada guru yang untuk membeli sepatu layak saja masih susah.

Guru kemerdekaanmu masih jauh jika orang tua masih lebih percaya kepada pengacara daripada pada guru yang sebetulnya menghukum hanya untuk menegur dan membuat jera murid agar tidak melakukan tindakan yang melawan peraturan. Tetapi sudahlah yang terbaik saat ini adalah membuat citra guru membaik agar masa depan negeri ini menjadi lebih terang dan pasti. Caranya dengan memberikan kesempatan guru belajar, menaikkan gaji guru yang masih dibawah standar dan meningkatkan kompetensi guru dengan aneka pelatihan yang mampu memberikan peningkatan kemampuan guru dalam mengikuti perkembangan perkembangan jaman. Salah satunya adalah membangun budaya  literasi, menulis menyadarkan guru akan pentingnya membaca, bukan  karena terpaksa tetapi karena kesadaran membaca itu penting agar mampu mengikuti isu- isu terkini.

 Saya sendiri guru, masih banyak yang harus dibenahi dalam hal belajar dan mengajar, maka sayapun perlu terus belajar agar menjadi lebih baik. Salam damai selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun