Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Kerajaan Baru, Jayabhaya Sudah Meramalkan "Kegilaan" Manusia Sekarang

22 Januari 2020   16:04 Diperbarui: 22 Januari 2020   16:00 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentang munculnya Kerajaan "fiktif" baru dalam sebuah negara berdaulat berdasarkan Pancasila saat ini para pemangku pemerintahan harus banyak belajar sejarah. Sebab menurut Ramalan dari pujangga Mataram Raden Ngabehi Ronggowarsito jaman ini memang akan banyak kejadian aneh dan lucu. Hamenangi Zaman Edan yen ora edan ora keduman...jangan heran jika banyak orang mengalami sakit jiwa akibat perubahan watak sosial, tekanan hidup dan kegilaan- kegilaan termasuk yang masuk dalam dunia politik.

Banyak orang akhirnya berhalusinasi ingin menjadi terkenal, viral dan dikenal agar mampu mengangkar derajat hidupnya ke puncak tertinggi. Ada yang mampu meraihnya, ada yang gagal total. Ada yang sukses dalam karier namun banyak yang hancur lebur cita- cita yang dirindukannya. Makanya banyak hal terjadi di zaman edan. Kata Raja Jayabhaya dalam  akan ada zaman  (Kalatidha)kalabendu, hampir senada dengan Ranggawarsito dan juga mirip dengan yang tertulis dalam kitab wahyu akan datang nabi- nabi palsu, orang- orang yang mengaku- aku sebagai raja, mengaku sebagai nabi dan penyelamat manusia.

Banyak kejadian muncul dari watak manusia yang culas, gila kekuasaan dan ingin selalu mendapat perhatian. Agama pun sering mengalami konflik dan kebenaran, kebaikan diputarbalikkan. Yang waras menderita, yang culas menjadi jadi dan mendapatkan kekuasaan, kejayaan dengan cara yang tidak elok. Itulah yang dinamakan Zaman Kalabendu.Jayabaya raja Kadiri yang yang bergelar Sri Maharaja Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa (1135 - 1159 M) tersebut menuliskan bahwa Pulau Jawa sejak jaman Aji Saka hingga datangnya hari kiamat dari ulama tersebut.

Jaman Kalatidha iku kaya  - kaya jaman kasukan, jaman kanikmatan donya, nanging jaman iku sabenere jaman ajur lan bubrahing donya. Mulane akeh bapa lali anak, Akeh anak wani nglawan biyung lan nantang bapane, sedulur padha cidra cinidra, waong wadon ilang kawirangane, wong lanang lanang ilang kapprawirane, akeh wong lanan g ora duwe bojo, akeh wong wadon ora setya karo bojone, akeh biyung ngedol anake....(jaman kalatidha itu seperti jaman senang- senang, jaman kenikmatan dunia, tetapi jaman itu sebenarnya jaman hancur leburnya dunia. Maka banyak bapak lupa anak, banyak anak berani menentang bapaknya, saudara saling bertengkar tega membunuh, perempuan banyak kehilangan keperawanannya, Laki -- laki hilang kesatriaannya, Banyak laki -- laki  tidak punya istri, Perempuan yang suka selingkuh, banyak ibu menjual anaknya...

Ramalan Jayabaya yang bisa mendekati kenyataan dengan situasi sekarang adalah Wis ana kreta mlaku tanpa jaran, Tanah Jawa kalungan wesi, Prau mlaku ing nduwur awang- awang, Kali ilang kedunge,pasar ilang kumandange...Sudah ada kereta yang bisa jalan tanpa ditarik kuda... artinya ada kereta yang ditarik dengan mesin contohnya kereta api, Prau mlaku nang awang -- awang ( Perahu berjalan di awan alias pesawat terbang), Pasar ilang kumandange (pasar hilang gaungnya).

Banyak ramalan Jayabaya yang menjadi kenyataan, nyatanya sekarang banyak orang berlomba- lomba mengejar kekuasaan dengan cara instan, menyuap, menghasut, menebarkan kebencian dan memutarbalikkan fakta. Sampai orang bingung, mana yang benar, mana yang salah. Kesalahan  dan kesalahan terus dilakukan hingga mendapat permakluman. Yang benar dan lurus terus ditekan agar melakukan kesalahan, tidak diberi ruang untuk bergerak, tidak diberi nafas untuk menularkan kepada orang- orang, sehingga terkesan kekuasaan sukses diraih oleh orang- orang yang cenderung menghalalkan segala cara.

Kalau melihat yang tertulis dalam serat kalatidha tanda tandanya memang mendekati kenyataan dan yang terjadi saat ini dengan munculnya kerajaan- kerajaan baru menjadi pertanda banyak manusia tengah sakit "jiwa" sakit nuraninya, terlalu berfantasi, impulsif dan cenderung ingin mengejar kesenangan secara instan. Maka korupsi susah diberantas. Ketidakpuasan masyarakat berujung pada munculnya fantasi- fantasi aneh. Muncul kerajaan fantasi semacam Keraton Agung Sejagat, Kerajaan Jipang di Blora dan Sunda Empire. Pemerintah harus semakin peka melihat fenomena "kegilaan" masyarakat. Pada studi sosial gejala ini menandakan terjadi perubahan zaman yang cepat berkat teknologi komunikasi dan mesin modern menyebabkan semuanya seperti saling berkejaran, tumpang tindih. Yang bisa mengikuti akan menerima keuntungan dari perubahan cepat tersebut dan yang masih susah mengikuti perkembangan zaman cenderung berhalusinasi mengenang sejarah masa lampau.

Agama sebagai penyeimbang pengontrol akhlak manusia kadang malah ikut larut dalam faksi dalam dukung mendukung orang- orang yang nyata culas. Kotbah di mimbar -- mimbar tempat ibadah bukannya menyejukkan dan memberi pencerahan malah mengobarkan kebencian sesama manusia. Banyak yang merasa seperti nabi, seperti pakar agama yang bisa mengarahkan jemaat atau jemaahnya untuk mengikuti apa yang dikatakan pengkhotbah. Padahal secara tidak sadar pengkhotbah telah digiring dalam ranah politik praktis, terpengaruh dukung mendukung hanya karena mempunyai keyakinan yang sama.

Munculnya kerajaan- kerajaan Baru seperti Keraton Agung Sejagat, Sunda Empire, Lia Eden dan sejenisnya hanyalah salah satu faktor kerinduan manusia pada kebenaran sejati yang sudah sulit ditemui saat ini. Banyak orang merindukan kedamaian, jauh dari konflik, mengenang bagaimana kerajaan- kerajaan zaman dahulu dengan segala keunikannya memberi warna bagi masyarakatnya. Cerita tentang kesaktian, tentang barikade tentara, perajurit dengan seragam unik, berfantasi pada jejak sejarah masa lampau yang tampaknya indah untuk dikenang.

Tokoh dari Sunda empire dan Keraton Agung Sejagat yang sedang viral (jabar.tribunnews.com)
Tokoh dari Sunda empire dan Keraton Agung Sejagat yang sedang viral (jabar.tribunnews.com)
Saya sebagai penulis merasa bahwa tidak semua tumpuan kesalahan muncul pada mereka yang berfantasi sebagai "Raja". Mereka ingin dilihat, dicatat sejarah, diliput sehingga menjadi viral. Mungkin tujuan awalnya bukan untuk mendirikan negara dalam negara, tetapi lebih pada keterkaitan dengan sejarah masa lampau seperti ingin kembali merasakan kerajaan- kerajaan besar seperti Sriwijaya, Siliwangi, Mataram Kuno, Majapahit, Atau Mataram zaman Sultan Agung Hanyokrokusumo. Salam.

Sumber referensi: Sejarah Para Raja dan Istri -- Istri Raja Jawa dari Mataram Kuno Hinggga Mataram Islam; Krisna Bayu Adji, Arsaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun