Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Menunggu Panggilan Presiden

22 Oktober 2019   08:58 Diperbarui: 22 Oktober 2019   09:02 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hilir mudik calon menteri datang ke Istana, sejumlah prediksi sudah beredar di media sosial. Tampak seru komentar netizen dan pengamat politik. Respon negatif dan positif memenuhi media sosial. Banyak yang masih menunggu panggilan presiden, menunggu apakah ada jatah mentri, tentu bukan saya, untuk apa saya menunggu panggilan presiden, memangnya saya siapa. Pengusaha bukan, pengurus partai bukan, CEO Ojol tidak. Saya hanya kompasianer yang suka tamasya dengan kata- kata, tidak mungkinlah menjadi juru bicara presiden, kecuali menjadi ghost writer, atau relawan penulis yang menulis sisi positif presiden terpilih.

Harap - harap cemas, partai koalisi, luapan kegembiraan sekaligus tugas berat menanti. Menjadi menteri di zaman sekarang bukannya mudah. Banyak tuntutan, banyak tugas dan banyak kritikan yang datang jika tidak sesuai ekspektasi. Boleh jadi menjadi menteri itu prestasi, tetapi pekerjaan- pekerjaan menteri itu bukan duduk di zona nyaman. Panas, sebab banyak hal yang harus segera dikerjakan oleh menteri. 

Jabatan- jabatan menteri di era Jokowi itu mereka harus bisa mengikuti irama presiden yang cepat. Kalau menterinya lamban, tidak cekatan ia akan bisa terjungkal dalam pertengahan perjalanan. Harus mempunyai target, mempunyai terobosan. Bukan sekedar menyenangkan partainya, tetapi harus menyenangkan rakyat. Sanggup?

Dalam beberapa hari ini mungkin sampai Rabu para calon mentri silih berganti datang ke istana. Menunggu dialog dengan presiden. Kalau pas dan sesuai dengan keinginan maka senyum ceria mengiringi mereka selepas bertemu presiden. 

Wartawan, penulis blog, pengamat saling cepat menulis tentang akurasi prediksi tentang siapa menteri menteri yang akan mendampingi Presiden Jokowi sampai 5 tahun ke depan. Partai yang semula menjadi seteru mendekat dan yakin mendapat jatah menteri. Demi persatuan mereka melupakan perseteruan politik. Politik memang cair kemarin saling sindir dan saling caci, besok salaman dan berangkulan. 

Kemarin pukul- pukul meja dan saling bentak sekarang saling canda tawa. Yang bingung rakyatnya. Di akar rumput dan netizen pembelahan itu masih terasa dan menyakitkan. 

Masih ada kekakuan hubungan akibat perbedaan pilihan politik, tetapi di elite politik perubahan itu begitu cepat. Yang semula menggunakan massa untuk menaikkan tensi politik sekarang merapat dan yakin mendapat jatah menteri.

Sampai sekarang saya penulis masih bingung bagaimana menanggapi perubahan -- perubahan yang terjadi, yang akan penulis bela siapa, yang akan penulis dukung siapa. Dalam kebingungan itulah saya mencoba libur beberapa hari, sebab apa yang akan ditulis jika hati nurani ini masih gelagapan menanggapi berbagai perubahan cepat dalam politik. 

Bayangkan masih teringat jejak literasi, jejak digital tentang perang opini, saling lempar klaim janji kerakyatan. Bayangan ada yang sudah sujud syukur. yakin menang tetapi ternyata kalah. Gegap gempita pemilu yang sedikit ternoda dengan sikap- sikap tidak sportif.

Ketika pelantikan presiden selesai, keriuhan muncul sekitar istana. Siapa saja yang datang menjadi pembicaraan tiap detik, tiap menit.Oh dia, mentri muda yang sering dibicarakan, oh beliau yang akhirnya harus meletakkan jabatan dan pensiun sebagai menteri, wow kok bisa ia bisa menjadi menteri padahal apa sih prestasinya?

Berseliweran komentar, dan isu siapa yang menjadi menteri menjadi trending topik di media sosial. Semua akan mengambil nafas setelah Presiden Jokowi berada di depan podium untuk mengumumkan secara resmi pembantu presiden.

Yuk menunggu panggilan presiden siapa tahu ada keajaiban datang.

"Pakdhe... cleaning servis di istana ada yang resign maukah kau menggantikannya?"

"Asem tenan saya pikir presiden memanggil mau dijadikan menteri eh ternyata menggantikan cleaning service yang keluar....hehehe."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun