Borobudur dan candinya sudah pasti dikenal pelancong, Mendut dan Asrama Budhanya sudah dikenal dan sering dibahas. Elo dan raftingnya juga sudah dikenal oleh mereka yang suka tantangan menyusur sungai.Â
Ketep Pass saat liburan sudah tumplek blek dibanjiri wisatawan lokal dan luar daerah. Destinasi kaum milenial yang haus selfie entah di Kragilan, Grenden, Banyuroto. Lalu apa yang terlewat dari cerita cerita tentang Magelang. Tidak habis dibahas dalam satu artikel.
Bicara wisata, bicara kebudayaan, kesenian tradisional Magelang adalah gudangnya cerita. Jika peka dan bisa menggali hal- hal unik yang bisa menjadi topik nge- hit tentang destinasi Jawa Tengah saya akan membahasnya dengar sedikit mendongeng, berfiksi ria dan mengorek sejarah Magelang.
Situs yang bertebaran di Magelang
Konon Pusat pemerintahan Mataram Kuno ada di sekitar Jalur Jogja Magelang. Sudah banyak temuan situs -- situs candi dan bangunan ditemukan di sekitar kecamatan Dukun, ada di seputar Merapi, Jalan menuju Babadan. Pernah ditemukan batu candi di pesawahan Kajangkoso yang lokasinya berada di jalur pengamatan Merapi di Babadan.
Dari cerita dari mulut ke mulut dan keterangan orang "pintar" daerah Dukun, Muntilan, Borobudur, Ngawen, Ke selatan ke arah Salam, sungai Blongkeng jalur pegunungan seputar Muntilan, Semen, Gremeng (Makam Pecinan antara Semen dan Karanglo, Dangean. Situs candinya di temukan di gunung kecil di daerah Semen.Â
Aneka cerita itu berbalut antara riil dan hanya berdasarkan situs- situs candi yang ditemukan. dan  Didaerah Grabab ada pemandian air panas yang dipercaya dulu adalah situs candi yang dibangun pada abad 8 dan 9 Masehi. Namanya candi Umbul tepatnya di desa KartoHarjo Grabag Megelang.
Dua hari saya menyusur wisata Magelang dengan informasi yang didapat dari Google. Dari kampung halaman saya bermula naik menuju Ketep Pass, masuk ke Taman Bunga Sri Rejeki di Semaren. Pemandangan langit yang utama adalah hamparan pesawahan dan balutan gunung yang hampir memagari pemandangan, berbatas cakrawala dengan warna hijau dari dari lembah ngarainya.
Setelah lewat hari dan berganti pagi saya kembali menyusur kenangan saat dulu secara rutin datang ke pasar Pahing di Talun Dukun Magelang. Banyak cerita ketika sebagai pembeli atau hanya menikmati keramaian, mencoba menawar baju- baju yang dipajang di etalasenya, membeli makanan- makanan tradisional, entah krasikan, wajik dan getuk gorengnya.Â
Di beberapa sudut deretan penjual lading (pisau besar, campuran besi dan baja yang ditempa secara tradisional), Bendo (dibaca Bendo dengan aksen O saat mengucapkan Orang), wungkal(asahan pisau) garan pacul, Arit dsb. Bendo bagus dibanderol harga 50 ribu pisau kecil 10 sampai 15 ribu rupiah. Tidak terlalu mahal tetapi seninya orang beli tetap menawar harga paling rendah. Kalau ditawar rendah masih tetap tersenyum.