Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bom Bunuh Diri, Penyesatan Ajaran Agama yang Melahirkan Tragedi

14 November 2019   11:31 Diperbarui: 14 November 2019   11:30 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bom sudah terlanjur meledak, menghancurkan diri sendiri, melukai orang lain, membuat berang agama sendiri dan membuat orang- orang yang mengaku suci dan beragama kebakaran jenggot, membuat politik bergejolak,Ah. Banyak orang telah tercuci otaknya oleh doktrin paham radikal yang mengatakan Jihad dengan melakukan bom bunuh diri itu akan diganjar surga dengan jamuan kenikmatan para bidadari.

Sungguh manis janji- janji dan orang termakan oleh janji yang berbalut ajaran agama. Agama yang hakikatnya mengajarkan kasih sayang, cinta kasih, saling memaafkan, saling menghargai  seperti menemu titik hitam yang sukar dihilangkan. Dari yang meyakini agama sebagai jalan pembebasan banyak yang salah menafsirkan agama berdasarkan egoisme, merasa diri paling baik, paling disayangi dan paling benar. Sejak agama lahir tragedi demi tragedi bermunculan oleh tafsir rancu manusia.

Mengapa agama sampai menimbulkan rasa takut, was -- was, geram, dendam kesumat dan perang, Doktrin agama yang kaku dan cenderung mau menang sendiri membuat mereka mesti melenyapkan yang tidak sejalan dan sekeyakinan. Semakin merunduk, tekun berdoa,dan tidak jarang menutup diri untuk bergaul dengan orang lain karena menganggap yang tidak sejalan adalah kafir, yang berbeda mesti dipaksa sama, yang tidak sekeyakinan dan sealiran mesti diberantas.

Apakah itu bisikan nuraninya. Menganggap dirinya dan keyakinannya terbenar, tidak pernah mengakui bahwa perbedaan dan keragaman itu adalah kekayaan hidup.

Untuk bisa yakin bahwa dirinya benar maka perlu melihat orang lain yang berbeda. Untuk melihat hitam tentunya orang harus tahu putih, untuk bisa mengagumi warna tentunya ia harus tahu berbagai warna yang menjadi pembanding. Jika keyakinan dipaksa sama dan keragaman dipaksa seragam apalah hidup menjadi lebih bermakna.

Setiap manusia lahir dari rahim ibu sudah mengusung perbedaan.Tidak ada watak, karakter dan wajah yang benar benar mirip. Indonesia istimewa karena keragaman, banyak suku, banyak agama, banyak bahasa, banyak perbedaan pola pikir, banyak, sekali perbedaan yang membuat kaya karena manusia bisa tersenyum oleh beragamnya manusia yang ada di sekelilingnya.

Jika ada sekte dan aliran yang ingin menyeragamkan. Ingin membuat satu pemahaman dan memaksa diri meneror demi doktrin yang tertanam dalam otaknya maka itu bukan ajaran agama, itu sempalan keyakinan yang salah tafsir dalam menterjemahkan maksud dari ajaran agama. Tidak mungkin agama mengajarkan kekerasan, tidak mungkin ada agama mengajarkan membunuh. Pasti oknum dan sempalan manusia yang salah mengartikan akibat ajaran- ajaran yang datang dari pengajar fanatik buta.

Apakah ada yang mau angkat senjata demi membela agama di Indonesia, siapakah yang melakukan perlawanan atas kekerasan atas nama agama. Yang melawan bukan agama orang lain. Apapun provokasi tidak pernah digubris agama. Hanya aparat yang tegas melawan dan yang namanya agama, aparat juga beragama sama. Yang disebut kafir juga sesama agama sendiri.

Yang percaya bahwa Allah Pencipta dan Maha Tunggal. Siapa yang dilawan. Yang dilawan temannya sendiri yang berbeda cara pandang, berbeda menafsirkan ajaran. Lalu mengapa harus mengorbankan dan melibatkan orang lain demi cita- cita diri yang ingin merengkuh surga.

Saya, dan siapapun akan selalu mengutuk kekerasan atas nama agama. Tetapi meskipun begitu bukan berarti dendam pada pelakunya, pada  agama yang kebetulan sering membuat maraknya terorisme. Bisa jadi mereka salah jalan, salah mengerti tentang hakikat agama sesungguhnya. Agama apapun akan mengajarkan bagaimana caranya manusia mengendalikan diri, mengasihi sesama, mengutuk manusia yang tega menghabisi nyawa manusia lain.

Dalam hijrah manusia yang paling hakiki akan tersimpan sebuah cita- cita tinggi jauh dilubuk untuk saling memeluk erat manusia dalam rangkulan damai. Karena jauh lebih indah merasakan kedamaian daripada setiap hari selalu berdoa tetapi dalam doa kobaran dendam membara setiap saat pada orang- orang yang kebetulan berbeda keyakinan dan pemahaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun