Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melindungi Papua dari Ancaman Separatis dan Radikalisme Agama

1 September 2019   14:32 Diperbarui: 1 September 2019   14:39 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
makanan pokok Papua adalah Sagu (papeda)dan ubi rambat, serta ulat kayu (fak-tanews.com)

Pengaruh Politisi dan Pengusaha "Hitam"

Kebetulan ada politisi jahat yang memanfaatkan kecemburuan sosial, memanfaatkan rawannya masalah agama yang kemudian bisa digoreng dan dimanfaatkan untuk memecahbelah persaudaraan. Tmbuh kebencia, tumbuh rasa tidak suka yang menyebabkan manusia satu dengan yang lainnya saling curiga- mencurigai. Ditambah munculnya paham agama radikal yang ingin mengacak- acak persatuan dan kesatuan bangsa.

Dengan sedikit kepandaian mempengaruhi orang dan iming- iming masuk surga para aktifis agama yang kebetulan suka dengan faham radikal, bergerak di kantong- kantong penduduk yang masih mudah dipengaruhi di brainwash sehingga muncul lagi semangat suku- suku yang tidak suka pada para pendatang untuk memusnahkan pengaruh pendatang dan berusaha merusak apapun harta benda para pendatang. Muncul sparatis- sparatis yang berjuang dari pedalaman, mengobarkan api kebencian. Dan banyak Masyarakat internasional khususnya yang berkepentingan dengan kekayaan bumi Papua ikut nimbrung memanaskan suasana. Berbagai kepentingan menyuntikkan dana, menggerakkan kerusuhan dengan kekuatan uang tidak terbatas, tujuannya satu, Papua lepas dan merdeka sehingga mereka kembali pesta mengeruk kekayaan Bumi Lorosae.

Politisi, pengusaha- pengusaha yang dulu ikut menikmati betapa gurihnya emas, saham saham Freeport, sangat gusar dengan ketegasan pemerintah menghentikan kerakusan mereka. Maka mereka dengan meminjam tangan lewat gerakan Papua Merdeka, Sparatis yang keji, aktifis agama yang berusaha mencuci otak penduduk dengan paham radikal.

Penulis tentunya tidak bisa menjamin seratus persen benar dugaan penulis, tetapi  motif pemberontakan, sparatisme itu bisa dipelajari. Awal mulanya karena rasa iri hati, kecewa, merasa ditinggalkan, dijauhi hingga akhirnya muncul perlawanan.

Pemerintah harus bergerak cepat untuk mencegah kekerasan di Papua akibat maraknya isu- isu di media sosial dan riuh rendahnya pengaruh- pengaruh agama yang berusaha menghilangkan kultur asli kebudayaan Papua. Banyak aktivis agama yang berusaha menyetop apapun paham klasik budaya Papua yang sudah turun temurun mereka lakukan. Memaksa merubah kiblat budaya menjadi mempercayai seratus persen ajaran agama baru yang belum tentu cocok dengan budaya setempat.

 Jangan Paksa Papua makan Nasi

Saran penulis kalau mereka lebih nyaman makan Papeda, Petatas (ubi rambat Papua) sebagai makanan pokok jangan dipaksa harus makan nasi, Jika mereka lebih nyaman memakai koteka ya jangan langsung dipaksa memakai baju, perlu proses untuk berubah... sebab pemaksaan hanya akan membuat persoalan baru, biarlah Papua berkembang dengan kearifan budaya setempatnya. Pemuka agama, misionaris, politisi harus menguasai dan belajar dari kearifan lokal untuk merubah Papua menjadi lebih maju. Papua didengarkan dari suara hati mereka, dirubah yang menghambat untuk maju, dipahami budayanya sebagai kekayaan budaya yang mesti dilestarikan. Toh banyak filosofi suku- suku di sana yang bisa dipelajari dan diserap sebagai sumber kebijakan manusia dalam memandang kehidupan.

makanan pokok Papua adalah Sagu (papeda)dan ubi rambat, serta ulat kayu (fak-tanews.com)
makanan pokok Papua adalah Sagu (papeda)dan ubi rambat, serta ulat kayu (fak-tanews.com)

Sekarang ini masyarakat sering terjebak oleh ajaran- ajaran para pemuka agama yang lebih suka mengobarkan kebencian, mempertajam perselisihan dan memperkuat fanatisme beragama. Agama menjadi pemicu pertengkaran dan perselisihan bukan sumber ketenangan dan perdamaian. Inti ajaran agama adalah cinta kasih tetapi sering dipahami lain oleh para pemuka agama yang ingin menggiring pengikutnya mencintai membabi buta agamanya tetapi tidak mengembangkan watak sosial bahwa disamping beragama manusia juga perlu bekerja sama, saling menolong tanpa sekat. Agama adalah keyakinan tiap pribadi sedangkan manusia tetap harus hidup normal dalam komunitas yang beragam.

Mencintai Papua Seperti Mencintai Diri Sendiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun