"Rasanya sudah Kang, tetapi kenapa ya kok berdebatnya songong?!"
"Ssst, jangan suka membicarakan orang."
 "Habis, kadang aku suka kesal, harusnya yang muda bisa menempatkan diri. "Lha kok anak muda cengengesan dan terkesan melecehkan orang tua?"
"Sssssth, jangan keras- keras nanti didengar wakil rakyat lho "
"Bodho amat."
***
Kau perlu memahami kaum milenial, mungkin ledakan- ledakan emosinya butuh penyaluran yang pas. Bisa jadi itu wajah yang muncul di TV. Masam itu memang asli lalu bagaimana lagi? Khan namanya berdebat. Kedua- duanya butuh energi, aksi, gaya agar terkesan intelek.Â
Tapi kalau intelek ya jangan memotong pembicaraan, tangannya ngapurancang (Seperti gaya siswa jaman dulu kalau dinasihati orang tua menunduk sambil dua tangannya di satukan, tanda hormat... nah yang ini tanpa ba bi bu... malah menyemprot orang tua yang sudah kenyang pengalaman).
"Ya jangan samakan dengan masa lalu mbah. Sekarang ya sekarang, zamannya tidak basa- basi, Â tidak boleh mengeluh tetapi harus kerja kreatif."
"hehehe, yayaya semakin pintar, semakin sukses dan pernah menjadi wakil rakyat sebelumnya ya harus ngotot dalam berdebat."
"Tapi khan tidak perlu ngegas jika dikritik"