Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Minimnya Kesadaran Buang Sampah Anak Kota

22 Januari 2019   08:32 Diperbarui: 22 Januari 2019   08:51 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sampai pusing memberi tahu kepada anak- anak yang main bola di depan rumah untuk membuang sampah pada tempatnya. Mereka para pelajar, ABG tanggung tetap saja membuang sampah  sembarangan. Mungkin karena akhirnya saya sendiri bosan memberi tahu sekali dua kali, sampah itu bertebaran membuat lingkungan terasa kumuh. Padahal kompleks saya termasuk perumahan atau sebutlah cluster tetapi mengapa seperti tidak beda dengan suasana perkampungan di Pedongkelan. 

Gelasah plastik minuman, sedotan plastik dan benang layang- layang campur dengan Styrofoam, plastic snack berbagai merk. Benar benar luar biasa. Sementara mereka teriak- teriak, memaki dan bermain bola dengan asyiknya memanfaatkan lahan lorong rumah kami sampai tengah malam. Saya pernah marah, pernah mengancam, tetapi mereka bergeming. Karena penghuni kompleks tidak kompak maka pembiaran itu membuat mereka tidak pernah berhitung waktu. Mereka akan berhenti bila sudah lelah.

pagi - pagi sampah yang sudah ditaruh di tong sampah diacak- acak kucing (foto By Joko Dwiatmoko)
pagi - pagi sampah yang sudah ditaruh di tong sampah diacak- acak kucing (foto By Joko Dwiatmoko)
Pagi- pagi gelasah sampah itu semakin meriah ketika bak sampah yang ada di depan rumah diacak- acak kucing. Niat hati mengumpulkan sampah ditempatnya sayangnya kucing tidak sopan mengobrak- abrik tumpukan sampah yang menunggu diambil petugas sampah. Derita sampah kota semakin memuncak, tapi apa mau dikata apa harus ada pendidikan untuk kucing supaya tidak mengacak- acak samapah, apalagi kucingnya juga kucing liar bukan kucing rumahan, Mereka butuh makanan dari sisa makanan yang terbuang.Salahnya penghuni yang menaruh sampah sembarangan.

Mungkin karena terbiasa hidup di kota orang seperti saya akhirnya terbentuk untuk cenderung cuek terhadap lingkungan. Awal- awalnya sih peduli lama- lama bosan sendiri. Kesimpulannya adalah yang penting berdisiplin membuang sampah khususnya pada anggota keluarga. Anak diingatkan untuk tidak membuang sampah sembarangan, orang lain Masa bodo.

Nah itulah. Masa bodo itulah salah satu sifat penduduk kota yang bersala dari multi etnis, ras dan suku. Ada yang dengan kesadaran sendiri merapikan sampah, membuang pada tempatnya tetapi ada yang cuek, tidak peduli bahkan jika akhirnya sampah menggunung dan merusak pemandangan. Bagaimana membangun kesadaran untuk peduli sampah? Harusnya memang dimulai dari lingkungan terdekat, keluarga tentunya, tetapi peranan guru untuk tidak bosan- bosannya mengingatkan siswa ntuk tidak sembarangan buang samapah sembarangan amat penting. Nyatanya perilaku anak- anak yang membuang sampah plastik minuman itu tentunya terbawa dalam pengajaran di sekolah. Sekolah yang cuek akan memberi dasar yang buruk terhadap karakter siswa. Guru yang cerewet dan selalu tidak bosan mengingatkan anaknya untuk tidak membuang sampah tentunya akan diingat siswa.

sambil main bola, kemudian minum dari minuman plastik dan berrr buang sembarangan di seputar tempat mereka bermain (Foto Oleh Joko Dwiatmoko)
sambil main bola, kemudian minum dari minuman plastik dan berrr buang sembarangan di seputar tempat mereka bermain (Foto Oleh Joko Dwiatmoko)
"Anak -- anak ingat jangan buang sampah sembarangan ya...satu sampah yang tidak dipedulikan jika dibiarkan akan berlipat ganda. Lama- lama menggunung. Ingat sesudah minum atau makan buang sampah di mana?"

"Di tempat sampah Bu..."

"Seratus buat kalian!"

Masalah habit atau perilaku warga kota yang cenderung tidak peduli pada masalah sampah membuat apapun himbauan tentang dampak rusaknya lingkungan menjadi tidak berarti. Sampah di kolong tol, sampah di got- got perkampungan, di sudut sudut tanah kosong, di seputaran kolong- kolong gang. Tiap lahan tidur yang dirasa tidak dipelihara pemiliknya sampah- sampah tergeletak. Padahal di tiap RT ada petugas sampah tetapi tetap saja warga bandel membuang sampah demi solusi jangka pendek, rumahnya bersih tetapi rumah tetangganya terkena dampaknya.

Gubernur Jakarta harus semakin rajin mengingatkan warganya untuk hidup bersih dan membuang sampah pada tempatnya (Gubernur Jakarta Anies Baswedan.Foto By Joko Dwiatmoko)
Gubernur Jakarta harus semakin rajin mengingatkan warganya untuk hidup bersih dan membuang sampah pada tempatnya (Gubernur Jakarta Anies Baswedan.Foto By Joko Dwiatmoko)
Saat ini jika menyimak ocehan di media sosial banyak kata- kata sampah berserakan masih ditambah dengan persoalan sampah lingkungan yang tidak tertangani. Bagaimana mau mengejar kemajuan kota- kota besar dunia jika persoalan sampah seperti yang diilustrasikan Detik.com 7.000 ton per hari tanpa kesadaran masyarakat untuk mengubah perilaku tertib membuang sampah, jangan berharap akan bisa mengejar ketertinggalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun