Agama dipercaya karena mengajarkan kebaikan dan mengutuk ketidakjujuran dan kejahatan. Agama menjadi penuntun manusia untuk mengurangi tindak di luar batas yang berakibat merugikan sesama maupun makhluk lain di bumi ini.Â
Agama dengan segala permenungan, kata- kata mutiara dan inpiratifnya bisa mengubah dari yang buas menjadi santun dan penyayang. Itulah mengapa hampir semua manusia di bumi ini mempunyai agama yang bisa mengurangi konflik dan peperangan terjadi. (harapannya).Â
Tetapi sejauh perkembangan peradaban manusia berabad abad manusia telah ditelikung kebencian, ditelikung ketidakpercayaan hingga akhirnya membuncah menjadi saling menghilangkan nyawa padahal berlandaskan iman dan kepercayaan. Ia membela agamanya dengan cara kekerasan, berani mati demi sebuah keyakinan dan harga diri.Â
Agama yang diyakini dijadikan tameng untuk membunuh dan melakukan genosida karena seperti ada bisikan atau wahyu bahwa manusia menjadi wakil Tuhan untuk menumpas kebathilan menurut versi dan pemahaman diri sendiri.
Maka muncullah perang agama. Di situ ada pertumpahan darah, ada penghilangan nyawa, ada penghancuran peradaban, kebudayaan dan pemusnahan situs- situs hasil jerih manusia berbudaya.
Manusia di sisi lain ingin berbuat baik tetapi membuat sengsara manusia lain. Sampai saat ini perang atas nama agama telah memakan jutaan nyawa dari abad ke abad.
Yang sekarang sedang menjadi fenomena yang membuat miris adalah ketika agama masuk dalam lingkup politik. Dicampur adukkan hingga membuat masyarakat bertanya- tanya mengapa gara- gara agama seakan- akan manusia menjadi terbelah, manusia menjadi saling membenci, manusia menjadi saling curiga satu dengan yang lain.Â
Bahkan ada manusia yang karena pindah agama dan demi menaikkan popularitas mau berbohong dan menipu riwayat hidup dan pendidikannya supaya dikagumi dengan cara membuat kotbah menjelek- jelekkan agama lamanya. Ia menipu dengan menampilkan riwayat pendidikan yang superior S3.
Dari sejarah mulanya ternyata ia tidak lulus SMA dengan spesifik pendidikan khusus pemimpin umat (Seminari). Padahal dalam agama lamanya pendidikan dari jenjang dasar sampai tertinggi itu tercatat, terdata dan tersusun rapi. Akan ketahuan berbohong kalau ngomong tanpa data.Â
Mengapa agama mengajarkan berbohong dan menipu, mengapa demi popularitas ada seorang tokoh agama membuat pembohongan publik. Kalau mengajarkan agama berawal dari pembohongan bagaimana bisa mengajarkan kejujuran bagi umatnya.
Yang ada sekarang muncul selalu kecurigaan pada orang lain. Agama menjadi pemicu kebencian bukan ladang kasih yang menghasilkan rasa nyaman dan damai. Tempat ibadat tempat khusus manusia mengkhususkan diri berdialog dengan penciptanya saja dihambat pembangunannya dan malah diperkarakan ijin mendirikan bangunannya.Â