Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Oposisi dan Petahana Pasca Debat

21 Februari 2019   13:59 Diperbarui: 21 Februari 2019   15:18 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Debat sudah selesai. Kedua calon presiden sudah saling berangkulan, cipika cipiki. Debat hanyalah debat, kalah menang itu biasa. Jokowi legowo dan Prabowo legowo. Tapi tidak dengan timses, pendukung dan komentator media sosial. Gelontoran makian bergelombang mempertanyakan etika Jokowi yang katanya menyerang pribadi. Mempertanyakan tentang tanah yang dikelola/dikuasai Prabowo di Kalimantan dan di Aceh tengah. Tidak main main 340 ribu hectare setara 3400 kilometer persegi dan . Saya  saja   susah membayangkan yang jelas 5 kali lebih luas dari Jakarta Jakarta luasnya hanya 662,33 kilometer persegi. Tanah itu menurut BPN timses Prabowo statusnya HGU (Hak Guna Usaha ).

Debat Boleh Selesai Adu Komentar Tambah Seru

Cerita dari berbagai versi terus bergulir maka polemikpun tidak bisa ditahan. Perang komentar, ramai di media sosial. Yang fanatik kampret tentu saja tidak terima dengan pertanyaan Jokowi yang dikategorikan menyerang pribadi. Mereka lalu melakukan aksi melaporkan Jokowi ke Bawaslu dan KPU. Jokowi dinilai tidak etis karena melontarkan pertanyaan yang membuat Prabowo gelagapan. Dan itu membuat berang BPN nya. Barisan kampret terus melakukan aksi,

Fadli Zon Fans Berat Jokowi?

Fadli Zon sebenarnya penggemar berat Jokowi, karena apapun yang dilakukan Jokowi selalu dipantau. Ia anggota DPR khusus urusan Jokowi. Jokowi berkunjung ke Mbah Maimun Zubair pun dibikinkan puisi oleh Fadli Zon. Ketika Jokowi main tekan- tekan pulpen Zebra -301 compact berharga 29 ribu ia memperhatikannya. Sepertinya ia langsung membayangkan aksi James Bond yang membuntuti orang penting entah mungkin adalah agen dari Mossad yang terkenal pilihan, cerdas dan banyak akal.Ketika Jokowi menekan- nekan kuping juga dilihatnya. Dan yang terakhir Jokowi melakukan kunjungan malam -- malam di tambak Lorok Fadli Zonpun datang, tapi beda misi. Kampret memang meradang dengan "kebohongan- kebohongan" yang dipertunjukkan Jokowi yang memakai data palsu (menurut pandangan mereka). Mereka menyangsikan kerja Jokowi yang sementara komentator mengatakan tipu- tipu. Pencitraan tingkat dewa, sekali bohong tetap bohong.

Perang Narasi Membuat Emosi

Narasi narasi untuk menghancurkan kredibilitas Presiden amat masif di media sosial. Masyarakat menjadi bingung. Manakah yang benar antara Jokowi dan Prabowo. Kecebong juga sering reaktif, mudah terbakar emosi saat kampret menyerang. Kecebong semakin kurang sabar menghadapi taktik narasi kampret yang selalu mendiskreditkan Jokowi. Apapun masalah masyarakat Presidenlah yang bertanggungjawab.

Tampak benar media sosial menjadi benih dari peperangan narasi kebencian yang menyesakkan dada. Begitu pilu menyaksikan sesama saudara saling bantai, saling mengolok -- olok. Saya menjadi silent rider dari komentar komentar di detik,com, kompas.com, facebook. Begitu cerdaskah masyarakat yang bisa membuat debat menjadi seakan- akan mengandung kebenaran. Paparan data sangat meyakinkan. Masyarakt medsos bingung siapakah yang mesti dipercaya. Yang satu mengungkapkan tentang etika berdebat, yang satu adalah logika berpikir, kerja kongkrit yang sudah dilakukan pemerintah.

Oposisi sengaja menutup mata pada pembangunan selam 4 tahun belakangan, tidak ada satupun yang mengesan. Mereka tidak berusaha obyektif karena memang sudah ada kebencian akut menempel pada sosok Jokowi. Bagi mereka Jokowi itu adalah representasi musuh yang menjadi target utama untuk dilenyapkan. Dengan tanpa Jokowi maka Prabowo bisa melenggang mulus ke istana.  Mereka perlu mencari taktik dengan berbagai cara entah jahat entah licik yang penting Prabowo menang. Tidak perlu berwacana bagaimana caranya membangun negara dengan cara positif. Kaum ulama didekati, dibuat bertekuk lutut dan mendukung meskipun sebenarnya salah dengan mempolitisir agama masuk ranah politik. Ini era post truth bung, mas bro , mbak, sis. Apapun dilakukan untuk menang.

Dua Kubu yang tidak Pernah Akur

Kaum kecebongpun seperti ikut larut dalam taktik kampret, seperti ingin melayani tantangan- tantangan kampret dengan saling melontarkan kebencian pada sosok Prabowo dan mengaduk - aduk emosi dengan memaparkan dosa- dosa Prabowo dengan amat telanjang. Bahkan sampai pada persoalan pribadipun dibahas di media sosial. Masyarakat telah terjebak, dan susah keluar dari sengkarut kata- kata yang saling menindih. Saling membunuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun