Apakah penulis termasuk buzzer. Kalau menurut banyak pengamat buzzer artinya pendengung, seorang yang selalu berisik. Dalam sebuah tulisan di rubrik opini Majalah Tempo para buzzer itu adalah produk gagal dari era kebebasan pendapat. Memanfaatkan kemampuan menulis- sebagian di antara buzzer Jokowi adalah bekas wartawan dan fanatisme pembacanya, mereka mengemas kabar bohong sedemikian rupa hingga terlihat benar. Kadang disertakan pula bumbu"berdasarkan sumber intelijen". Tempo tampaknya tendensius dan selalu mengarahkan penanya pada pendengung yang fanatik terhadap Jokowi.
Jokowi Masih Dipercaya tetapi Partai Politik?
Saya termasuk salah satu pendukung Jokowi sejak awal. Sebelum era Jokowi dukungan terhadap presiden biasa saja kecuali Soekarno. Kekaguman saya bermula ketika ketemu Jokowi saat kampanye gubernur di Jakarta barat. Melihat sosoknya yang kurus tinggi dengan pembawaan tenang dan tampak polos, mulai saat itu saya merasa tertarik dengan segala gerak- geriknya.Â
Mantan Wali Kota Surakarta itu mempesona saya. Tadinya saya agak apatis terhadap pemilihan Presiden siapapun, Tetapi sosok Jokowi ini sepertinya unik. Akhirnya sekeluarga memutuskan untuk memilih Jokowi sebagai Gubernur DKI dan masih mendukungnya ketika melompat dan mencalonkan diri sebagai Presiden.Â
Feeling saya benar Jokowi terpilih menjadi Presiden 2014 -- 2019. Pencapaian pembangunan di zaman Jokowi penulis nilai luar biasa. Ini fenomena, maka secara obyektif saya masih percaya pada Jokowi.
Yang membuat galau saya pada perkembangan politik sekarang ini adalah partai. Saya sebetulnya tidak pernah fanatik mendukung partai apapun. Bagi saya partai tetaplah partai yang selalu memainkan trik- trik untuk masuk dalam lingkaran kekuasaan. Siapapun partainya tetap saja sering bohong dan sering mengkhianati kepercayaan rakyat.Â
Maka ada perasaan sedih ketika Jokowi selalu ditempatkan sebagai pesakitan, sebagai sasaran tembak dari orang- orang yang memang mempunyai misi khusus dalam lingkaran elit kekuasaan dan perwakilan rakyat. Selalu ada kalkulasi njelimet bila orang- orang partai menonjolkan visi dan misinya untuk membela rakyat.
Rakyat mana? DPR sering lupa bahwa masyarakatlah yang membuat mereka sukses melenggang ke Senayan. Tanpa masyarakat anggota DPR itu siapa? Jika ribuan dan jutaan masyarakat tidak memilih sosok anda, apakah masih mempunyai kekuatan untuk melenggang ke Senayan?
Maka saya sering bingung dengan para anggota parlemen yang sering mangkir dan meninggalkan sidang dengan alasan turun ke bawah. Masyarakat sendiri jarang dilibatkan dalam pengambilan keputusan untuk  menelorkan undang- undang.
Geramnya Tempo Pada  para BuzzerÂ
Kembali ke pokok bahasan tentang Tempo, apakah Kompasiana dan kompasianernya termasuk buzzer dan banyak yang rajin menyerang dan mendiskreditkan kelompok lain yang berseberangan dengan pemerintah?Â